Bidan Kita

Home Childbirth Hypnobirthing Bidan Kita – Gentle Birth – SUARA MERDEKA

Bidan Kita – Gentle Birth – SUARA MERDEKA

0

Puncaknya saat ibu muda itu menonton film “”Birth Into Being”” karya Elena Tonetti, seorang aktivis natural childbirth dari Rusia. Film yang menggambarkan kelahiran bayi secara lembut, tenang, dan tanpa paksaan (gentlebirth) itu membuatnya mantap untuk mempersembahkan proses persalinan yang sama bagi bayinya. Dan dia pun mulai memberdayakan diri dan keluarganya sejak kandungannya berusia 9 minggu.

Medio Maret di remang fajar salah satu belahan Jakarta, dengan didampingi sang suami dan Bidan Yesie Aprillia, Prita melahirkan anak keduanya di rumah. Bayi montok dengan berat 3,5 kg dan panjang 49 cm itu meluncur ke dalam air, hanya kurang dari lima menit setelah si ibu masuk ke dalam kolam plastik berisi air hangat.

Prita mengaku hanya mengandalkan isyarat bayi dan insting dari tubuhnya sendiri saat melahirkan. Dia mengambil posisi merangkak-berlutut sambil bersandar pada pinggiran kolam hingga kepala bayi menyembul di ujung jalan lahir (crowning), dan kemudian mengubah posisi setengah duduk demi memudahkan penerimaan bayi.

“”Saat itu, kami membuktikan sendiri bahwa bayi ternyata punya kemampuan untuk keluar secara alami, sehingga kita tidak perlu mengejan, sama sekali. Yang saya lakukan hanya berusaha mengikuti isyarat bayi di dalam perut, sambil terus bernapas dan rileks. Karena semakin rileks, terasa sekali dia keluar semakin lembut,”” kisahnya. Pada persalinan pertama, Prita melahirkan di rumah sakit dan diiduksi karena prosesnya dianggap lambat.

Dia mengatakan, pada persalinannya secara gentlebirth, rasa nyeri kontraksi tetap ada. Namun, nyeri tersebut tidak terasa sebagai sesuatu yang menyakitkan, melainkan menjadi semacam sensasi yang ditunggu karena dia telah memiliki kesadaran bahwa Tuhan menciptakan nyeri kontraksi itu sebagai penanda atau “”alarm”” yang menunjukkan mekanisme tubuhnya sedang bekerja.

Berdasar pengalaman itulah, Prita kini gencar mengampanyekan gentlebirth yang belum banyak dikenal. Bersama para “”alumni”” dan praktisi gentlebirth dia gencar mengampanyekan konsep itu melalui situs jejaring sosial dan media.

 

Belum Populer

 

Yesie Aprillia, praktisi gentlebirth, mengatakan hingga kini konsep persalinan gentlebirth memang masih kalah populer dari waterbirth. Meskipun sesungguhnya, gentlebirth juga mencakup cara melahirkan di dalam air (waterbirth).

“”Tapi sekarang sudah lumayan dikenal kok. Mungkin karena ada selebritis yang melakukannya sehingga media pun mempublikasikan,”” ujar penulis buku “”Hipnostetri”” dan “”Siapa Bilang Melahirkan Sakit”” tersebut, mengacu pada Dewi Lestari (Dee) dan Oppie Andaresta.

Di Indonesia, gentlebirth pertama kali dipopulerkan oleh Yayasan Bumi Sehat, klinik bersalin yang didirikan Robin Lim di Desa Nyuh Kuning, Ubud, Bali. Sejumlah bidan dan dokter menimba ilmu pada Robin Lim kemudian mempraktikkan konsep serupa, termasuk Yesie.

“”Sebenarnya semua bidan dan dokter bisa melakukannya, tapi kebanyakan memang tidak mau repot. Kalau persalinan gentlebirth kan memang repot ya, harus jongkok mengintip pembukaan jalan bayi dan lain sebagainya,”” tutur Yesie.

“”Karena itu saya juga selalu menyelipkan kampanye gentlebirth saat memberikan pelatihan hypnobirth.””

Yesie mengatakan, gentlebirth tidak harus persalinan normal. “”Operasi caesar sekalipun bisa gentlebirth asalkan disiapkan dan dilakukan secara lembut. Tidak ada tarikan, tidak ada kekerasan, tidak ada pemisahan antara ibu dan bayi.”” (Maratun Nashihah-66