Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Yuk Pahami dan Nilai Kemajuan Persalinan-mu

Yuk Pahami dan Nilai Kemajuan Persalinan-mu

0
Yuk Pahami dan Nilai Kemajuan Persalinan-mu

Pola Persalinan

Walaupun pada dasarnya ada pola/ pattern dalam proses persalinan, namun tetap saja proses persalinan antara satu orang dengan yang lain sangatlah unik. dan tentu perawatan yang diberikanpun seharusnya juga unik.

Baik itu Anda sebagai provider (dokter, bidan) , maupun pendamping persalinan (Suami, doula, keluarga) sangatlah penting untuk mengetahui unsur unsur apa saja yang diperlukan untuk bisa menilai kemajuan persalinan secara lebih akurat antara lain:

  1. Memahami fisiologi persalinan – mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh seorang wanita saat melahirkan.
  2. Memfasilitasi dan mendukung (tidak mengganggu) proses fisiologi.
  3. Fokus pada ibu dan melibatkan semua indra Anda: penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan dan intuisi untuk “membaca” tanda-tanda yang muncul maupun di tunjukkan.
  4. akan sangat ideal jika Anda mengenal sang ibu ini  sebelumnya – karena ini akan membantu Anda menilai perilaku pribadinya dan memahami perilakunya dengan lebih baik.
  5. Menyadari bahwa penilaian apa pun bisa tidak akurat, dan bahwa setiap wanita mungkin tidak menunjukkan sinyal kemajuan ‘biasa’.

Catatan:

Berikut ini adalah panduan pada ibu bersalin normal fisiologis. belum tentu   berlaku jika dilakukan pada ibu bersalin dnegan Induksi, epidural, maupun yang diberikan intervensi lainnya.

Bagi saya, proses persalinan ibarat proses “perjalanan atau petualangan” proses fisiologi yang saya ungkapkan disini merupakan gambaran umum yang terjadi. apabila Anda ingin mendalami lebih dalam lagi, maka Anda bisa membuka sumber yang ada di akhir artikel ini.

Glossary (istilah)

Oksitosin (OX): cinta, ikatan, pengurangan stres; penyembuhan; Kontraksi uterus
Beta-endorfin (BE): menghilangkan rasa sakit; Aktivasi pusat penghargaan di otak, keadaan kesadaran yang berubah – ‘transendensi’
Epinefrin dan Norepinephrine (E-NE) adrenalin dan noradrenalin: hormon stres (aktivasi jangka pendek)
Kortisol (KR): hormon stres (aktivasi jangka panjang)
Prolaktin (PRL): hormon ibu; laktasi
Eustress: stres bermanfaat / fisiologis sebagai lawan dari tekanan patologis

Memahami fisiologi persalinan

Hormon Prolaktin (PRL), progesteron dan Beta-endorfin (BE) meningkat selama masa kehamilan, dan mencapai tingkat yang paling tinggi pada awal persalinan. saat proses bayi sudah mulai siap, maka tubuh ibu merespons. produksi hormon  Oksitosin (OX)meningkat dan kontraksi rahim menjadi lebih kuat.

Awalnya kontraksi yang terjadi bisa tidak beraturan panjangnya, kekuatan dan intervalnya. Serviks melembut dan membuka, dan bayi mungkin mulai memutar dan trusn ke panggul. saat inilah hormon Beta-endorfin (BE) meningkat lebih jauh sebagai respons terhadap rasa sakit akibat kontraksi.

Kegembiraan / kegelisahan / antisipasi (eustress) memaksa tubuh untuk meningkatkan pelepasan Epinefrin dan Norepinephrine (E-NE) adrenalin dan noradrenalin. Keseimbangan antara fokus batin (OX + BE) dan kewaspadaan (E-NE) membuat seorang ibu bersalin tersebut untuk tetap waspada terhadap lingkungannya dan membuat neokorteksnya tetap aktif.

