Bidan Kita

Home Childbirth Hypnobirthing Bidan Kita – Gentle Birth – SUARA MERDEKA

Bidan Kita – Gentle Birth – SUARA MERDEKA

0

“Melahirkan itu kan seperti orang sembelit, tapi sembelit selama sembilan bulan. Bayangkan saja Anda sedang sembelit dan harus buang air besar dalam posisi telentang, betapa sulitnya.”

 

Itulah mengapa, katanya, orang terpatri dengan anggapan bahwa melahirkan itu menyakitkan. Padahal jika dilakukan secara benar, tidaklah demikian. Dia menyayangkan adanya kecenderungan penggunaan intervensi medis secara berlebihan dalam proses persalinan, termasuk operasi caesar.

“Saya geregetan banyak perempuan lebih memilih operasi caesar, padahal itu meninggalkan trauma bagi bayi. Si ibu sih enak tak merasakan sakit, lha si bayi baru lahir sudah dihadapkan pada cahaya terang dan suara gaduh peralatan medis dan aba-aba dari orang-orang yang tak dikenal.”

Padahal, lanjut ibu satu anak itu, bayi memiliki sensor yang seribu kali lebih sensitif dari orang dewasa. Aba-aba seperti “Ayo,ayo… sudah hampir keluar”, saat persalinan bisa diterima bayi sebagai bentakan dan itu membuatnya tertekan. Ironisnya lagi, trauma itu bisa terbawa hingga dewasa.

“Maka jangan heran jika anak sekarang suka tawuran. Sebab, sejak baru lahir mereka telah dikenalkan dengan kekerasan. Coba semua orang menggunakan gentlebirth, pasti dunia damai,” tuturnya.

Namun Yesie menandaskan, tak hanya proses persalinan yang harus dilakukan secara lembut. “Dari bercinta, hamil, bersalin, hingga setelah melahirkan, semua harus dilakukan penuh kelembutan,” kata bidan yang berguru gentlebirth pada Robin Lim tersebut. “Buktikan saja, kalau seseorang bercinta dengan penuh amarah, maka anak yang terlahir pun akan pemarah.” (Maratun Nashihah-66)

 

 

HARIAN SUARA MERDEKA – BERITA UTAMA

29 September 2011

 

Gentlebirth, Melahirkan secara Alami (2-Habis)

Andalkan Insting, Tak Harus Mengejan

ANDAI saja Prita tahu soal gentlebirth sedari dulu, tentulah dia akan memilih melahirkan putri pertamanya dengan konsep itu. Sayangnya ibu muda bernama lengkap Dyah Pratitasari itu baru memahami metode tersebut tahun lalu, saat mengandung anak kedua.

Berawal dari rasa ingin tahu mengenai waterbirth yang telah diberitakan banyak media, jurnalis sebuah majalah kesehatan itu akhirnya menemukan berbagai hal yang mengejutkan terkait persalinan. Dari soal pergeseran cara memandang peristiwa kehamilan dan persalinan, prosedur medis yang belum tentu berdasar kepentingan ibu dan bayi, intervensi medis yang belum tentu perlu, evolusi posisi persalinan yang ternyata justru menjadi kurang ramah bagi proses persalinan, hingga pendekatan persalinan yang cenderung fokus pada kenyamanan ibu, bukan bayi.