Bidan Kita

Home Baby care Apa Yang Terjadi Jika Bayiku Kuning (Ikterik), Ibu-ibu Wajib Baca!

Apa Yang Terjadi Jika Bayiku Kuning (Ikterik), Ibu-ibu Wajib Baca!

0
Apa Yang Terjadi Jika Bayiku Kuning (Ikterik), Ibu-ibu Wajib Baca!

Apa Itu Bayi Kuning?

Bayi Kuning (Jaundice) adalah warna kekuningan yang didapatkan pada kulit dan lapisan mukosa (seperti bagian putih mata) sebagian bayi baru lahir. Dalam bahasa Indonesia hal ini lebih sering disebut sebagai ‘bayi kuning’ saja.

Istilah lain yang kadang digunakan adalah ikterik. Hal ini dapat terjadi pada bayi dengan warna kulit apapun. Kondisi bayi kuning ini kalau terjadi pada bayi baru lahir di sebut ikterus neonatorum Ini adalah sebuah kondisi yang menyebabkan warna kulit pada bayi yang baru lahir berubah menjadi lebih kuning.

Kondisi ini bisa disebabkan karena kadar bilirubin dalam tubuh bayi menjadi sangat tinggi. Perubahan ini akan sering terlihat pada bagian mata dan kulit bayi.

Ikterus neonatorum adalah kondisi ketika bayi yang baru saja lahir memiliki kadar bilirubin yang sangat tinggi sehingga bisa terlihat jelas pada bagian mata, kulit, mulut, dan  juga bagian mata bayi.

Kondisi ini juga sangat berhubungan dengan tubuh bayina yang menghasilkan bilirubin sangat tinggi atau lebih dari 12 mg/dL. Bilirubin bisa menjadi racun dalam tubuh bayi sehingga bayi bisa menjadi racun pada otak bayi.

Sekitar 65% dari bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama setelah lahir dan sekitar 1% dari bayi baru lahir mengalami ikterus hingga dapat mengancam nyawa atau yang disebut juga sebagai kernikterus.

Pada orang-orang dengan ras Asia ditemukan lebih sering mengalami ikterus neonatorus dengan kadar bilirubin > 12 mg/dL dibandingkan ras kulit putih dan negro. Pada bayi-bayi premature terjadi peningkatan angka kejadian ikterus neonatorum dibandingkan dengan bayi-bayi yang cukup bulan.

Bagaimana ini terjadi?

Warna kekuningan terjadi karena penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin. Sel darah merah manusia memiliki waktu hidup tertentu. Setelah waktu hidupnya selesai, sel darah merah akan diuraikan menjadi beberapa zat, salah satunya bilirubin.

Bilirubin ini akan diproses lebih lanjut oleh hati untuk kemudian dibuang sebagai empedu. Pada janin, tugas tersebut dapat dilakukan oleh hati ibu. Setelah lahir, tugas tersebut harus dilakukan sendiri oleh hati bayi yang belum cukup siap untuk memproses begitu banyak bilirubin sehingga terjadilah penumpukan bilirubin.

Apakah jaundice berbahaya?

Sebagian besar jaundice tidak berbahaya. Namun pada situasi tertentu di mana kadar bilirubin menjadi sangat tinggi, kerusakan otak dapat terjadi. Hal ini terjadi karena walaupun secara normal bilirubin tidak dapat melewati pembatas jaringan otak dan aliran darah, pada kadar yang sangat tinggi pembatas tersebut dapat ditembus sehingga bilirubin meracuni jaringan otak.

Keadaan akut pada minggu-minggu awal pasca kelahiran di mana terjadi gangguan otak karena keracunan bilirubin ini disebut sebagai ‘acute bilirubin encephalopathy’. Bila keadaan tersebut tidak diatasi, kerusakan otak dapat berlanjut menjadi kronik dan permanen menjadi suatu kondisi yang disebut ‘kernicterus’.

Inilah alasan mengapa bayi baru lahir harus diperiksa dengan teliti untuk menilai ada tidaknya jaundice/ ikterik dan ditangani secara tepat jika ditemukan adanya jaundice/ikterik

Bilirubin juga dapat menjadi sangat tinggi pada infeksi yang berat, penyakit hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh sendiri), atau kekurangan enzim tertentu.

