Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Instrumental dalam Persalinan

Instrumental dalam Persalinan

0

Cara terbaik untuk menghindari penggunaan forseps atau ekstraksi vakum TIDAK dan BUKAN epidural

Bayi yang dilahirkan dengan forsep mungkin memiliki beberapa memar atau tanda untuk kepala mereka yang biasanya memudar dalam beberapa minggu setelah lahir

 

Mampu bergerak bebas dan mengubah posisi sangat membantu Anda untuk melahirkan tanpa perlu kekerasan forsep atau vakum ekstraksi.

 

Alasan utama untuk menggunakan forseps dan vakum ekstraksi adalah jika ada keterlambatan atau tidak ada kemajuan dalam persalinan pada tahap kedua atau pemantauan janin menunjukkan bayi dalam gawat janin.

Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan analgesia, khususnya epidural.Wanita yang juga memilih untuk memiliki epidural tidak bisa merasakan kontraksi mereka yang berarti mereka tidak memiliki umpan balik dari tubuh mereka tentang kemajuan bayi mereka.

Setelah epidural, wanita sering diharuskan untuk tidur terlentang, ini juga meningkatkan kesempatan mereka membutuhkan baik forceps atau vakum.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa wanita yang memiliki epidural anestesi lebih dari 45% akan terus memiliki kelahiran operatif (kelahiran normal dibantu dengan forceps atau ekstraksi vakum ditambah kelahiran.) dan Anda mungkin memerlukan episiotomi .

Mencari dokter yang tahu bagaimana membantu Anda untuk masuk ke posisi terbaik dan menciptakan lingkungan di mana Anda merasa nyaman untuk sepenuhnya terbuka dan biarkan diri kelahiran bayi Anda alami sangat penting.

Ketika mewawancarai penyedia layanan, tanyakan seberaba banyak klien yang mereka tolong dengan forcep maupun vakum ekstraksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa ekstraksi vakum adalah lebih baik daripada forsep karena menyebabkan trauma sedikit untuk ibu dan bayi.

Penelitian juga menunjukkan bahwa keputusan dokter anda untuk memilih forsep atau vakum terutama akan tergantung pada preferensi dan pengalaman mereka.

Ilustrasi melahirkan sungsang dengan forsep kebidanan dilukis oleh seniman Amerika medis Catherine Holt Sinclair (1914 – 1990)

Forcep

Ada beberapa jenis:

1. Forcep rendah (low forcep) adalah istilah yang digunakan bila forcep telah dipasang pada kepala janin sekurang-kurangnya pada stasiun 2.

2. Forcep tengah (midforcep) adalah pemasangan forcep pada saat kepala janin sudah masuk dan menancap di panggul tetapi diatas stasiun 2.

3. Forcep tinggi, dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, artinya ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul dengan perkataan lain kepala masih dapat goyang. Forcep tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria. (Bobak, 2004:798 dan Mochtar Rustam 1998: 68-70)

Forsep digunakan pada ibu pada keadaan sangat lemah, tidak ada tenaga, atau ibu dengan penyakit hipertensi yang tidak boleh mengejan, forsep dapat menjadi pilihan. Demikian pula jika terjadi gawat janin ketika janin kekurangan oksigen dan harus segera dikeluarkan. Apabila persalinan yang dibantu forsep telah dilakukan dan tetap tidak bisa mengeluarkan bayi, maka operasi caesar harus segera dilakukan.

Komplikasi Persalinan Ekstraksi Forcep:

1. Komplikasi pada ibu

o Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.

o Infeksi.

o Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.

2. Komplikasi pada bayi dalam bentuk:

o Trauma ekstraksi forcep dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forcep.

o Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.

o Gangguan susunan saraf pusat.

o Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.

o Gangguan pendengaran dan keseimbangan (Muchtar Rustam, 1995: 85-86).

Ekstraksi vakum (VENTOUSE)

Persalinan dengan vakum dilakukan bila ada indikasi membahayakan kesehatan serta nyawa ibu atau anak, maupun keduanya. Jika proses persalinan cukup lama sehingga ibu sudah kehilangan banyak tenaga, maka dokter akan melakukan tindakan segera untuk mengeluarkan bayi, misalnya dengan vakum. Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi (preeklamsia) juga merupakan alasan dipilihnya vakum sebagai alat bantu persalinan. Daam keadaan demikian, Anda tidak boleh mengejan terlalu kuat karena mengejan dapat mempertinggi tekanan darah dan membahayakan jiiwa Anda. Vakum juga dikerjakan apabila terjadi gawat janin yang ditandai dengan denyut jantung janin lebih dari 160 kali permenit atau melambat mencapai 80 kali permenit yang menandakan bahwa bayi telah mengalami kekurangan oksigen (HIPOKSIA).

Efek samping dari persalinan dengan dibantu vakum ini adalah terjadi perlukaan yang lebih luas pada jalan lahir, juga pendarahan dijalan lahir. Sedangkan pada bayi, resiko vakum secara umum adalah terjadinya luka atau lecet dikulit kepala. Inipun dapat diobati dengan obat anti septik. Kondisi ini biasanya akan hilang sendiri setelah bayi usia seminggu. Resiko yang lebih berat adalah terjadinya pendarahan diantara tulang-tulang kepala (cephal hematome), juga terjadi pendarahan dalam otak.

Tips untuk menghindari intervensi dalam kelahiran

· Hindari batas waktu (pembatasan waktu dalam persalinan)

· Hindari pemantauan janin rutin

· Selalu mobilisasi saat fase pembukaan

· Rileks dan tenang selama proses persalinan

· Pilih posisi persalinan yang senyaman mungkin upayakan posisi vertikal

· Hindari epidural

Semoga bermanfaat bunda

Salam hangat

Bidan Kita