Bidan Kita

Home Childbirth Aku Mau “Bertumbuh”, Karena Aku Akan Menjadi IBU (Birth Story)

Aku Mau “Bertumbuh”, Karena Aku Akan Menjadi IBU (Birth Story)

0
Aku Mau “Bertumbuh”, Karena Aku Akan Menjadi IBU (Birth Story)

Tapi tentu ada tantangan dalam setiap perjalanan kan? Ya, saya perlu berdamai dengan pengalaman ibu dan kakak perempuan saya mengenai kehamilan dan melahirkan. Ibu saya, entah kenapa, gemar sekali menceritakan betapa melahirkan adalah proses yang menyakitkan.

Betapa melancarkan ASI adalah proses yang penuh derita. Betapa kita tidak bisa berbuat apapun dan hanya bisa berserah diri kepada Tuhan. Mungkin itu terdengar heroik dan membuat ibu saya bangga pada dirinya, dan sukses membuat saya makin keder.

Sedangkan kakak perempuan saya mengalami proses kehamilan dan kelahiran yang (menurut saya) tidak terlalu menyenangkan. Menjelang HPL, ia terkena penyakit Bells Palsy (lumpuh setengah di bagian wajah), dokter memvonis dirinya harus di operasi cesar saat sudah bukaan 9 akibat jantung janin tidak stabil, dan mengalami stress yang berdampak di produksi ASI.

Padahal, kakak saya ini adalah penganut gaya hidup sehat garis keras, anti MSG, pecinta olahraga, dan aktif di milis atau komunitas ibu hamil. Saya masih cukup beruntung tidak melihat langsung kejadian tersebut karena saat itu saya berada di luar kota, tapi tetap saja saya bisa melihat foto dan membaca ceritanya di social media.

Beruntung, saat saya sudah kembali ke Jogja di trimester ketiga, saya memutuskan untuk ikut kelas yoga pre-natal oleh Bidan Kita yang banyak direkomendasikan teman-teman saya. Saya jadi paham apa itu Gentle Birth Balance, hypnobirthing, dan berkenalan dengan banyak ibu hamil yang punya mindset positif dan semangat memberdayakan diri untuk mempersiapkan persalinan dan pasca persalinan yang nyaman.

Gentle Birth bukan tentang melahirkan secara normal maupun cesar, tapi tentang melahirkan dengan lembut dan minim trauma karena sang ibu dan ayah sudah berupaya memberdayakan diri dengan mempelajari segala proses kehamilan hingga persalinan.

Mindset kita menjadi terlatih untuk selalu positif.

Atmosfir positif dan saling mendukung satu sama lain di kelas yoga pre-natal membuat saya semakin optimis menanamkan pada diri saya bahwa proses persalinan tidak sehoror kata orang dan sangat mungkin dinikmati.

Kuncinya: pengendalian dan pemberdayaan diri.

Jangan jadi bumil yang pasif dan pasrah pada tenaga kesehatan. Kita harus memahami setiap konsekuensi dari segala keputusan yang kita ambil. Saya seringkali mem-forward segala informasi dari Laskar Gentle Birth (LGB) kepada suami saya yang berada di Jakarta.

Kami berdua jadi banyak belajar bersama, terutama belajar dari pasangan lain, yang sudah lebih dulu berpengalaman selama proses kehamilan dan persalinan.

Bahkan, saya sudah order suami saya untuk rajin cium-belai-pijat-plusplus dan memotivasi saya ketika proses persalinan tiba (mihihihik…demi oksitosin yang gegap gempita sis!).

c

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here