Gejala utama yang dapat dilihat pada bayi adalah perubahan warna menjadi kuning yang dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit. Perubahan ini awalnya mudah tampak dari mata lalu apabila makin berat dapat menjalar hingga ke dada, perut, tangan, paha, hingga ke telapak kaki.

Penting untuk mengetahui kapan awal mula terjadinya kuning pada bayi tersebut karena dapat menentukan apakah ikterus ini bersifat fisiologis atau bersifat patologis.  Selain itu, pada bayi dengan ikterus neonatorus fisiologis, bayi tampak sehat dan tidak rewel.

Apabila ditemukan kuning disertai dengan anak lesu, malas menetek, dan rewel, perlu dicurigai sebagai ikterus neonatorus patologis dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tanda-tanda terjadinya ikterus neonatorum yang bersifat fisiologis:

  • Gejala kuning muncul pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir;
  • Kenaikan kabar bilirubin < 5 mg/dL;
  • Puncak dari kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan kadar bilirubin < 15 mg/dL;
  • Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature atau kurang bulan.

Apabila kuning yang muncul selain dari kriteria yang ada di atas, maka dimasukkan ke dalam tipe ikterus neonatorum yang bersifat patologis sehingga perlu evaluasi dan pemeriksaan yang lebih lanjut.

Pemeriksaan yang dilakukan berguna untuk mengatahui penyebab dari ikterus patologis tersebut, contoh pemeriksaan yang dapat dilakukan :

  • Kadar bilirubin serial atau diperiksa berulang-ulang sehingga dapat dipantau kenaikan kada bilirubinnya. Apabila kadar tinggi dapat segera diambil tindakan; golongan darah dan rhesus dari ibu dan bayi. Sering terjadi ikterus karena golongan darah atau rhesus ibu dan bayi tidak sesuai;
  • Tes Coomb; Hapusan darah tepi untuk mengetahui bentuk dari sel darah merah
  • Pemeriksaan darah lengkap untuk mengevaluasi kemungkinan infeksi.

Gejala ikterus neonatorum

  1. Beberapa bagian tubuh bayi berubah menjadi kekuningan, terutama pada bagian telapak kaki, telapak tangan, mulut dan mata bayi. Kemudian warna kuning akan menyebar ke semua bagian tubuh bayi dalam waktu yang sangat cepat.
  2. Penyakit akan terlihat dengan gejala yang lebih cepat sejak dilahirkan dan paling lama 72 jam setelah dilahirkan.
  3. Bagian mata dan mulut serta semua bagian wajah bayi bisa berubah menjadi kekuningan dan bayi menjadi sangat lemah.
  4. Bayi tidak mau minum ASI sejak baru dilahirkan dan sangat sulit untuk memberikan ASI pada bayi. Kondisi ini bisa memicu bayi menjadi sangat lemah termasuk resiko dehidrasi dan  hipotermia.
  5. Bayi akan lebih sering tidur dan terlihat sangat lemah. Berbeda dengan bayi yang sehat dan langsung menerima ASI atau colostrum sehingga bayi menjadi sangat lemah dan penilaian kesehatan bayi menjadi sangat rendah.
  6. Bayi mengeluarkan urin dan kotoran dengan warna yang lebih kuning dan keruh. Kondisi ini disebabkan karena bilirubin yang sangat tinggi dalam tubuh bayi sudah merusak sistem sekresi pada bayi. Ini menjadi indikasi bahwa kondisi tubuh bayi sangat buruk.

