Kalau tanpa periksa dalam… kita tahunya ada kemajuan proses persalinan dari mana?
⚠️ PERINGATAN: Artikel ini Mungkin Mengubah Total Cara Pandang Anda tentang Persalinan
Bayangkan ini: Anda sedang dalam proses melahirkan. Tiba-tiba, ada yang bilang “Saya perlu periksa dalam untuk tahu sudah pembukaan berapa.”
STOP.
Bagaimana jika saya katakan bahwa selama ribuan tahun, wanita melahirkan dengan mudah dan tidak ada masalah walaupun TANPA ada yang memasukkan jari ke vagina mereka setiap 4 jam? Bagaimana jika pemeriksaan dalam yang Anda kira “wajib” itu sebenarnya… tidak perlu?
Fakta mengejutkan: Tubuh wanita memberikan PULUHAN tanda yang bisa menunjukkan kemajuan persalinan yang bisa dibaca tanpa menyentuhnya sama sekali. Tapi industri medis modern telah membuat kita lupa cara membacanya.
Bersiaplah untuk menemukan kembali kebijaksanaan kuno yang telah hilang...
Mengapa Artikel Ini Penting untuk Anda
Sebelum kita mulai, mari kita sepakat: Persalinan adalah proses sakral yang telah terjadi jutaan kali sepanjang sejarah manusia. Namun entah bagaimana, dalam 100 tahun terakhir, kita telah mereduksinya menjadi angka-angka pembukaan serviks.
Inilah masalahnya:
- Pemeriksaan dalam MENGGANGGU hormon persalinan alami
 - Meningkatkan risiko infeksi
 - Sering tidak akurat (ya, Anda tidak salah baca!)
 - Membuat wanita merasa seperti “pasien” bukan “perempuan yang sedang melahirkan”
 
Elemen Kunci untuk Membaca Kemajuan Persalinan
1. Memahami Apa yang Terjadi di Dalam
ini dia hormon hormon utama yang berperan dan bermain seperti orchestra dalam tubuh seorang wanita yang dengan melahirkan:
- Oksitosin: Hormon cinta yang menciptakan kontraksi
 - Beta-endorfin: Morfin alami tubuh untuk menghilangkan rasa sakit
 - Adrenalin: Hormon “fight or flight” yang muncul di saat krusial
 - Kortisol: Respons stres jangka panjang
 - Prolaktin: Hormon keibuan dan menyusui
 
2. Fase Persalinan
Lupakan “Kala 1, 2, 3” yang kaku. Mari kita lihat persalinan sebagai perjalanan transformasi spiritual.
Berhenti sejenak. lalu Bayangkan persalinan yang tenang, minim gangguan, tanpa jam-jam “cek jari” berulang—namun tim tetap paham persis kapan proses maju, kapan perlu menunggu, dan kapan perlu bertindak.
Kedengarannya berani? Ya. Dan bisa dilakukan.
Di bawah ini adalah panduan praktis, manusiawi, dan berbasis fisiologi untuk menilai kemajuan persalinan tanpapemeriksaan vagina dan tanpa menghitung kontraksi secara mekanis. Kita memakai bingkai “persalinan sebagai ritus peralihan”—sebuah perjalanan batin-jasmani ibu dari sebelum menjadi menuju telah menjadi.
Prinsip Dasar Penilaian Tanpa Vaginal Touch
- 
Pahami fisiologi: siapa “pemain hormon” (oksitosin, beta-endorfin, adrenalin/noradrenalin, kortisol, prolaktin) dan apa efeknya terhadap kontraksi, sensasi, dan perilaku.
 - 
Fasilitasi, bukan mengganggu: lingkungan redup, aman, hangat, privat; komunikasi singkat; sentuhan suportif.
 - 
Baca ibu dengan seluruh indera: lihat, dengar, cium, rasakan, dan—ya—intuisi klinis.
 - 
Kenali ibunya: baseline perilaku sebelum persalinan membantu kita membedakan “ini normal baginya” vs “ini tanda perubahan.”
 - 
Rendah hati: tidak semua ibu menunjukkan pola “buku teks”. Penilaian adalah estimasi—selalu siap merevisi.
 
