Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Berbagai Alasan “Gila” untuk Melakukan SC

Berbagai Alasan “Gila” untuk Melakukan SC

0

Kondisi lainnya yang terjadi akibat komplikasi dalam kehamilan atau kondisi yang sudah ada sebelumnya dan penyakit penyerta seperti:

· pre-eklampsia

· hipertensi selama kehamilan

· sudah melahirkan terlalu banyak

· ibu terinfeksi HIV.

Infeksi menular seksual seperti herpes kelamin (yang dapat ditularkan kepada bayi jika bayi lahir lewat vagina, tetapi biasanya dapat diobati dengan obat-obatan dan tidak memerlukan operasi caesar)

RESIKO? APA RESIKO?

Penjadwalan pada kelahiran bayi anda dapat memiliki konsekuensi yang sangat berat seperti prematuritas, masalah kerusakan pada saluran pernapasan, kematian dan bahkan masalah kelainan dan kerusakan pada otak – belum lagi pemulihan rasa sakit dan nyeri yang lebih lama dan lebih sakit dibandingkan dengan jika Anda melahirkan secara normal melalui vagina.

Tetapi mengingat semua risiko, saya harus berasumsi bahwa sebagian besar perempuan tidak mendapat informasi dari provider, atau mendapatkan informed consent. Saya sangat menyadari bahwa kondisi psikologis ibu hamil sangat labil dan seringkali berada dalam kondisi emosi yang intent dia akan lebih mudah stress apalagi menyangkut kesejahteraan bayi yang dikandungnya. Ketika si dokter mengatakan harus SC (padahal indikasinya tak masuk akalpun) orang tua terutama si ibu akan mengiyakan dan mengamininya.

Ini seperti contoh kasus di bawah ini:

1. Seorang ibu G1 P0 A0 (Hamil Pertama) denan umur kehamilan 28 minggu datang ke dokter untuk periksa ANC (kehamilan) dan ketika di USG ternyata posisi janinnya sungsang atau melintang. Secara spontan si dokter mengatakan rencana SC. Anda tau apa perasaan si Ibu? Secara emosional dia akhirnya memilih untuk mengiyakan. Karena takut terjadi apa-apa. Da sampai rumahpun secara tidak sadar dia mensugesti dirinya bahwa bayi saya sungsang dan saya harus SC padahal sebenarnya umur 28 minggu masi sangat sangat mungkin untuk dilakukan reposisi silahkan baca link ini: https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=175:cara-mengubah-bayi-sungsang-menjadi-letak-kepala&catid=40:monthly-guide&Itemid=34

2. Seorang ibu G1 P0 A0 sudah 2 hari melewati tanggal HPL nya. Berbagai upaya sudah dia lakukan seperti sering jalan kaki, jongkok berdiri dan berhubungan intim. Namun si janin belum juga menunjukkan tanda-tanda dia mau keluar. Seluruh keluarga sudah panic, handphone berbunyi terus karena ada SMS dan BBM yang menanyakan “sudah lahir belum?”, “Kok belum Lahir-lahir sich, si Anu sudah melahirkan lho, hamilnya kan bareng sama kamu?” , dll. Setiap kali bertemu orang Anda selalu mendengar pertanyaan yang sama. Dan akhirnya orangtua dan keluarga mendesak Anda untuk Sc saja mengingat selain sudah melewati tanggal HPL, ternyata teman-teman Anda bahkan saudara Anda sebagian besar melahirkan dengan SC juga. Bahkan kadang ada ancaman dan Anda seperti di takut-takutin dengan cerita-cerita yang intinya bahwa janin harus segera di lahirkan. Akhirnya dalam kondisi panic Andapun menyerah. SC! Padahal jika Anda mau bersabar bisa saja 2 hari lagi Anda bisa melahirkan dengan normal dan nyaman.

3. Seorang ibu G1 P0 A0 dengan umur kehamilan 39 minggu dan sudar terjadi kontraksi, karena selama hamil dia jarang olahraga dan jarang berlatih relaksasi sehingga ketika merasakan kontraksi dia panic dan tak mau makan. Paling juga ngemil. Tak mau minum juga yang ada hanya mengeluh mengeluh dan mengeluh. Ketika ada kontraksi segera dia ke RS dan ketika di periksa dalam ternyata baru pembukaan 1 cm. karena panic Anda bukannya pulang dan menunggu pembukaan bertambah sambil bersantai dirumah tapi dengan alasan tak mau repot Anda memutuskan untuk tetap tinggal di RS. Padahal pada primigravida pembukaan pada fase laten bisa saja berlangsung lebih dari 24 jam. Namun karena Anda di RS maka pihak RS punya SOP (Standart Operating Prosedures) sendiri sehingga ketika 6 jam tidak ada kemajuan pembukaan langsung saja Anda dibujuk untuk melakukan induksi. Seperti kita ketahui induksi meningkatkan kemungkinan untuk kejadian SC. Dan selain itu ketika dalam persalinan si ibu harusnya tetap terehidrasi denganmakan dan minum karena jika tidak maka dia akan kelelahan dan energinya terkuras.

Masih banyak lagi sebenarnya kasus lain yang setelah diruntut sebenarnya tidak perlu SC. Namun akhirnya harus SC karena berbagai sebab yang harusnya bisa diatasi sebelum seorang ibu berada dalam kondisi terburuknya.

Artikel ini saya tulis bukan berarti ingin menghakimi semua pihak baik orang tua maupun dokter tetapi dari artikel ini harapannya adalah sebagai orang tua tolong perluas wawasan Anda ketahui apa saja tentang seluk beluk persalinan, selalu cari second opinion atau bahkan third opinion sebelum mengambil keputusan penting. Jangan mau dan jangan mudah terintimidasi oleh beberapa pihak yang tak bertangungjawab. Pengetahuan adalah kuncinya.

Dan bagi Anda yang “terlanjur” sudah SC dengan berbagai alasan “gila” diatas, Maaf saya tidak menghakimi Anda. Karena saya tahu apapun cara Anda melahirkan itu adalah cara yang ajaib untuk menjadi seorang ibu. Walaupun banyak trauma, tugas Anda sekarang adalah ayo lakukan healing untuk Anda sendiri terutama untuk bayi Anda. Salah satu healing yang termudah adalah dengan CINTA dan KASIH. Seperti memberikan sugesti positif, memancarkan energy positif dan yang penting adalah memberikan FULL ASI kepada bayi Anda karena ASI mempunyai EFEK menyembuhkan.

Semoga bermanfaat

Salam hangat

Referensi:

http://www.birthtraumaassociation.org.uk

http://www.osteodoc.com/birthtrauma.htm

http://www.eheart.com/cesarean/emerson.html