Penyebab ikterus neonatorum

  1. Penyakit ini pada dasarnya terjadi ketika tubuh bayi memiliki kadar bilirubin yang sangat tinggi dalam darah. Bilirubin merupakan zat yang menghasilkan warna kuning yang dihasilkan ketika sel darah merah dalam tubuh bayi memecah.
  2. Bayi memiliki jumlah sel darah merah yang sangat tinggi sejak baru lahir sehingga ketika sel darah merah memecah maka menghasilkan bilirubin yang lebih tinggi.
  3. Hati sebagai organ bayi yang penting untuk menghilangkan bilirubin dalam tubuh bayi belum bekerja sempurna. Kondisi ini paling sering terjadi pada bayi yang terlahir prematur, dimana organ tubuh belum terbentuk sempurna saat baru lahir.
  4. Bayi yang memiliki usus dengan fungsi yang belum sempurna maka kadar bilirubin juga akan meningkat dengan cepat. Pada bayi yang baru lahir maka usus dalam tubuh bayi belum memiliki organisme yang bisa mengolah bilirubin, akibatnya bilirubin akan diserap dalam hati kemudian terjadi penyakit ini.
  5. Bayi yang tidak menerima colostrum dan ASI yang cukup sehingga usus bayi menyerap bilirubin yang lebih tinggi. Beberapa bayi memang bisa mengalami ini akibat produksi ASI yang tidak banyak atau tidak cukup sehingga bayi kurang ASI. Beberapa bayi juga tidak mau minum susu pengganti seperti susu formula yang khusus diberikan pada bayi.
  6. Bayi yang memiliki rhesus darah berbeda dengan ibu sehingga tubuh bayi menghancurkan sel darah merah dengan sangat cepat. Perbedaan rhesus ini biasanya akan diketahui setelah bayi lahir. Ini masalah yang sangat rumit karena bayi memerlukan penanganan khusus.
  7. Bayi mengalami infeksi yang berat terutama infeksi pada bagian sistem pencernaan yang menyebabkan fungsi usus pada bayi mengalami
  8. Ketika bayi memilikin enzim G6PD yang sangat rendah. Enzim ini sangat penting untuk membantu sel darah merah dalam tubuh bayi tidak mengalami kerusakan atau pecah. Jika tubuh bayi kurang enzim ini maka sel darah merah akan pecah dengan cepat sehingga kadar bilirubin juga sangat tinggi. Ibu hamil yang kurang gizi sangat rentan dengan resiko ini.
  9. Bayi mengalami penyakit hati atau kerusakan hati sehingga tubuh bayi tidak bisa mengurangi bilirubin. Kerusakan hati paling sering terjadi selama bayi masih dalam bentuk janin dalam rahim ibu hamil. Kemudian ketika lahir maka kadar bilirubin dalam tubuh bayi menjadi sangat tinggi.

Tipe ikterus neonatorum

  • Ikterus Neonatorum Patologis

Kondisi ini membuat bayi memiliki kadar bilirubin yang sangat tinggi akibat penyakit tertentu atau infeksi yang terjadi pada tubuh.

Penyakit yang menyebabkan kondisi ini termasuk seperti kelainan sel darah merah pada bayi, penyakit hemolitik, infeksi seperti sepsis dan meningitis, kelainan metabolisme seperti galaktosemia dan hipoglikemia, dan kelainan usus seperti mekoneum ileus, penyakit Hirschprung dan letak usus yang terlalu tinggi. Ada beberapa gejala yang terjadi akibat kondisi ini termasuk seperti:

  • Bayi berubah menjadi lebih kuning hanya dalam waktu kurang dari 24 jam.
  • Bayi kuning menjadi lebih parah pada umur lebih dari 24 jam.

Bayi kuning terjadi setelah umur bayi lebih dari 10 hari.

  • Ikterus neonatorum fisiologis

Ini adalah sebuah kondisi bilirubin yang sangat tinggi pada tubuh bayi akibat faktor fisiologis pada tubuh bayi dan biasanya paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Penyakit ini tidak muncul dengan cepat atau membutuhkan waktu selama kurang lebih hari dua sampai tiga hari setelah dilahirkan.

Kemudian semakin lama semua gejala akan terjadi dengan cepat. Biasanya penyakit ini juga akan hilang sendiri selama kurang lebih 14 hari. Penyebab penyakit ini seperti organ hati bayi yang tidak sempurna, hati bayi yang belum terbentuk sempurna seperti pada bayi prematur dan kekurangan enzim tertentu yang menyebabkan sel darah merah pecah berlebihan dalam tubuh bayi.

