Bidan Kita

Home Childbirth Gentle Birth Hypno-birthing adalah upaya mereprogramming rekaman negatif

Hypno-birthing adalah upaya mereprogramming rekaman negatif

0

 

Wanita yang baru pertama hamil umumnya mengalami berbagai kekhawatiran selama menjalani kehamilan, apalagi jika membayangkan saat melahirkan. Namun ada juga ibu muda yang masih ketakutan meski sudah pernah melahirkan sebelumnya, terutama yang sempat mengalami trauma karena merasakan sakit saat melahirkan anak pertama.

 

Sebenarnya kecemasan, kekhawatiran, ketakutan selama kehamilan dan saat menghadapi persalinan, dialami oleh banyak wanita. Bahkan bagi sebagian wanita, proses melahirkan dianggap identik dengan peristiwa yang menyakitkan, menakutkan, dan lebih menegangkan dibanding peristiwa manapun dalam kehidupan. Di benak banyak wanita, seolah telah terprogram, bahwa proses melahirkan haruslah menyakitkan. Ini tidak mengherankan karena sejak kecil, ketakutan pada proses melahirkan, tanpa sadar telah tertanam di alam/jpikiran bawah sadar wanita khususnya dan hampir semua orang pada umumnya. Di TV atau pun di film-film, adegan melahirkan selalu digambarkan begitu menakutkan dan menegangkan, penuh dengan jeritan-jeritan yang histeris. Setiap kali menyambut kedatangan bayi dari teman atau kerabat, kita juga hampir selalu mendengar cerita seputar rasa sakit dan penderitaan si ibu ketika melahirkan.

 

Cerita-cerita semacam inilah yang terus terbawa oleh banyak masa kecil dalam masa pertumbuhan mereka sampai saaat ini. Cerita yang sedikit demi sedikit memasuki pikiran bawah sadar dan akhirnya tertanam sebagai suatu program negatif dalam pikiran bawah sadarnya. Efek hipnotis tidak selalu harus terjadi saat orang dalam keadaan trans. Sesuatu yang sudah terlalu sering didengar (berulang ulang) akhirnya terekam dialam/pikiran bawah sadar menjadi suatu kenyataan baginya.

Rasa takut membuat ketegangan dan menimbulkan rasa sakit

Rasa takut sangatlah buruk akibatnya dalam proses persalinan. Ketika kita mengalami stres, maka pesan tersebut akan disampaikan ke seluruh reseptor dalam tubuh, sehingga menciptakan reaksi yang berlebihan dan menyimpang. Pesan itu akan menimbulkan perubahan fisik dan kimiawi di dalam tubuh. Sebab saat tubuh dalam keadaan stres, maka hormon stres katekolamin akan dilepaskan sehingga tubuh memberikan respon untuk “bertempur atau lari”.

Jika situasi itu sampai terbentuk, maka katekolamin akan bertindak sebagai penarik, yang menyebabkan otot di dalam rahim dan di tempat lainnya menjadi tegang. Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika seorang wanita tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan.

Kondisi yang rileks justru bisa memancing keluarnya endorphin, yang merupakan penghilang rasa sakit yang alami di dalam tubuh. Menurut para ahli, endorphin ini efeknya 200 kali lebih kuat daripada morphin.

Perlu dipahami bahwa kontraksi otot rahim pada saat kehamilan 9 bulan adalah hal yang kita tunggu, bukan sesuatu yang kita takuti. Rasa takut ini kadang-kadang menghambat keseimbangan hormonal sehinga oksitoxin tidak cukup diproduksi sehingga tidak timbul kontraksi, pada akhirnya untuk menimbulkan kontraksi diperlukan induksi yaitu pemberian obat-obatan peroral dengan cara diminum atau dengan infus yang isinya adalah oksitoxin

Pada saat kontraksi yang dianggap sumber dari rasa sakit dan nyeri , sebenarnya adalah upaya rahim membantu kepala janin untuk menekan mulut rahim secara alami sehingga membuka jalan lahir. Awalnya Ibu hamil pada saat kontraksi ada yang biasa saja reaksinya karena sudah trampil dengan relaksasi ada sebagian kaget dengan rasanya. Beberapa saran yang mudah langsung dapat dilakukan yaitu :

1. Langsung saja disadari bahwa kontraksi adalah upaya alami sebagai awal proses persalinan