c. Saluran susu tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructed duct) adalah keadaan di mana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu / duktus laktiferus yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya tekanan jari pada payudara waktu menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang menyebabkan terjadinya sumbatan. Pada ibu yang kurus, sumbatan ini tampak sebagai benjolan yang teraba lunak. Sumbatan saluran susu dapat dicegah dengan cara melakukan :
Ø perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
Ø memakai BH yang menopang dan tidak terlalu ketat.
Ø mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila setelah menyusui payudara masih terasa penuh.
Bila ibu merasa nyeri, dapat dikompres dengan air hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui supaya bayi lebih mudah mengisap putting susu, dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan. Sumbatan saluran susu dapat berlanjut menjadi mastitis, karena itu perlu dirawat dengan baik.
d. Mastitis dan abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Temperatur badan ibu meninggi, kadang disertai menggigil. Kejadian ini biasanya terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan, akibat lanjutan dari sumbatan saluran susu. Bila mastitis berlanjut, dapat terjadi abses payudara. Ibu tampak sakit lebih parah, payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan tidak lagi sekeras pada mastitis, tetapi mengandung cairan (pus).
Cara mengatasi mastitis :
– dokter memberikan pengobatan antibiotika dan simptomatik terhadap nyeri
– kompres hangat
– ibu cukup istirahat dan banyak minum
– sebelum terbentuk abses, menyusui harus terus diteruskan, dimulai dari bagian yang sakit. Jika sudah terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh disusukan, mungkin perlu juga tindakan bedah. Tapi payudara yang sehat harus tetap digunakan menyusui, dengan perawatan dan kebersihan yang sebaik mungkin.
Tindakan yang harus segera dilakukan pada abses payudara adalah :
Ø merujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase pus
Ø pemberian antibiotik dosis tinggi serta simptomatik analgesik/antipiretik
Ø ibu harus cukup beristirahat
Ø bayi dihentikan menyusu pada payudara yang sakit, sementara pada payudara yang sehat diteruskan.
3. Masalah menyusui pada masa pascapersalinan lanjut
a. Sindrom ASI kurang
Sindrom ASI kurang adalah keadaan di mana ibu merasa bahwa ASI-nya kurang, dengan berbagai alasan yang menurut ibu merupakan tanda tersebut, misalnya :
o payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu untuk memproduksi ASI. Ukuran payudara berhubungan dengan beberapa faktor, misalnya faktor hormonal (estrogen dan progesteron), keadaan gizi, dan faktor keturunan. Hormon estrogen akan menyebabkan pertumbuhan saluran susu dan penimbunan lemak, sedangkan hormon progesteron memacu pertumbuhan kelenjar susu. Masukan makanan yang berlebihan terutama energi akan ditimbun sebagai lemak, sehingga payudara akan bertambah besar, sebaliknya penurunan masukan energi, misalnya karena penyakit, akan menyebabkan berkurangnya timbunan lemak termasuk di payudara, sehingga ukuran payudara berkurang. Seberapapun ukuran payudara seorang wanita, tetap dianggap normal, kecuali jika ada kelainan tertentu misalnya tumor. Ukuran payudara ideal sangat dipengaruhi faktor lingkungan atau penilaian masyarakat setempat.
o ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih encer, disangka telah berkurang, padahal kekentalan ASI bisa saja berubah-ubah.
o payudara tampak mengecil, lembek atau tidak penuh / merembes lagi, padahal ini suatu tanda bahwa produksi ASI telah sesuai dengan keperluan bayi.
o bayi sering menangis disangka kekurangan ASI, padahal bayi menangis bisa karena berbagai penyebab.
o bayi lebih sering minta diteteki, kecuali karena ASI memang lebih mudah dicerna, juga bayi memang memerlukan ASI yang cukup untuk tumbuh kembang, dan yang penting : masalah menyusui bukan hanya memberi makan bayi, tetapi karena bayi juga memerlukan belaian, kehangatan dan kasih sayang.
o bayi minta disusui pada malam hari, hal ini memang penting, karena bayi memerlukan dekapan dan ASI pada malam hari, selain itu menyusui pada malam hari akan memperbanyak produksi ASI dan mengurangi kemungkinan sumbatan payudara.
o bayi lebih cepat selesai menyusu dibanding sebelumnya, hal ini karena bayi telah lebih terbiasa menyusu.
Jika ada keluhan-keluhan semacam ini, cobalah mengadakan evaluasi dan pendekatan psikologis seperti tersebut di atas, serta coba dievaluasi juga hal-hal berikut : 1) ibu jangan merokok, karena merokok mengurangi produksi ASI, 2) kalau ibu menggunakan pil KB, cobalah berkonsultasi dengan dokter, 3) jangan menggunakan alat bantu putting susu, karena akan membingungkan dan melelahkan bayi, serta mengurangi produksi ASI, 4) teruskan menyusui dengan sabar dan sesering mungkin, karena akan memperbanyak produksi ASI, 5) cobalah menyusui dengan payudara pertama selama kurang lebih 10 menit, kemudian payudara kedua selama kurang lebih 20 menit, karena saat awal bayi lebh kuat menyusu, 6) menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan secara berganti-ganti, 7) jangan memberikan susu buatan, karena akan membingungkan bayi, 8) ibu harus banyak beristirahat, 9) ibu harus lebih banyak minum, 10) perhatikan kecukupan gizi makanan, 11) ibu harus tenang, santai, jangan tegang / stress, karena ketegangan dan kecemasan akan mengurangi produksi ASI, jika perlu sesering mungkin lakukan relaksasi hypnobreastfeeding. 12) ibu harus menyusui dalam suasana yang nyaman.
b. Bingung putting
Bingung putting (“nipple confusion”) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu ibu. Peristiwa ini terjadi karena proses menyusu pada putting ibu berbeda dengan menyusu pada botol. Menyusu pada putting memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah, sebaliknya menyusu pada botol akan membuat bayi pasif menerima susu karena dot sudah berlubang di ujungnya. Tanda-tanda bayi bingung putting adalah :
o bayi mengisap putting seperti mengisap dot, lemah, terputus-putus, sebentar