
Ternyata para Suami membutuhkan dukungan juga. Karena proses persalinan bukan hanya masa transisi bagi seorang ibu namun juga masa transisi untuk dia juga.
Beberapa kali saya bertemu dengan klien yang suaminya justru mengalami trauma akibat persalinan istrinya .
# Kasus A
Pak Andi dan istrinya bunda Nila datang ke Bidan Kita untuk melakukan treatment untuk program kehamilan. Saat saya meminta mereka untuk sharing ternyata ada beberapa trauma yang di alami oleh pak Andi. Pak Andi dan bunda Nila setelah sekitar 2 tahun pernikahan mereka baru di karuniai kehamilan.
Otomatis kehamilan ini adalah kehamilan yang benar benar mereka dambakan. Mereka berdua selalu Excited setiap kali melakukan pemeriksaan kehamilan di dokter, bayangan menimang bayi mungil selalu ada di benak mereka berdua. Pada minggu ke 16 saat periksa rutin di dokter langganan mereka, tanpa diduga diagnosa dokter menyatakan bahwa bayi mereka mempunyai kelainan bawaan yaitu Anechepali (tidak terbentuk tulang tengkorak pada kepala janin).
Anda bisa membayangkan betapa mereka berdua syok dan panik saat itu, pak Andi melihat istrinya begitu terpukul, menangis seharian, dimana saat itu sebenarnya diapun juga terpukul namun harus beracting seolah tegar di depan istrinya agar bisa menenangkan istrinya.
Dan karena ini adalah kelainan yang mayor, dimana apabila bayi ini tetap di pertahankan, maka banyak sekali resiko yang terjadi, bahkan bisa di pastikan sang bayi tidak akan mampu bertahan hidup segera setelah di lahirkan.
Sehingga akhirnya keputusan berat harus mereka ambil dimana kehamilan tersebut harus di akhiri, dan istrinya dilakukan induksi persalinan. Minimnya informasi dan persiapan ternyata membuat proses persalinan istrinya akibat induksi berjalan sangat menyakitkan dan tidak nyaman.