Batasan: panduan ini ditujukan untuk persalinan fisiologis yang tidak berisiko. Pada induksi, augmentasi, epidural, preeklampsia, gawat janin, dsb., dibutuhkan penilaian medis sesuai protokol.
Ini dia fase fase persalinan
A. Separation (Pemisahan) – awal persalinan
Yang terjadi di dalam:
- 
Bayi Anda memulai proses ini. Ya, BAYI yang memutuskan kapan waktunya lahir! Tubuh ibu merespons dengan meningkatkan oksitosin. Kontraksi mulai terasa, tapi masih tidak teratur.
 - Hormon Prolaktin (PRL) dan Beta-endorphin (BE) sudah tinggi, menciptakan rasa tenang. Bayi memulai persalinan. Oksitosin (OT) mulai naik, menciptakan kontraksi yang awalnya mungkin tidak teratur. Ada keseimbangan antara fokus ke dalam (OT + BE) dan kewaspadaan (Epinefrin/E-NE atau adrenalin). Keseimbangan ini memungkinkan seorang wanita untuk tetap berfungsi—menelepon bidan,ngurusin anaknya (si kakak) dulu, dll. Jika adrenalin terlalu tinggi (misal, karena stres atau bahaya), kontraksi bisa berhenti.
 - 
Serviks melunak & mulai membuka; bayi mulai rotasi/engage.
 
Yang terlihat di luar (indikator kemajuan awal):
- 
Neokorteks (otak berpikir) masih aktif. Mata terbuka, Dia bisa diajak bicara, menjawab pertanyaan, masih bisa berdialog antar kontraksi; kadang Masih bisa ngobrol, main HP, bahkan bercanda, bahkan mungkin masih menghitung waktu kontraksi di ponsel.
 - 
Dia mungkin tampak bersemangat atau cemas
 - Postur tubuhnya masih normal, ia bisa berjalan tegak di antara kontraksi.
 - 
Kontraksi dapat melambat/berhenti saat pindah tempat atau saat terganggu (misalnya, perjalanan ke rumah sakit).
 - 
Bloody show mulai tampak; cara berjalan masih stabil.
 
Fase ini sering disebut “persalinan palsu” atau “belum pembukaan” oleh sistem medis, yang menyebabkan frustrasi. Namun, secara fisiologis, ini adalahproses yang normal. Tantangannya adalah: seringkali ibu ibu penasaran dengan seberapa lama fase ini di sebut “normal”?
Apa yang kita lakukan:
- 
Lindungi rasa aman (cahaya remang, suara rendah, orang minimal).
 - 
Validasi: “Kalau his melambat setelah perjalanan, itu normal; tubuhmu sedang memilih waktu & tempat aman.”
 
B. Liminality (Ambang) – persalinan aktif → transisi
Ini adalah fase transisi, “di antara dan di antara.” Wanita itu tidak lagi di dunia lamanya, tetapi belum juga tiba di dunia barunya. Dia berada di “dunia persalinan”. Mereka memasuki ruang sakral internal yang tidak bisa diakses orang lain.
Yang terjadi di dalam:
- 
OT meningkat, kontraksi semakin kuat. Sebagai respons, tubuh melepaskan BE (penghilang rasa sakit alami) dalam dosis tinggi. Ini menciptakan keadaan seperti trance, fokusnya total ke dalam. Fungsi neokorteks berkurang, dan sistem limbik (otak insting) mengambil alih. Panggul mulai “terbuka”—menjadi tidak stabil untuk memberi ruang bagi bayi—dan bayi berotasi turun. Menjelang puncak (dikenal sebagai “transisi”), ada lonjakan adrenalin (E-NE) yang tiba-tiba. Ini adalah persiapan tubuh agar ibu waspada untuk melindungi bayinya setelah lahir. jadi Oksitosin makin tinggi → his kuat & “intens”.
 - 
Beta-endorfin & kortisol tinggi → keadaan “trance”: neokorteks mereda, insting meningkat.
 - 
Sakrum bergerak ke belakang, outlet panggul membuka; air ketuban bisa pecah; pola his bisa plateau sejenak lalu naik lagi.
 - 
Menjelang puncak, ada lonjakan adrenalin: mempersiapkan kewaspadaan → sering terasa sebagai “transition”(takut, bingung, “aku nggak bisa”). Kadang memicu fetal ejection reflex (dorongan spontan kuat).
 