Perawatan ikterus neonatorum

  1. Beberapa bayi yang menderita ikterus neonatorum bisa sembuh sendiri dalam waktu kurang lebih 10 sampai 14 hari, namun tindakan ini harus mengamati gejala pada bayi secara terus menerus dan ada indikasi perubahan ke arah yang lebih baik.
  2. Tindakan fototerapi yaitu memberi sinar biru pada tubuh bayi agar bilirubin yang terbentuk dalam tubuh bayi bisa dipecah oleh hati dalam waktu yang lebih cepat. Ada dua jenis tindakan yang bisa dilakukan yaitu:
  3. Fototerapi konvensional : perawatan dilakukan dengan menempatkan bayi dibawah lampu neon atau lampu halogen dengan mata bayi yang ditutup sehingga sangat aman. Ini tindakan fototerapi yang paling sering digunakan.
  4. Fototerapi fiberoptik: dimana bayi diletakkan dalam selimut berkabel yang terdiri dari berbagai serat kabel optik yang memberi cahaya gerak lewat sinar yang dipantulkan ke arah punggung bayi. Perawatan ini paling sering dilakukan pada bayi prematur.
  5. Transfusi tukar darah dimana transfusi dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah kecil darah bayi yang mengandung sel darah merah yang rusak dan menggantinya dengan sel darah yang lebih sehat. Biasanya sel darah bisa didapatkan dari ibu kandung atau dari keluarga dengan tipe darah yang sama.
  6. Bayi bisa diberikan ASI perah atau ASI secara langsung jika memungkinkan. ASI sangat penting untuk diberikan pada bayi agar mereka bisa mengelola kadar bilirubin. Termasuk untuk bayi yang menjalani perawatan dengan fototerapi maka ASI bisa diberikan secara teratur.
  7. Bayi prematur yang menerima ASI penuh dan mengalami ikterus neonatorum juga bisa mendapatkan kesembuhan dengan proses alami ini. Namun tindakan di rumah sakit diperlukan untuk membantu mencegah komplikasi.
  8. Jika bayi menderita ikterus neonatorum akibat penyakit infeksi tertentu maka perawatan untuk mengatasi penyakit tersebut bisa membantu menyembuhkan dengan cepat. Perlakuan untuk mencegah penyakit infeksi juga penting termasuk untuk tindakan IVIG yang bisa dilakukan jika rhesus ibu dan bayi berbeda.

Penanganan bayi kuning yang mengalami penyakit kuning fisiologis dan juga patologis tentunya berbeda. Penanganan yang dilakukan akan menyesuaikan jenis penyakit kuning tersebut dan melihat sejauh apa penyakit kuning tersebut berada di dalam tubuh bayi.

Cara Mengatasi Penyakit Kuning

Berikut ini cara mengatasi penyakit kuning yang ada pada bayi :

  1. ASI Lebih Sering

Untuk mengatasi penyakit kuning terutama penyakit kuning yang sifatnya patologis ibu bisa memberikan ASInya lebih sering. Hal itu dikarenakan ASI bisa membentuk sistem imun bayi lebih meningkat dibandingkan sebelumnya, tugas sistem imun itu adalah untuk menjaga sel otak dari serangan bilirubin yang tinggi. ASI yang sering juga bisa memberikan ketenangan pada bayi, menghindarkan bayi dari dehidrasi.

ASI tersebut harus masuk ke dalam tubuh bayi, sehingga ibu harus bisa memastikan apakah bayi tersebut benar benar menyusu atau hanya sekedar mengempeng saja.  

  1. Menjemur Bayi

Menjemur bayi bisa digunakan untuk penanganan bayi kuning yang terjadi secara fisiologis atau normal. Vitamin D yang ada pada sinar matahari pagi sangat membantu bayi untuk bisa menghilangkan penyakit kuning yang ada di tubuhnya. Caranya adalah dengan sebagai berikut ini :

  • Menjemur bayi pada pukul setengah tujuh pagi sampai dengan pukul sembilan pagi, pastikan bahwa cuaca di pagi itu tidak mendung.
  • Menjemurnya bisa selama 30 jam sampai dengan satu jam.
  • Kondisi bayi yang dijemur dalam posisi telanjang sehingga tidak hanya kulit tertentu saja yang mendapatkan sinar matahari tersebut namun seluruh tubuh bayi terkena sinar.
  • Usahakan juga kulit yang terdapat penyakit kuningnya mendapatkan cukup sinar matahari.
  • Lindungi mata bayi, hal itu dilakukan agar mata tidak terpapar langsung dengan sinar matahari.
  1. Perhatikan Fisik Bayi

Untuk mengatasi penyakit kuning, ibu harus memperhatikan fisik bayi yang terjadi. Bagaimana kondisi bayi anda setelah menderita penyakit kuning tersebut. Yang harus diwaspadai adalah :

  • bayi yang memiliki fisik lemas
  • tidak aktif bergerak
  • tidak mau menyusu ibunya
  • menangis tidak kencang atau bisa juga hanya bisa merintih

Ketika hal itu terjadi ibu harus segera tanggap dan segera membawa bayinya ke rumah sakit.

