Bidan Kita

Posisi Melahirkan

0
Posisi Melahirkan

Ada banyak alasan ilmiah mengapa tetap tegak selama persalinan atau melahirkan adalah ide yang baik dan membuahkan banyak manfaat

Pertama, ketika seorang ibu bersalin dalam posisi tidur terlentang, uterus yang berat akan menekan pembuluh darah utama yang memasok oksigen ke bayi. Hal ini dapat menyebabkan ‘gawat janin’ dan intervensi seperti persalinan dengan vakum, forceps atau caesar.

 

Kedua, ketika seorang ibu bersalin dalam posisi tidur terlentang ketika melahirkan, tulang ekor dan panggul bawah tertekan permukaan yang keras yaitu tempat tidur, sehingga lebih sulit bagi sendinya untuk lebih fleksibel dan untuk kepala janin turun ke jalan lahir. Bahkan, ketika seorang ibu bersalin berada dalam psosisi tegak selama proses persalinan maka, ukuran jalan lahir dapat ditingkatkan sampai 30%. Ini bisa berarti kemungkinan adanya gawat janin akan semakin kecil.

 

Ketiga, ketika seorang ibu bersalin dalam posisi tidur terlentang maka kontraksi rahim  melawan gaya gravitasi.  ini dapat memperlambat kecepatan dan kekuatan mengejan saat persalinan. Dengan kata lain, proses persalinan bisa memakan waktu lebih lama dan menyebabkan kelelahan pada ibu.

Keempat, ketika seorang ibu bersalin dalam posisi tidur terlentang selama tahap mendorong/mengejan, dia mendorong bayi melawan gaya gravitasi, sehingga diperlukan waktu lebih lama untuk mendorong bayi keluar. Baik ibu dan bayi dapat menjadi kelelahan.

Ketika seorang ibu bersalin mengadopsi posisi yang lebih tegak selama persalinan, maka tekanan pada panggul dan punggung akan berkurang sehingga mereka akan merasa lebih nyaman dan merasa lebih mampu memegang kendali. Tekanna pada bayi juga berkurang.

Bidan dapat menyentuh dengan lembut untuk memberi kesenangan dan kenyamanna bagi ibu, seperti ‘Effleurage’, sebuah belaian lembut pada kulit pada perut ibu.

Rekomendasi ini didukung oleh penelitian yang dikumpulkan oleh Cochrane Collaboration, tinjauan sistemik artikel penelitian database global. Profesor Justus Hofmeyr, ahli kandungan Afrika Selatan, melakukan review dari Cochrane Collaboration pada ‘Posisi ibu saat melahirkan “dan menemukan bahwa posisi tegak lebih nyaman untuk ibu, mempersingkat waktu lahir, lebih baik untuk bayi dan tidak membahayakan.

Jadi mengapa masih juga banyak ibu bersalin yang berada dalam posisi berbaring terlentang atau posisi setengah- berbaring?

Nyaman untuk siapa? Untuk si ibu atau si penolong persalinan?

Sejarah Kelahiran

Secara historis, gambar dan artefak dari peradaban kuno menggambarkan seorang perempuan melahirkan di bangku kelahiran, atau jongkok dan berlutut untuk melahirkan. Engelman, ahli kandungan abad ke-19, mendokumentasikan bahwa posisi tegak lahir digunakan oleh perempuan di seluruh dunia dari berbagai bangsa dan kelompok suku. Museum artefak menunjukkan banyak wanita dalam melahirkan dalam postur tegak.

Namun royalti Inggris tampaknya sudah mulai tren modern dengan meminta ibu untuk berbaring saat melahirkan pada abad ke 17, ketika Raja Louis XIV ingin menonton gundiknya melahirkan dari balik tirai.  Forceps, diciptakan oleh saudara Chamberlain untuk ibu bersalin yang berada dalam posisi berbaring telentang di tempat tidur. Ratu Victoria kemudian memperkenalkan penggunaan kloroform selama kelahiran. Ini berarti bahwa wanita kelas atas menggunakan kloroform sebagai metode penghilang rasa sakit selama proses kelahiran harus berbaring terlentang.

Posisi berbaring terlentang itu juga lebih menguntungkan bagi bidan dan dokter kandungan untuk menolong persalinan dan melakukan intervensi jika diperlukan.

Di negara-negara barat perempuan didorong untuk melahirkan di rumah sakit di atas tempat tidur yang tingginya sepinggang staf keperawatan dan medis. Ini menguntungkan bagi mereka untuk dengan mudah ‘melihat’ dan mengelola persalinan dan kelahiran. Di Afrika Selatan, tren ini diikuti baik dalam pelayanan maternitas, publik dan swasta oleh bidan dan dokter kandungan.