Ini memudahkan kemampuannya untuk melakukan apa yang dibutuhkan  misalnya. mengkoordinasi anak-anaknya yang lain, hubungi bidannya, pergi ke rumah sakit, dll. Jika tidak terjadi  keseimbangan OT + BE / E-NE-nya maka kontraksinya bisa berhenti sama sekali sampai keseimbangan pulih.

Mekanisme ini memungkinkan ibu bersalin berhenti kontraksinya di awal persalinan  sebagai respons terhadap bahaya dan cara ini adalah cara yang sama seperti mamalia lain ketika hendak melahirkan.

Butuh waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk fase awal persalinan ini sampai ke proses persalinan yang sesungguhnya (fase aktif).

Penilaian (apa yang mungkin Anda lihat)

  • Mata terbuka di antara dan selama kontraksi.
  • Bukti fungsi neokorteks – kemampuan untuk mengadakan percakapan dan menjawab pertanyaan dan / atau melakukan aktivitas eksternal misalnya. Menggunakan aplikasi kontraksi nyaman melalui aplikasi di Handphone
  • mempu mengekspresikan Kegembiraan dan kecemasan.
  • Kontraksi lambat atau berhenti dalam menanggapi perjalanan ke rumah sakit atau situasi stres / mengganggu lainnya.
  • keluar mucus pluc/ lebdir darah  saat serviks mulai menipis dan terbuka.
  • Postur tetap sama seperti pada akhir kehamilan (panggul masih stabil) yaitu. Bisa dengan mudah berjalan tegak di antara kontraksi.

Seiring dengan  meningkatnya produksi hormon Oksitosin (OX), maka  kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih kuat. Sebagai tanggapannya , kortisol dan BE meningkat ke tingkat yang sangat tinggi untuk menghilangkan rasa sakit dan mengurangi stres.

Obat alami (opiat) membantu menciptakan keadaan seperti trance dimana fokus ibu berada di dalam diri sendiri dan dia mulai mengantuk dan kurang menyadari kondisi dan situasi di sekelilingnya.

Fungsi neokorteksnya berkurang dan sistem limbiknya (insting) meningkat. Nah, saat inilah fase aktif mulai terjadi.

pada periode ini, bayi mulai  berputar dan bergerak turun melalui panggul ibu. Rhombus Michaelis bergerak naik untuk meningkatkan kapasitas di rongga dan lubang panggul.

Gambar:  Rhombus Michaelis

karena pelvis yang mulai  ‘membuka’ itu menjadi tidak stabil – maka ibu mulai bergerak secara naluriah untuk mengakomodasi gerakan panggul dan bayinya. saat inilah, ketuban bisa pecah saat serviks terbuka cukup besar.

Seiring kemajuan persalinan dan saat kontraksi mencapai puncak ‘yang kuat’, ada gelombang E-EN untuk melawan beberapa efek BE. Ini terjadi untuk mempersiapkan ibu supaya dia cukup  waspada untuk melindungi bayinya segera setelah lahir. Respon tubuh bisa berupa refleks ejeksi janin yang mengakibatkan kontraksi yang sangat kuat dan kelahiran yang cepat. Namun, bagi kebanyakan wanita, gelombang E-EN ini dialami sebagai ‘transisi’ – perasaan takut, merasa tidak kuat, tapi juga excited. (biasanya ini terjadi di pembukaan 8-9cm).

Begitu serviks terbuka penuh mungkin ada ketenangan dalam pola kontraksi karena rahim mulai ‘mengatur kembali’ dirinya sendiri saat bayi  bergerak ke bawah. Saat bayi turun tekanan lebih lanjut ada pada saraf di panggul sehingga terjadi reflek untuk mendorong atau mengejan secara spontan. Kontraksi menjadi semakin ekspulsif saat jaringan lunak membentang sehingga meningkatkan pelepasan hormon OX. Rasa sakit yang dihasilkan dari jaringan perineum yang membentang membuat ibu melakukan perilaku naluriah untuk  melindungi perineum. Tingkat PRL, OX dan E-EN meningkat lebih jauh saat prose kelahiran terjadi.

