Bidan Kita

Home Post Partum Daily Care Depresi Post Partum dan Operasi Sesar

Depresi Post Partum dan Operasi Sesar

0
Depresi Post Partum dan Operasi Sesar

ibu

Sudah lebih dari 1 minggu saya kepikiran atau teringat dengan klien saya Bunda Yuni (**bukan nama sebenarnya) yang HPL nya akhir Maret 2013 kemarin. Namun hingga Awal April 2013 kok tidak ada kabarnya. Sempat ingin bertanya tetapi ada perasaan tidak enak.

Nah pagi ini, setelah menata ulang aquarium laut di klinik, saya bertanya kepada bidan saya, tentang kabar bunda Yuni yang memang kemarin saya meminta mereka untuk menghubungi beliau.

Dan beliau cerita bahwa ternyata bunda Yuni sudah melahirkan tanggal 21 Maret 2013 lalu tapi dengan operasi SC. Dan dia mengatakan bahwa dia ingin cerita tetapi masih “mbrebes mili” atau menangis sedih, sehingga dia belum sanggup untuk cerita ke saya.

Terkejut….heran…ya itu yang saya rasakan, karena bunda Yuni ini sehat sekali. Beliau rajin ikut Yoga prenatal dan hampir tidak pernah absen, beliau juga rajin berlatih hypnobirthing. Dan selama pemeriksaan kehamilan, tidak ada kelainan ataupun gangguan yang saya temukan.

Hingga hari ini saya masih menunggu cerita darinya.

Semoga beliau segera siap dan bersedia untuk cerita, sehingga kesedihan yang dia alami dapat berkurang.

Hari ini saya tidak akan membahas kisah bunda Yuni, tetapi saya akan membahas sedikit tentang perasaan bunda Yuni (kesedihan, kekecewaan, kemarahan) yang mungkin juga Anda alami ketika ternyata proses persalinan anda tidak sesuai dengan harapan dan rencana.

Mengapa persalinan dengan operasi sesar apalagi operasi yang tidak di harapkan mampu meninggalkan “jejak luka” tersendiri dalam diri sang ibu? Nah berikut ini beberapa alasan yang menjadi faktor pemicu bahwa operasi SC sangat berpotensial mempengaruhi psikologis dan mood sang ibu bahkan bisa menimbulkan trauma atau depresi pada masa post partum:

1. Persalinan dengan metode SC seringkali membutuhkan waktu pemulihan lebih lama & lebih sulit: sebagian besar seorang ibu membutuhkan waktu rata-rata 6 minggu atau lebih untuk pulih dari bedah caesar. Sedangkan pada persalinan pervaginam Anda hanya membutuhkan waktu beberapa hari atau bahkan beberapa jam untuk bisa bangun, berjalan dan melakukan aktifitas kembali.

2. Peluang ikatan /bonding yang terbatas setelah lahir: Tidak seperti kelahiran normal di mana bayi diletakkan di dada ibu segera setelah lahir, kebanyakan Operasi Caesar tidak memberikan akses / ikatan antara ibu dan anak selama “Golden Hour” (http://www.medscape.com/ viewarticle/710137) dan kondisi ini dapat sangat mengganggu ikatan/bonding dan mempersulit masa menyusui awal.

3. Peningkatan risiko trauma: Trauma psikologis & Fisik pada Ibu mungkin telah merencanakan caesar nya dan apalagi Ibu yang mungkin mengharapkan untuk melahirkan melalui vagina dan ternyata harus menghadapi Bedah Caesar darurat untuk sejumlah alasan.

4. Peningkatan kemungkinan kehamilan berikutnya berisiko tinggi termasuk Plasenta Previa dan akreta. Operasi Sc meningkatkan risiko terjadinya Placenta Previa dan akreta dengan kehamilan berikutnya. kelahiran sesar juga meningkatkan resiko jumlah komplikasi yang mengancam jiwa yang dapat mengakibatkan kelahiran prematur juga pendarahan

Namun tentu saja Anda dan saya tidak bisa menolak atau bahkan tidak bisa berbuat apapun, manakala operasi SC darurat harus di lakukan demi sejumlah alasan atau indikasi. Namun tetap Ada beberapa hal yang Anda bisa lakukan untuk membantu meningkatkan kesempatan Anda untuk mendapatkan hasil yang positif atau pengalaman yang positif setelah bedah caesar baik yang direncanakan atau keadaan darurat:

1. Mendidik diri sendiri tentang risiko persalinan dengan Operasi SC.

Operasi Sc harusnya di lakukan hanya dengan indikasi saja. mereka mutlak diperlukan dalam persentase kecil kasus. Dan Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk melakukan operasi caesar, tetap saja Anda harus mempersiapkan birth plan Anda dari mulai birth plan A (persalinan normal/vaginam), birth plan B (persalinan normal dnegan tindakan), bahkan hingga birth plan C (Persalinan dengn operasi SC).

