
Saya buyar, semua yang saya pelajari lenyap.
Kalo Ibu tau, kaki saya gemeteran tiap habis mengejan & dirogoh-rogoh
Dan salah satu bidan langsung bilang gini “Wes telp dokter xxx Ben di vacuum. Percuma dewe ngenteni Mbae cen bodo raiso ngeden.” (sudahlah, telp dokter xxx saja agar di vacum, karena percuma kita menunggu, karena memang si mbak ini bodoh gak bisa mengejan)
Saya & suami pun ga ada pilihan lain dan harus tanda Tangan.
Kurang lebih saya menunggu dokter 20 menit. Dan ke dua Bidan bercanda-canda.
Sementara saya miring ke Kiri dan mengejan setiap kontrasi datang.
Malah ngetawain saya? “Ngopo Mba ngeden-ngeden, nek ra kenceng ki rasah ngeden-ngeden” (ngapain mbak mengejan terus, kalau gak kontraksi tidak usah mengejan)
Dokter datang langsung bilang gini
“Kalo yang bukan karet (alat spt kop WC) tapi besi Ada ga. Dari semalam pakai ini lepas-lepas.”
Whatt???
Lalu tanpa basa basi alat masuk,
Sambil dokter menjelaskan ke co as
Menambah kekuatan dari 20 hingga 60 Baru ngomong ke saya, “ikuti aba-aba saya.
Ngeden ketika saya bilang ngeden seperti ke belakang mo eek.”
“Ambil nafas panjang, hembuskan tanpa suara.”
“Usahakan sekali tapi panjang, ingat ya Ibu kalo ga ikuti intruksi saya dan malah jadi lama jangan salahkan saya. Yang kesakitan Ibu bukan saya.”
Saya jengkel Bu, pas aba2 mengejan saya luapkan rasa marah & campur aduk untuk mengejan.
Sekali nafas panjang adik bayi ketangkap dan ditaruh diatas perut saya.
Saya sempat mengelus sambil bicara “anak mama hebat, anak mama pintar”
Dan kembali si Bidan bicara ” anake Pinter ibue ra Pinter. Lemes kakinya buka yang lebar, bokong seleh biar pak dokter bisa selesaikkan jahitanya.” (Anaknya pintar, tapi ibunya tidak. kakinya dilemaskan dan dibuka lebar, bokong diletakkan agar dokter bisa segera menyelesaikan jahitan)
Nyentak Bu, bahasanya blas ga ngeyem-eyem i (sama sekali tidak menenangkan/membuat nyaman-red)
Si dokter,
“Bu lemes, bokong seleh, ojo dikempit. Saya ga bisa kerja, kalo ga nurut kelamaan dan tambah sakit jangan salahkan saya.” (Bokong lemas, bokong di letakkan, jangan di kempit. saya tidak bisa kerja. kalo ga nurut kelamaan dan tambah sakit jangan salahkan saya.)
Saya disorot lampu, kelihatan dokter memasukan alat berbentuk siku stainless.
Setelah ari-ari (plasenta-red) keluar.
Dokter mulai menjahit sambil menjelaskan ke 2 KO as.
Tiap Kali saya kaget atau merasa sakit, reflek angkat bokong.
Dokter bilang “Bu mau nurut ga! Ini ga selesai selesai kerjaan saya.”
Bahkan sebelum menjahit sempat sekalian menawari pasang IUD seperti ini
Bu sekalian pasang IUD ya Ibu kalo punya anak lagi dengan tensi tinggi seperti ini bisa pembuluh darah pecah. Atau baby & Ibu ga selamat.
Suami saya langsung jawab ngga pasang.
Kenapa kita ga diedukasi, tapi malah menawarkan dengan metode menakut2ti.
Setelah semua selesai, saya menggigil sekujur tubuh Bu. Menangis ada hampir 1 jam. Ga Ada pelayanan diberi minum anget atau sekedar air putih. Suami saya keluar beli teh anget. Bayipun ga Ada IMD, lgs ditaruh di kamar terpisah hingga hari ini.
Maafkan Bu kalo bahasa saya kurang berkenan. APA yang saya ceritakan sesuai pengalaman saya. Dan saya berdoa agar tidak Ada yang mengalami lagi.
Tanggal 6-7 saya masih dipasang infus, kateter & o2. Ask belum keluar. Semalam saya ke ruang bayi dan bayi ngenyot-ngenyot keluar BuBid. Tensi saya sudah normal. Semua selang juga udah di lepas. Semoga saya bisa lekas pulang dan ngedep Adik bayi. Semangat asi ekslusif.
Makasih Bu, setidaknya saya sharing dengan orang yang tepat. Sangat lega sekali.
=========================== pause ===========================
saat saya mengedit kata kata, memilah dan memilih mana instansi yang saya samarkan (supaya tidak ada pihak yang tersinggung, demi perdamaian), tak terasa air mata ini menetes. dan rasanya…..sangat ingin meluk ibu ini. Satu hal yang saya salut pada ibu ini adalah:
mereka tidak mau memberikan Susu formula kepada bayinya dan rela berjuang untuk memberikan ASI kepada putri tercintanya.
dan yang membuat saya semakin bersyukur adalah adanya support dari ibu ibu di #laskargentlebirth
yang langsung kirimkan “cinta” mereka.
yah….inilah sekelumit kisah nyata di lapangan.
dan saya yakin bukan hanya ibu ini saja yang pernah mengalami Birth Trauma. masih banyak ibu ibu diluar sana yang mengalami cerita cerita yang serupa.
sedih….tapi inilah kenyataannya.
Anda saja seorang ibu mau memberdayakan diri dan belajar lagi…..
Anda saja seorang ibu mau mencari provider yang tepat, mungkin Birth trauma ini tidak akan di alami.
dalam kisah ini, saya tidak akan menyalahkan siapapun. masukan saya secara pribadi :
Bagi Anda para calon Orang Tua:
40 minggu yang disediakan Tuhan bagi kita, bukanlah tanpa maksud. Tuhan mau 40 minggu ini digunakan untuk memberdayakan diri. karena Anda akan berganti status. Anda akan dilahirkan menjadi seorang IBU dan AYAH. sebuah status yang tidak bakalan bisa di revisi. mari berdayakan diri. karena persalinan dan kelahiran itu tentang Anda. bukan tentang tenaga kesehatan. jadi tanggung jawab terbesar ada di pundak Anda.
bagi para teman sejawat (tenaga kesehatan):
saya paham, banyak sekali truma yang ada di pikiran bawah sadar kita. banyak sekali ketakutan. dan saya tahu bahwa Anda tidak sengaja berbuat tidak menyenangkan kepada klien Anda. Namun, alangkah bijaknya apabila kita mulai buka hati, buka pikiran. mari melayani dengan cinta dan kasih.
Proses persalinan dan kelahiran adalah proses yang sakral
dan ini adalah persembahan gambar saya untuk Bunda ***, di Jogja
semoga semakin banyak ibu yang mau memberdayakan diri sehingga tidak perlu mengalami Birth Trauma. sehingga semakin banyak bayi yang lahir dalam cinta kasih dan kedamaian.
salam hangat.
Saya bacanya jadi sedih dan kesel. Kenapa tenaga medis kok ya segitunyaa..
Proses melahirkan saja sudah cukup berat untuk ibu,masih ditambah dimarah2i..
Sya membaca ini aseli sangat sedih sekali. Kok ya segitunya, ngatain orang bodoh. Apa nakes nya yg cewek itu belum pernah ada yg ngrasain perjuangan seorang ibu??
.
Ditambah lagi, dokternya bicaranya tidak menenangkan sama sekali.