Robbie Davis-Floyd, seorang antropolog budaya, mengungkapkan itu dalam kutipannya di sebuah artikel ia menulis sebagai berikut: “Dalam proses melahirkan, salah satu pilihan dokter yang paling menguntungkan adalah posisi litotomi (berbaring terlentang), tidak karena secara fisiologis itu menguntungkan, namun karena dengan posiis ini akan memungkinkan mereka (dokter red) untuk menolong persalinan sambil berdiri atau duduk dengan nyaman, dan dengan bidang yang jelas untuk melalkukan manuver.”

Kita tahu betul bahwa bersalin atau melahirkan dengan posisi tegak akan sangat menyulitkan bagi bidan dan dokter untuk menolong (butuh ketrampilan khusus untuk ini), tetapi banyak alasan fisiologis yang baik untuk memungkinkan seorang perempuan untuk melahirkan di posisi tegak (termasuk suplai darah dan oksigen ke bayi meningkat, lebih efektif saat mendorong/mengejan, dan outlet panggul yang lebih luas).

Posisi Sehat untuk mengejan dan melahirkan

Semestinya seorang ibu bersalin harus diperbolehkan dan berhak untuk bergerak bebas selama persalinan.  Berjalan, berdiri, duduk, berlutut, berjongkok atau didukung jongkok semua posisi ini sangat bermanfaat selama persalinan dan kelahiran yang bekerja sama dengan kekuatan gravitasi, bukan melawannya.

Melahirkan di Masa Depan

Tenaga medis mungkin ragu-ragu untuk membantu ibu melahirkan ke dalam posisi alternatif – mungkin hal ini disebabkan kurangnya praktek. salah satu dokter kandungan mengatakan, mahasiswa kedokteran belajar tentang patologi, bukan kelahiran alami!

Menolong ibu melahirkan itu melibatkan ilmu pengetahuan dan seni kebidanan, sehingga wanita diberdayakan dan bayi lahir sehat.

Saya sempat mewawancarai beberapa ibu yang melahirkan di rumah sakit dengan posisi berbaring terlentang dengan kaki mereka di sanggurdi. Ria (bukan nama sebenarnya) mengatakan dia begitu kelelahan oleh rasa sakit (sensasi nyeri meningkat ketika seorang wanita berbaring). Ria merasa sulit untuk mendorong bayi keluar, dan akhirnya dokter menggunakan forsep untuk menarik bayi keluar. Dia merasa sakit sangat karena dia di episiotomi dan lemah. Tutik (bukan nama sebenarnya) lain lagi, saat melahirkan dia harus tidur terlentang atau miring kekiri padahal setiap kali kontraksi dia merasa lebih sakit ketika posisinya berbaring. Ketika dia berusaha duduk untuk meringankan rasa sakitnya, perawat dan bidan langsung memarahinya dan mengancamnya dengan kata-kata, “ibu harus menurut! Kalau enggak nanti malah di Sc lho!” dan ketika akhirnya si ibu Tutik merasa kelelahan, mereka langsung menawarkan Sc dengan alas an agar bayinya pintar!

Inilah kenyataan yang terjadi di lapangan, Tampaknya bahwa ibu ketika dalam proses persalinan akan rentan terhadap saran dan pemaksaan dan bahkan ketika seorang wanita sangat yakin bahwa kelahiran alami adalah yang terbaik bias saja akhirnya menyerah pada keputusan dan arah dari bidan dan / atau dokter.

Lalu bagaimana cara menghindari kejadian ini? Rahasianya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan di awal kehamilan: Apa mungkin saya melahirkan dengan posisi tegak? Bagaimana kebijakan di RS tentang pertolongan proses persalinan? Siapa yang akan mendampingi saya? atau beberapa pertanyaan lain sesuai dengan “Birth Plan” Anda.

Salam Hangat

Semoga Bermanfaat

Referensi:

1. Kitzinger S. Sheila Kitzinger”s letter from Europe: The Clock, the Bed and the Chair. Birth – Issues in Perinatal Care. March 2003.

2. Caldeyro-Barcia R. The influence of maternal position on time of spontaneous rupture of the membranes, progress of labor and fetal head compression. Birth1979; 6: 10-18.

3. Gupta JK, Hofmeyr GJ. Position in the second stage of labour for women without epidural anaesthesia. The Cochrane Database of Systemic Review 2006 issue 1. The Cochrane Collaboration. John Wiley and Sons, Ltd.

4. Gaskin IM. Ina May”s Guide to Childbirth. New York: Bantam Dell, Random House, 2003.

5. Davis-Floyd R. The technocratic, humanistic, and holistic paradigms of childbirth. International Journal of Gynecology and Obstetrics 2001; 75: S5-S23.

6. Brown H, Nikoderm C, Garner P, Hofmeyr J. Evidence based maternity care and labour support. International Journal of Childbirth Education, 2000.