Knowledge is POWER! Pengetahuan adalah kunci! Seorang wanita yang berpendidikan akan tahu hak-haknya, mengetahui risiko, dan bersiaplah untuk mendiskusikannya dengan dokter Anda dengan cerdas. Libatkan pasangan Anda sehingga ia / dia siap dan mampu memperjuangkan hak-hak Anda juga.

2. Carilah provider atau carilah tenaga kesehatan (dokter atau bidan) dimana tingkat kejadian operasi SC-nya sangat rendah. Ini harus Anda lakukan jika Anda mendedikasikan diri Anda untuk dapat melahirkan secara normal.

3. Diskusikan perasaan dan keinginan Anda tentang pilihan persalinan Anda dengan dokter Anda sebelum hari persalinan tiba. Pastikan Anda dan provider Anda berada dalam satu visi dan Anda merasakan nyaman. Anda dan dokter/bidan adalah tim, bukan diktator. (Ini harus berjalan dua arah)

4. Diskusikan riwayat kesehatan mental setelah kelahiran atau secara umum dengan dokter Anda sebelum hari persalinan. Sekali lagi, ini memastikan Anda berdua sadar akan risiko dan siap untuk berurusan dengan mereka ketika “rasa” itu harus muncul pada trimester terakhir atau setelah melahirkan.

5. Beristirahat setelah melahirkan. Ikuti perintah dan jangan berlebihan sendiri. Sekarang bukan waktu untuk mengatur seluruh urusan rumah. Anda akan lebih cepat sembuh jika Anda meluangkan waktu untuk beristirahat dan biarkan tubuh Anda menyembuhkan dirinya sendiri.

6. Carilah bidan atau dokter yang bisa membantu Anda untuk tempat curhat atau sharing tentang apa yang Anda rasakan. Andapun bisa bercerita kepada sahabat atau suami tentang perasaan Anda, kurangi rasa “menuntut” terhadap dri sendiri

Dalam sebuah artikel tentang Perasaan post caesar, sebuah survei terbaru yang di tulis oleh Danielle Elwood dan Theresa Shebib pada sebuah survey menyebutkan bahwa Dalam survei mereka, 288 ibu menggambarkan pengalaman mereka bahwa SC itu indahatau memberdayakan. Sebaliknya, 976 ibu menggambarkan pengalaman mereka sebagai sesuatu hal yang mengerikan, membuat frustasi, trauma, atau mengecewakan.

Nah Mendidik diri sendiri tentang pilihan melahirkan, membuat Anda lebih bijaksana, dan memastikan bahwa kesehatan mental Anda tetap utuh di atas segalanya. Perawatan diri dan pemberdayaan diri ini haruslah dimulai pada kehamilan, terus melalui melahirkan, dan seterusnya.

Pastikan Anda merasa nyaman dengan pilihan yang Anda buat dan Anda mendapatkan informasi terbaik yang tersedia untuk Anda. Ini adalah tubuh Anda, bayi Anda, pilihan Anda. Anda berhak mendapatkan yang terbaik.

Pengalaman seorang wanita yang melahirkan secara caesar, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks: Alasan dilakukan caesar, nilai-nilai budayanya, keyakinan dan antisipasi kelahiran, mungkin peristiwa traumatis dalam hidupnya, tersedia dukungan sosial, dan rasa pribadinya kontrol, hanya beberapa (Cummings, 1988; Cranley, 1983; Marut dan Mercer, 1979; Sheppard-McLain1985).

Banyak wanita pulih sepenuhnya secara fisik dan emosional setelah proses persalinan caesar, namun yang lainnya tidak. Kelahiran dengan operasi caesar dapat memiliki dampak psikologis pada beberapa ibu dan ini sudah menjadi perhatian di awal tahun 1980-an (Lipson dan Tilden, 1980 & Baptisti-Richards 1988; Madsen, 1994; Pertson dan Mehl, 1985; Wainer-Cohen dan Estner 1983).

