Bidan Kita

Home Childbirth Gentle Birth Birth Trauma – Sistem Limbic – tentukan kondisi mental kita dan anak kita

Birth Trauma – Sistem Limbic – tentukan kondisi mental kita dan anak kita

0
Birth Trauma – Sistem Limbic – tentukan kondisi mental kita dan anak kita

Nah itulah mekanisme yang tepat yang terjadi pada semua mamalia. Dan itu yang disebut limbic imprint yang sama dan digunakan selama ribuan tahun untuk melatih hewan untuk melayani manusia seperti : kuda, gajah, unta, beruang sirkus . Misalnya begini, seekor bayi gajah secara rutin diikat di halaman menggunakan rantai dan dikaitkan pada tongkat kecil yang di tancapkan di tanah. Di awal-awal, bayi gajah itu akan mengamuk menggunakan seluruh kekuatannya selama beberapa hari namun kemudian berhenti dan diam, tidak mengamuk lagi. Lalu Ketika ia tumbuh dan memiliki cukup kekuatan untuk menarik tongkat ini keluar, maka hal itu tidak terjadi . Dia bahkan tidak pernah mencoba untuk menarik rantainya agar terlepas dari tongkat tersebut. Artinya bahwa karena sejak awal kehidupan sejak gajah tersebut kecil, dia sudah di ajarkan dan merekam info bahwa dia tidak mampu berontak atau lepas dari rantai dan tongkat, maka ketika dia tumbuh dewasa dan mempunyai kemampuan untuk lepas dari tongkat itupun, si gajah ini dalam pikirannya tetap saja merasa bahwa dia tidak mampu walaupun sebenarnya dia mampu.

Untuk lebih memahami istilah ” limbic imprint ” mari kita lihat struktur dasar otak kita . Di ujung dari sumsum tulang belakang ada segmen yang disebut otak reptil, dimana ini bertanggung jawab murni untuk fungsi fisiologis tubuh. Itulah bagian dari otak yang masih tetap melakukan tugas fungsional ketika seseorang berada dalam keadaan koma, artinya ketika seorang wanita dalam kondisi koma/pasif – fungsi  fisiologi dasar tubuh masih berlangsung, wanita tersebut bahkan tetap menstruasi dan dapat melanjutkan kehamilan jika mereka hamil saat koma tersebut.

Lalu ada korteks, biasanya disebut sebagai “bagian abu-abu”, dimana dia  bertanggung jawab untuk aktivitas mental kita . Itulah yang sering kita sebut “otak” , jadi ini adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi kognitif kita seperti logika , perhitungan , perencanaan dll.

Dan kemudian kita memiliki sistem limbik otak , yang mana ini bertanggung jawab untuk emosi kita , sensasi dan perasaan.

Pencetakan limbik terjadi di bagian otak, yang tidak langsung berhubungan dengan korteks, yang bertanggung jawab untuk memori kognitif. Selama kehamilan kelahiran dan anak usia dini, sistem limbik bertanggung jawab dan mengendalikan semua sensasi dan perasaan kita, tanpa menerjemahkannya ke dalam bahasa korteks. Disadari atau tidak disadari memori tersimpan.

Nah ketika seorang anak lahir ke bumi, lalu menerima banyak cinta, dimana segera setelah lahir seorang anak langsung dipeluk di dada ibunya, menyusu dari payudara sang ibu, dan melihat sukacita besar terpancar di mata ayahnya, maka sistem syaraf pada limbic merekan semua pengalaman primal tersebut di program dengan kebenaran yang tak terbantahkan, dimana anak tersebut merasa damai dan dunia adalah tempat yang tepat baginya.

Namun apa yang terjadi jika kesan pertama saat lahir adalah sesuatu yang kurang atau negatif? Dimana seorang anak lahir tanpa cinta dan kasih dengan proses yang sangat menyakitkan dimana dia merasakan kesakitan, kekecewaan, kemarahan, ketakutan, kesepian dll? Maka  “jejak” ini pula yang dijadikan sebagai pengalaman valid tentang cinta. Dimana Hal ini segera dikodekan ke dalam sistem saraf kita sebagai ” zona nyaman ” terlepas dari betapa menyakitkan dan  frustasi nya dia . karena kemarahan, ketakutan, kesakitan, kekecewaanlah yang dia kenal pertama kali saat melihat dunia ini. Dan hal itu yang di rekam dan tersetting di sistem limbic nya sebagai kebenaran yang valid. Sehingga seringkali ketika dewasa secara otomatis, tubuh Anda akan menciptakan kembali kondisi yang anda rekam pada saat lahir dan selamai masa kanak-kanak kita.

Jadi kembali lagi ke cerita gajah tadi, misalnya seorang bayi lahir dengan penuh trauma dan kekerasan lalu selama masa parenting dia menerima kekerasan dan tidak mengenal cinta kasih, maka terekam pula dalam hati dan pikirannya tentang kekerasan dan trauma sehingga walaupun dia mulai tumbuh dewasa dan otak kortek nya atau logikanya mulai berkembang dan mampu menganalisa dan mengerti bahwa kekerasan itu tidak baik dan merusak dirinya, tapi tetap saja tanpa disadari anak ini akan sering sekali melakukan kekerasan karena “kekerasan” telah terekam sebagai kebenaran mutlak atau zona nyaman yang dia rasakan saat dilahirkan dulu.

Sehingga jangan heran ketika ada banyak cerita bahwa ada seorang suami yang seringkali melakukan KDRT (kekerasan Dalam Rumah Tangga) kepada istrinya. Padahal sebenarnya sang suami ini sangat mencintai istrinya, nah mengapa dia tetap melakukan KDRT? Ya mungkin karena itulah yang terekam dalam memori bawah sadarnya, dalam sistem limbiknya sebagai “kebenaran” dan “zona nyaman” makanya dia berperilaku demikian.

Penelitian yang dilakukan oleh pelopor psikologi prenatal , seperti: dr.Thomas Verny , dr.David Chamberlain, dr.William Emerson menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi fisik dan gangguan perilaku adalah akibat langsung dari waktu kehamilan dan trauma serta komplikasi selama persalinan , termasuk intervensi medis yang tidak perlu dan overdosis anestesi .

bahkan perawatan postpartum rutin juga dapat menjadi sumber masalah: seperti tidak adanya inisiasi menyusu dini, kurangnya hangat, kurangnya kontak angsung dengan ibu, pemotongan tali pusat terlalu dini , penanganan kelahiran yang kasar , sunat pada masa bayi, jarum, lampu terang, suara mengejutkan ternyata semua kelebihan ini terekam dalam sistem saraf bayi baru lahir sebagai ” zona nyaman ” , terhadap semua logika . hal ini terjadi karena logika berada di bagian otak yang berbeda dan pada masa ini logika belum berkembang sama sekali.