  1. Terapi Sinar

Terapi sinar bisa digunakan untuk penanganan bayi kuning. Terapi sinar itu akan dilakukan oleh pihak rumah sakit yang dilengkapi dengan fototherapi.

Untuk melakukannya, bayi bisa diletakkan ke dalam box bayi kemudian tubuh bayi dilakukan penyinaran. Bisa juga dengan cara ibu menggendong bayi masuk ke dalam ruangan fototherapy setelah itu bayi dilakukan penyinaran dengan rentang waktu yang ditentukan.

  1. Tindakan Medis

Bahaya bayi kuning yang terjadi lebih dari 2 minggu dan tidak kunjung sembuh sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit agar mendapatkan tindakan medis.

Dokter yang mengatasi penyakit kuning tersebut akan mengecek kadar bilirubin bayi apakah memiliki kadar bilirubin yang tinggi. Jika tinggi dokter akan melakukan penyinaran atau bahkan melakukan transfusi darah kepada bayi tersebut.

  1. Mencari Penyebab Bayi Kuning

Salah satu hal yang bisa digunakan untuk mencegah terjadinya bayi kuning adalah mencari penyebab kuning tersebut. Apakah disebabkan oleh faktor fisiologis atau karena patologis. Jika fisiologis, kuning tersebut bisa hilang dengan sendirinya sedangkan jika karena patologis diperlukan campur tangan dokter untuk mengatasinya.

  1. Jangan Membuat Bayi Dehidrasi

Jangan membuat bayi terkena dehidrasi, dehidrasi bisa membuat bayi terus mengalami penyakit kuning. Oleh sebab itulah berikan cairan sesering mungkin kepada bayi, caranya adalah dengan memberikan ASI selama 3 sampai dengan 4 jam. Ketika bayi bangun tidur berikan ASI dengan segera jangan tunggu bayi sampai menangis terlebih dahulu.

Cara Mencegah Bayi Kuning

Setelah mengetahui bagaimana cara mengatasi bayi kuning baru lahir, ada baiknya ibu tahu bagaimana cara mencegah agar bayi tidak mengidap atau mengalami penyakit kuning. Berikut ini adalah cara mencegah bayi memiliki penyakit kuning yang harus diketahui :

  • Lebih Peka Dan Teliti

Peka dan teliti diperlukan untuk mencegah bayi terkena penyakit kuning. Peka dan teliti itu bisa dilakukan dengan mengetahui kapan munculnya ganggua kehamilan tersebut. Bagaimana peningkatan penyakit kuning tersebut di dalam tubuh bayi serta berapa lama bayi mengalami penyakit kuning itu.

  • Hindari Obat-Obatan

Selama hamil hindari obat-obatan sembarangan, hal itu bisa digunakan untuk mencegah bayi terkena penyakit kuning. Alasannya adalah ada jenis obat-obatan yang memiliki sulfa, sulfa tersebut adalah penghancur sel darah merah. Selain berhati-hati dalam mengkonsumsi obat selama kehamilan, ibu juga tidak boleh memberikan sembarangan obat kepada bayi yang mengidap penyakit kuning.

  • Hindari Infeksi

Bayi rentan untuk terkena infeksi, oleh sebab itulah sebagai ibu harus bisa menghindarkan bayi dari berbagai macam infeksi. Hal yang bisa dilakukan oleh ibu adalah selalu menjaga kebersihan tubuh bayi dan lingkungan di sekitar bayi. Jangan sampai bayi atau lingkungan bayi tersebut tercemar.

Ibu juga harus memperhatikan kesterilan dari perlengkapan bayi yang digunakan misalnya saja kempong, alat makan dan lain sebagainya, jika tidak steril kuman dan bakteri bisa masuk ke dalam tubuh bayi dan menyebabkan bayi terkena penyakit kuning.

Penanganan bayi kuning diperlukan sesegera mungkin agar ibu yang memiliki bayi kuning terutama penyakit kuning patologis bisa mendapatkan penanganan  dengan segera. Jika penyakit kuning patologis tidak segera diatasi akibatnya adalah bisa membahayakan sel syaraf pusat bayi dan berbagai macam gangguan yang berbahaya lainnya.

Semoga bermanfaat…