Begitu kepala bayi lahir ada kemungkinan jeda yang memungkinkan bayi untuk memutar atau mengubah posisi untuk mendapatkan bahunya lahir melewati panggul.

Penilaian (apa yang mungkin Anda lihat)

  • Pola kontraksinya menjadi semakin kuat. Perhatikan bahwa kontraksi mungkin belum tentu menjadi lebih dekat, tapi akan menjadi semakin kuat. Harus ada pergeseran pola / kekuatan setiap 2 jam (ini pola atau aturan pada umumnya).
  • si Ibu akan berada di ‘dunianya sendiri’ – dia mungkin menutup matanya dan tertidur di antara kontraksi . coba Lihatlah si ibu mungkin menutupi matanya dengan kain atau membenamkan kepalanya ke sesuatu (misalnya bantal) pada fase ini.
  • ibu mulai kurang bisa menanggapi pertanyaan atau hal lain yang mengharuskannya untuk menggunakan neokorteks. Komunikasinya (jika ada) akan singkat dan “to the point” misalnya. ‘Air!’ Dan bukan ‘Tolong ambilkan aku air’. Jika Anda mengajukan pertanyaan (sebaiknya tidak) mungkin diperlukan beberapa saat baginya untuk menjawab dan dia tidak akan berbicara selama atau saat dia merasakan kontraksi.
  • Gerakan dan suaranya akan bersifat naluriah dan ritmis. Dia cenderung bersuara selama kontraksi – sering kali mengeluarkan suara yang sama  dan / atau melakukan gerakan yang sama setiap saat.
  • Selama fase inilah si ibu bersalin yang sebelumnya adalah seorang pemalu tiba tiba berubah menjadi tidak peduli akan rasa malunya. dimana dia tidak enggan untuk melepas  semua pakaiannya dan merangkak dalam kondisi telanjang.
  • Pada titik ini “simfoni hormonal” berjalan lancar , sangat sulit untuk menghentikan atau memperlambat kontraksi. Tekanan yang signifikan pada titik ini dapat menghasilkan refleks ejeksi janin namun tidak mungkin menghentikan kontraksi.
  • Saat bayi bergerak ke bawah dan panggulnya menjadi kurang stabil (terbuka), postur tubuhnya akan berubah. si ibu bersalin biasanya langsung ingin memegang benda (dan orang) saat berdiri / berjalan. ibu bersalin ini tidak akan bisa duduk langsung di pantatnya.
    Jika si Ibu berada dalam posisi miring ke depan / tegak, Anda mungkin bisa melihat / merasakan ‘pembukaan punggungnya’ saat Rhombus Michaelis bergerak.
    Garis ungu bisa terlihat di antara pantat wanita saat kepala bayi turun.
  • Selama transisi E-EN bisa menyebabkan mulut kering dan dia mungkin tiba-tiba menjadi sangat haus. ketika produksi E-EN sangat tinggi, maka kadang juga bisa menyebabkan muntah saat merespons fight or flight.
  • ketika pembukaan lengkap,  Anda mungkin akan melihat mucus plug yang banyak dan berwarna merah darah dan air ketuban pecah.
  • saat fase ini mungkin ada fase ‘istirahat dan bersyukur’ setelah fase transisi dimana kontraksi melambat dan ibu bersalinn berbaring saat bayi turun ke panggulnya.
  • sang ibu bisa saja mengeluh dan berkata bahwa dia merasa seperti hendak Poop dan merasa tulang ekornya terasa pegal sekali serasa mau patah, Dan Anda mungkin melihat kotoran keluar saat bayi menekan rektum nya dan sang ibu mengejan.
  • Kontraksi menjadi ekspulsif dan pola akan berubah. Suara dan tingkah lakunya juga akan berubah.
  • Jika Anda dapat melihat daerah perineumnya , Anda akan melihat tanda-tanda kepala bayi turun melalui vagina – dimana anus dan vulva menganga, vulva menjadi pipih, kantong air ketuban yang menonjol (jika masih utuh), Rambut bayi / kepala, dll.
  • Saat kepala bayi crowning, sang ibu bisa saja akan menahan dorongannya/hejanannya, terengah-engah, menjerit, menutup kakinya, dan / atau memegangi kepala bayinya – melindungi perineumnya.

