
Akhirnya sayapun pergi ketegal tgl 5 mei 2012, saat itu saya hanya berpesan..kalau adek-adek ini nunggu ketemu tantenya ya dia pasti akan menunggu sampai saya pulang dari tegal. Tapi kalau tidak, mereka akan lahir dengan nyaman bersama bidan lain disini. Dan saya selalu kirim doa buat mereka.
Selama pelatihan di Tegal, sama sekali saya tidak bisa tenang…tiap hari telp BK dan memantau keadaan bunda Rina dan Bunda Ika dan jawaban bidanku hanya “masih sama buk seperti kemarin.tapi detak jantungnya tetep baik.”
Tgl 7 Mei saya menyuruh si Ulya (bidanku) buat mengukur TBJ (Tafsiran Berat Janin) sekarang. Dan hasilnya bunda Ika 4450 kg, bunda rina 3,4 kg. Sempet cemas dengan hasilnya bunda Ika…kebayang bagaimana kalau distosia bahu nanti…atau memang tak bisa lewat panggul? Tapi saat itu akhirnya dalam hati hanya mengatakan semua baik-baik saja. Dan hari itu bunda Ika pun saya suruh hair Spa dulu biar rileks J. Sedangkan bunda Rina pulang ke Jogja untuk USG dan hasil USG nya sudah terjadi pengapuran plasenta dan harus segera di induksi. Namun bunda rina berencana balik lagi ke Klaten.
Tgl 8 Mei jam 22 malam saya sampai di Klaten langsung menuju BK dan memeriksa bunda Ika, kontraksi sudah lumayan intens tiap 10 menit dengan durasi 30 detik. Pembukaan masih sama 1cm longgar hanya kepala sudah lumayan turun. Lega rasanya karena ada kemajuan penurunan kepala. Akhirnya saya istirahat di kamar. Jam 3 pagi telp berdering dan si Widya bilang kontraksi sudah tiap 5 menit sekali. Yah..saya hanya bilang tunggu dulu biarkan…di relaksasi saja…
Jam 6 saya periksa bunda Ika dan puji Tuhan pembukaan sudah 8 cm. Langsung dech siap-siap kolam bat bet bat bet…setelah kolam lumayan siap bunda ika pun nyebur dech…happy karena sebentar lagi ketemu bayinya…kamipun siap-siap pakai mahkota kerajaan yang dibikin bunda Ika selama masa-masa menunggu di BK. Prosesnya lumayan lama ketika kepala sudah crowning…pelan, pelan sang bayi menurunkan kepalanya memang sempat ada kekhawatiran distosia dan asfiksia jadi semua alat sudah disiapkan di dekat kolam. Mulai dari sungkup, oksigen semprot, oksigen tabung, obat-obat emergency dll. Tapi ternyata di bayi pintar sekali pelan-pelan dia buka vagina bundanya dan akhirnya pukul 08.30 wib lahirlah sang bayi dengan sangat lancar…tak ada distosia, tak ada asfiksia…hanya ada sedikit perlengketan plasenta jadi terpaksa saya harus manual, hanya 5 jahitan. Dan setelah semua selesai, IMD dll dan akhirnya kami timbang si bayi ternyata 4,9 Kg..wow si Montoq….!!!!
Puji Tuhan…dan ketika si montoq lahir, bunda Rina juga sudah datang lagi ternyata dan beliau sudah mulai ikutan intens kontraksinya. Jam 11.30 saya periksa sudah lengkap dan setelah masuk ke air hangat, bunda rina akhirnya melahirkan juga dengan tanpa mengejan sama sekali, bahkan selama crowning bunda rina berkata ” aku rileks, aku santai.” Dan akhirnya sang bayipun meluncur seperti di jalan tol dan mulus sekali…Puji Tuhan..setelah IMD selesai dan di timbang ternyata 3,8 kg, montoq juga.
Yaaah Happy ending semuanya. Dan ternyata sang bayi memang menepati janji mereka untuk tetap menunggu sampai tantenya pulang. 😉
Bahagia rasanya ketika menyadari bahwa saya terpilih menjadi orang yang pertama kali menyambut mereka.
Bahagia rasanya ketika melihat mereka tersenyum sesaat setelah keluar dari rahim dan masih di dalam air, membuka matanya, lalu tersenyum.
Bahagia rasanya ketika mendengar tangisan bayi memecah kesunyian dan mereka berada di dekapan bundanya.
Semua capek hilang. Yang ada hanya semangat.
Banyak sekali pelajaran yang saya bisa ambil dari si baby-baby montoq ini.
1. Teori bisa saja salah, tapi Tuhan dan Alam Semesta tak pernah salah! Tuhan sudah ciptakan Tubuh wanita luar biasa sempurna untuk melahirkan alami. Jadi setiap bayi harusnya bisa melewati “pintu” mereka sendiri-sendiri.
2. Setiap bayi punya “cara dan waktunya” sendiri untuk dilahirkan. Contohnya bunda Ika. Sang bayi menyadari kalau dirinya super montoq untuk itu dia benar-benar berjuang selama 7 hari untuk menurunkan kepalanya dulu, menata posisi kepala dan merilekskan jalan lahir bunda nya. Sebuah waktu yang lama tapi pasti, hingga ketika kepalanya sudah masuk di Hodge II+ pun dia masih saja tidak mau membuka pintu jalan lahir bundanya, namun begitu kepalanya masuk di Hodge III dia langsung membuka pintu bundanya dengan sangat cepat = “mak Byakkk!!!” dan itu adalah isyaratnya bahwa dia sudah SIAP!.
3. Bukan hanya sang ibu, ayah juga keluarga yang harus sabar. Bu bidannya pun harus ekstra sabar. Sabar untuk tidak “gatel” melakukan intervensi, sabar untuk tetap bersedia memotivasi mereka dan kirim salam damai bagi sanga ibu dan janin. Dan saya masih harus belajar banyak sabar dari bayi-bayi yang akan dilahirkan nantinya.
4. Dalam tiap persalinan sang bayi selalu memberi pesan bagi ibu juga saya. Trimakasih bayi….yang sudah mau menjadi Guru saya dalam hidup ini.