
Jika preeklamsia sudah masuk tahapan berat, gejala-gejala yang dapat muncul pada ibu hamil, dan sudah di postingan sebelumnya
Apabila preeklamsia berat pada ibu hamil sudah disertai kejang-kejang, maka kondisi ini disebut dengan eklamsia. Sebelum kejang terjadi, biasanya terdapat gejala gangguan saraf, seperti sakit kepala dan penglihatan menurun. Gejala preeklamsia umumnya akan hilang sekitar 1-6 minggu setelah persalinan.
Penyebab Eklamsia
Hingga saat ini, penyebab terjadinya preeklamsia dan eklamsia belum diketahui dengan pasti. Namun, sejumlah dugaan menyebutkan bahwa kondisi ini diakibatkan oleh kelainan pada pembuluh darah dan kelainan pada plasenta.
Diagnosis Eklamsia
Pada wanita hamil yang mengalami kejang, dokter akan menentukan apakah kejang tersebut diakibatkan oleh preeklamsia, terutama apabila pasien sudah pernah mengalami preeklamsia di kehamilan sebelumnya, ataukah karena penyebab lain. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
- Pemeriksaan darah. Preeklamsia dan eklamsia sangat terkait dengan tekanan darah pada wanita hamil. Oleh karena itu penting untuk melakukan pemeriksaan darah pada wanita hamil agar dapat mendiagnosisadanya preeklamsia dan eklamsia dengan tepat.Pemeriksaan darah ini mencakup:
- Penghitungan sel darah lengkap (complete blood cell count). Analisis sel darah lengkap dapat menunjukkan apakah seseorang menderita preeklamsia atau gangguan lain, seperti trombositopenia, anemia hemolitik mikroangiopatik, atau sindrom HELLP (gangguan pada organ hati yang merupakan salah satu bentuk preeklamsia berat). Penghitungan sel darah lengkap juga dapat digunakan untuk melihat kadar bilirubin dan serum haptoglobin dalam darah.
- Analisis hematokrit. Metode ini dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah merah per volume darah, yang berperan dalam mengangkut oksigen agar asupan oksigen bagi ibu hamil dan janinnya tetap dipastikan terjaga.
- Tes fungsi ginjal.
Untuk memastikan apakah seorang wanita hamil mengalami komplikasi dari preeklamsia dan eklamsia yang merusak ginjal, dapat dilakukan tes fungsi ginjal sebagai berikut:
- Tes serum kreatinin. Kreatinin merupakan zat buangan dari otot yang dialirkan melalui darah dan dibuang melalui ginjal. Akan tetapi, jika ginjal mengalami kerusakan akibat preeklamsia dan eklamsia, kadar kreatinin akan bertambah dalam darah akibat penyaringan kreatinin tidak berlangsung dengan baik.
- Tes urine. Keberadaan protein dalam urine (proteinuria) merupakan salah satu tanda penting terjadinya preeklamsia dan eklamsia pada ibu hamil. Kadar protein dalam urine yang umumnya terdapat dalam urine ibu hamil dengan preeklamsia adalah diatas 1 g/L. Selain itu, kadar asam urat juga bisa mengalami peningkatan.
- Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG yang dilakukan pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia dan eklamsia berfungsi untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan baik. Melalui pemeriksaan USG, kondisi janin dapat dinilai melalui pengecekan detak jantung serta pertumbuhan janin. Metode pemindaian lain yang dapat dilakukan selain USG adalah MRI dan CT scan, terutama untuk memastikan tidak adanya gangguan selain preeklamsia dan eklamsia.
Pengobatan Eklamsia
Pengobatan eklamsia harus memperhatikan kondisi ibu hamil pada saat itu. Ketika preeklamsia yang muncul sudah memasuki tahapan eklamsia, pengobatan paling utama adalah persalinan, apabila kehamilan sudah cukup bulan. Selain itu, eklamsia juga dapat terjadi pada jangka waktu 24 jam setelah persalinan. Beberapa obat-obatan yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah hingga di bawah 160 mmHg, di antaranya hydralazine, labetalol, dan Nifedipine
Untuk mengobati kejang-kejang yang terjadi selama eklamsia pada ibu hamil, dokter kemungkinan akan memberikan obat seperti:
Magnesium sulfat. Magnesium sulfat berfungsi untuk menurunkan risiko kembalinya kejang pada ibu hamil yang mengalami eklamsia, dan biasanya diberikan dalam bentuk larutan secara intravena. Pemberian magnesium sulfat untuk meredakan kejang dilakukan selama 24-48 jam.