Yang terlihat di luar:
- 
Dia berada di “dunianya sendiri”. Mata mungkin tertutup, dia mungkin tidur singkat di antara kontraksi.
 - 
Neokorteks tidak aktif. Dia tidak bisa lagi diajak bicara. Komunikasinya menjadi singkat dan mendesak, jadi Komunikasi pendek & jarang (“Air!” bukan “Tolong ambilkan air”). Tidak bicara saat his.
 - 
Gerakan dan suaranya menjadi ritmis dan instingtif. Dia mungkin mengeluarkan suara yang sama di setiap kontraksi.
 - 
Ritme gerak & suara berulang; mata sering tertutup/ditutup kain; “seperti melamun/stoned.”
 - 
Inhibisi turun:yang tadinya malu jadi telanjang tanpa peduli
 - 
saat berjalan maupun berdiri, kakinya langsung bergetar (pelvis membuka), tak nyaman duduk di bokong; merangkul benda/orang saat berdiri.
 - 
Muncul tanda punggung membuka (sakrum menonjol); kadang tampak garis ungu di antara bokong.
 - 
Saat transisi: mulut kering, mual/muntah, Lonjakan adrenalin dapat memicu rasa takut yang tiba-tiba (“Saya tidak bisa melakukan ini,” “Saya mau pulang”). Bisa juga terjadi muntah atau gemetar hebat
 
Catatan: Ini adalah inti dari asesmen holistik. Namun, tanda-tanda ini sangat subjektif. Apakah “garis ungu” (yang tidak muncul pada semua wanita) lebih bisa diandalkan daripada Pemeriksaan Dalam? Mungkin tidak. Kekuatan model ini bukan pada satu tanda, tetapi pada konstelasi (kumpulan) tanda. Ketika semua tanda ini muncul bersamaan—suara berubah, postur berubah, keadaan kesadaran berubah—kita bisa sangat yakin bahwa persalinan sedang maju pesat.
Apa yang kita lakukan:
- 
Bahasa kunci: pendek, hangat, repetitif. “Aman. Napas. Kamu mampu.”
 - 
Jangan menguji kognitif (banyak pertanyaan) — biarkan limbik memimpin.
 - 
Posisi yang memberi ruang (miring, hands-and-knees, duduk condong).
 - 
Normalisasi “ketakutan transisi”: tanda lahir makin dekat, bukan kegagalan coping
 
C. Emergence (Kelahiran) – dorongan & penatalaksanaan perineum
Yang terjadi di dalam:
- 
Setelah serviks terbuka penuh, mungkin ada jeda kontraksi (fase “rest and be thankful”). Saat bayi turun lebih jauh, his melambat sejenak untuk reorganisasi, ia menekan saraf panggul, memicu dorongan mengejan spontan (refleks pengeluaran janin). Peregangan jaringan perineum melepaskan lebih banyak OT.
 - 
Tekanan di dasar panggul memicu dorongan spontan.
 - 
Peregangan jaringan meningkatkan oksitosin; PRL + oksitosin + adrenalin naik dan mencapai puncak jelang lahir (siaga & bonding).
 
Yang terlihat di luar:
- 
Ibu menyebut tekanan anus / sensasi “ingin BAB” (dan bisa keluar sedikit).
 - 
Pola his bergeser jadi ekspulsif; suara berubah.
 - 
Saat crowning: ibu spontan menahan/menghembus, merapatkan paha, atau memegang kepala bayi—refleks proteksi perineum.
 - 
Setelah kepala lahir, ada jeda; bayi rotasi; lahir dengan his berikutnya.
 
Apa yang kita lakukan:
- 
- Mungkin ada jeda istirahat setelah transisi yang intens.
 - Dia mungkin menyebutkan rasa “tekanan di pantat” atau “ingin buang air besar”.
 - Kontraksi berubah; suaranya menjadi lebih dalam dan “mendorong”.
 - Saat kepala bayi meregangkan perineum, dia mungkin secara naluriah menahan diri, terengah-engah, atau memegang bagian bawahnya—ini adalah refleks alami untuk melindungi perineum dari robekan.
 - Setelah kepala lahir, biasanya ada jeda, memberi waktu pada bayi untuk berotasi sebelum bahu lahir pada kontraksi berikutnya.
 