saat bayi sudah lahir,  ibu dan bayi memiliki tingkat BE, OX dan E-NE yang sangat tinggi. Seiring dengan meningkatnya hormon PRL, kombinasi ini memberikan resep yang sempurna untuk terbentuknya ikatan dan koneksi ibu-bayi – BE (kesenangan, penghargaan, ketergantungan) + OX (cinta dan ikatan) + PRL (perilaku ibu) + E-NE (kewaspadaan).

Inisiasi menyusu dini (IMD) dan proses Skin to Skin  serta  interaksi ibu-bayi meningkatkan produksi OXdan PRL yang mampu meningkatkan kemampuan  payudara untuk produksi ASI lebih banyak lagi. hormon BE yang sangat tinggi berkontribusi pada euforia yang dialami banyak wanita setelah melahirkan. sehingga saat periode ini, semua rasa sakit hilang yang ada hanyalah sukacita.

saat proses plasenta lahir,  Bayi secara naluriah mencari ibunya (melihat ke wajahnya) dan merangkakkan ke kaki nya dan ini bisa merangsang rahim berkontraksi. Kontak skin to skin membuat tubuh ibu dan tubuh bayi secara otomatis mengatur suhu bayi, pernapasan dan detak jantung dan memberikan rasa aman mengurangi hormon stres yang diproduksi pada akhir persalinan.

Setelah kelahiran E-NE menurun secara signifikan namun kortisol menurun perlahan. Kortisol dapat meningkatkan efek PRL pada produksi susu (tingkat stres yang ekstrim menghambat produksi susu).

Penilaian (apa yang mungkin Anda lihat)

  • Segera setelah kelahiran ibu mungkin tampak ‘tertegun’ dan mungkin ini terjadi  saat  sebelum dia meraih bayinya dan membawanya ke pelukannya.
  • Bayi waspada dan secara naluriah berinteraksi dengan ibu dan mencari payudara
    Ibu dan bayi berinteraksi.
  • Anda mungkin darah mulai banyak, terutama ketika plasenta mulai melepaskan diri dari rahim dan hendaklahir.
  • Setelah beberapa lama memusatkan perhatian pada bayi, sang ibu mungkin mulai mengalihkan perhatiannya kembali ke dunia luar; Sering dimulai dengan pasangannya / keluarga, baru kemudian bidan, doula dll, sebelum beralih ke orang-orang di luar ruangan.

nah itulah gambaran fisiologis persalinan. semoga bermanfaat.

Referensi:

Dixon, L, Skinner, J & Foureur, M 2013, ‘The emotional and hormonal pathways of labour and birth: integrating mind, body and behaviour’, New Zealand College of Midwives, vol. 48, pp. 15-23.

Sakala, C, Romano, AM & Buckley SJ 2016, ‘Hormonal physiology of childbearing, an essential framework for maternal-newborn nursing’, JOGNN: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0884217515000520

Reed, R, Barnes, M & Rowe, J 2016 ‘Women’s experience of birth: childbirth as a rite of passage’ International Journal of Childbirth, vol. 6, no. 1, pp.46-56.

Reed, R, Rowe, J & Barnes, M 2016 ‘Midwifery practice during birth: ritual companionship’ Women and Birth, vol. 29, no. 3, pp. 269-278.

Turner, V 1969, The ritual process: structure and anti-structure, Transaction Publishers, Rutgers, New Jersey

Turner, V 1987, ‘Betwixt and between: the liminal period in rites of passage’, in LC, Mahdi, SF Foster, & M Little (eds), Betwixt and between: patterns of masculine and feminine initiation, Open Court Publishing Company, Illinois, pp.3-19.