Kelahiran caesar dan Postpartum Depression Karen Erlichman, LCSW anggota fakultas di Departemen Obstetri dan Ginekologi di University of San Francisco meneliti para wanita yang memiliki kehamilan yang sulit atau kelahiran traumatis. Sebuah penelitian di Inggris yang meneliti tentang kesejahteraan emosional pada ibu hamil pada 30 – 36 minggu kehamilan dan lagi pada 6 minggu setelah mereka melahirkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sejumlah besar wanita yang memiliki kelahiran sesar melaporkan gejala depresi klinis. mereka “tidak bisa mengontrol” peristiwa atau merasa mereka menerima intervensi medis yang tidak perlu berada pada risiko tinggi untuk depresi suasana hati (Green, 1990).

Dibandingkan dengan wanita yang memiliki persalinan spontan pervagina dan wanita yang dilakukan forceps, 46% dari wanita yang melahirkan secara caesar darurat (tidak direncanakan) resiko terjadi gejala depresi meningkat enam kali lebih tinggi pada tiga bulan setelah melahirkan. Peningkatan risiko depresi postpartum tidak dapat dikaitkan dengan disfungsi kepribadian.

Seandainya rasa sakit dari pemulihan fisik menjadi penyebab depresi, para peneliti berspekulasi, orang akan lebih cenderung melihat perbedaan pada satu bulan daripada di 3 bulan setelah operasi caesar. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa, persepsi mereka terhadap operasi Sc darurat yang mereka alami telah menurunkan harga diri mereka, meninggalkan perasaan gagal, kehilangan kontrol dan kekecewaan.

(Boyce dan Todd, 1992). Sebuah operasi caesar bisa menjadi prosedur untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun bayinya, namun data terakhir menunjukkan bahwa operasi caesar menempatkan perempuan pada peningkatan risiko untuk terjadi komplikasi medis pada kehamilan dan kelahiran berikutnya (Rageth, 1999).

Mengingat bukti bahwa operasi caesar juga dapat menempatkan beberapa wanita pada peningkatan risiko psikologis, seoramh perempuan harus didorong dan didukung dalam upaya mereka untuk menghindari operasi caesar.

Mari berdayakan diri.

References:

Baptisti-Richards 1988. Healing the Couple. Midwifery Today 1(7):22-25.

Boyce, P.M. and Todd, A.L. 1992. Increased risk of postnatal depression after emergency cesarean section. Medical Journal of Australia, 157(3):172-174.

Brown, s. et al 1994. Birth events, birth experiences and social differences in postnatal depression. Australian Journal of Public Health 18(2):176-184.

Cranley, M.S. et al 1983. Perceptions of vaginal and cesarean deliveries. Nursing Research 31(1):10-15.

Cummings, L.H. 1988. Views of cesarean birth among primiparous women of Mexican origin in Los Angeles. Birth 15(3):164-170.

Erlichman, Karen, LCSW. Personal communication, 6/29/99.

Jolly, J. et al 1999. Subsequent obstetric performance related to primary mode of delivery. British Journal of Obstetrics and Gynaecology 196(3):227-232.

Lipson, J.G. and Tilden, V.P. 1980. Psychological integration of the cesarean birth experience. American Journal of Orthopsychiatry 50(4):598-609.

Madsen, L. 1994. Rebounding from Chidbirth:Toward Emotional Recovery. Westport Connecticut: Bergin & Garvey.

Marut, J. and Mercer, R. 1979. Comparison of primiparas” perceptions of vaginal and cesarean births. Nursing Research 28:260-266.

Mutryn, C.S. 1993. Psychosocial impact of cesarean section on the family: A literature review. Social Science and Medicine 37(10):1271-1281.

Peterson, G. and Mehl, L.1985. Cesarean Birth Risk and Culture. Berkeley:Mindbody Press.

Reynolds, J. L. 1997. Post-traumatic stres disorder after childbirth:the phenomenon of traumatic birth. Canadian Medical Association Journal 156 (6):831-835.

Ryding, E.L. et al 1999. Experiences of emergency cesarean section:a phenomenological study of 53 women. Birth 25(4):246-251.

Ryding, E.L. et al 1998. Psychological impact of emergency cesarean section in comparison with elective cesarean section, instrumental and normal vaginal delivery. Journal of Psychosomatic Obstetrics and Gynaecology 19(3)135-144.

Wainer-Cohen, N. and Estner, L. 1983. Silent Knife. Westport Connecticut:Bergin & Garvey.