 
Catatan: dalam dunia medis sering terburu-buru dalam fase ini (“Ayo Bu, Ngejan yang kuat!”). Memahami fisiologi ini—terutama “jeda istirahat” dan “refleks perlindungan perineum”—menuntut kesabaran yang radikal. Asesmen di sini adalah tentang tidak melakukan apa-apa dan percaya pada tubuh.
D. Incorporation (Peleburan) – jam emas
Yang terjadi di dalam: Saat lahir, ibu dan bayi dibanjiri koktail hormon yang sempurna untuk ikatan batin: BE (kesenangan, ketergantungan), OT (cinta, ikatan), PRL (perilaku keibuan), dan E-NE (kewaspadaan). Kontak kulit-ke-kulit mengatur suhu, pernapasan, dan detak jantung bayi. Bayi secara naluriah mencari payudara. Plasenta mulai terlepas.
Yang terlihat di luar:
- 
Ibu tampak “terpukau” sejenak, lalu menatap & merengkuh bayinya; fokus perlahan kembali ke sekitar.
 - 
Semburan darah tanda lepasnya plasenta; interaksi bayi-ibu intens.
 - Setelah beberapa waktu fokus pada bayi, ibu mulai beralih fokus ke dunia luar—pertama ke pasangan, lalu ke orang lain di ruangan itu.
 
Apa yang kita lakukan:
- 
Lindungi kontak kulit, DCC sesuai pedoman, lingkungan tetap tenang.
 - 
Komunikasi minimal; observasi tanda lepas plasenta & perdarahan.
 
Nah semua tulisan di atas sebenernya adalah PETA PERJALANAN tubuh seorang wanita saat senda melahirkan.
namun lagi lagi ada beberapa hal yang harus di kritisi juga:
di bawah ini ada beberapa asumsi yang mungkin butuh kita kritisi:
1. “Pemeriksaan dalam selalu mengganggu”
Kontra-argumen: Beberapa wanita justru merasa tenang mengetahui pembukaan mereka, terutama yang trauma dengan persalinan sebelumnya karena “failure to progress.” Data konkret tentang berapa sentimeter bisa memberikan rasa kontrol dan validasi.
2. “Persalinan fisiologis selalu lebih baik”
Kontra Argumen: Bagaimana dengan wanita yang memilih epidural untuk trauma karena rasa sakit sebelumnya? Atau yang butuh induksi karena kondisi medis? Apakah pengalaman mereka “kurang valid”? nah ini juga harus dipertimbangkan.
dari artikel di atas dan bagaimana kondisi di indonesia saat ini kita bisa mengakui bahwa tubuh wanita luar biasa dan memberikan banyak sinyal. Ya, kita perlu menghormati proses fisiologis. TAPI, kita juga perlu:
- Mengakui nilai pemeriksaan medis dalam situasi tertentu
 - Menghormati pilihan individual
 - Tidak men-nyalahkan wanita yang memilih intervensi
 - Mengintegrasikan, bukan memisahkan, pendekatan holistik dan medis
 
beberapa hal yang bisa di lakukan untuk mengintegrasikan dengan penanganan persalinan dengan cara /strategi berikut:
- 
Lingkungan: lampu redup/privasi/pendamping.
 - 
Amati Perilaku ibu: komunikasi (kalimat/satu kata/diam), ritme gerak/suara, kebutuhan.
 - 
Amati Pola his: respons ibu (kuat/ekspulsif), perubahan tiap ±2 jam, adanya plateau fisiologis.
 - 
Bantu Mobilitas & posisi: miring/hands-and-knees/duduk condong; tanda “punggung membuka”.
 - 
Amati Perineum: tanda crowning; strategi pelambatan (kompres hangat, hembus).
 - 
DJJ & tanda vital: sesuai kebijakan, berbasis persetujuan.
 - 
Komunikasi: frase yang memberikan dukungan, menawarkan opsi jika diperlukan, mengambil keputusan bersama.
 
yuk mulai berdayakan diri dan mempelajari tubuh wanita ya.