Bidan Kita

Home Blog Page 84

TANDA AWAL PERSALINAN AKAN S EGERA TERJADI

0

 

 

Penyebab pasti lahirnya seorang bayi sampai sekarang masih belum diketahui. Teori yang berkembang pada saat ini menyatakan bahwa bayi dalam kandungan membantu memproduksi unsur-unsur tertentu yang kemudian berubah menjadi hormon-hormon kehamilan. Berikut ini adalah tiga tanda dan gejala utama yang khas terjadi dan dapat menunjukkan bahwa sebentar lagi anda akan melahirkan dan memiliki seorang bayi.

 

Penyumbatan Mucus atau Perdarahan

Kelahiran akan dimulai dengan pelunakan leher rahim. Ketika hal ini terjadi, leher rahim mulai membesar, sejumlah mucus (lendir) menyumbat, menutupi leher rahim dan kehamilan anda akan segera berakhir. Cairan berwarna kemerahan atau kecoklatan mungkin saja akan muncul, dan hal ini disebut dengan perdarahan. Meskipun hal ini dapat disimpulkan bahwa sebuah kelahiran akan segera terjadi, akan tetapi perdarahan bisa terjadi pada beberapa minggu sebelum kelahiran yang sesungguhnya. Oleh karena itu, tanda-tanda ini tidak dapat dijadikan satu-satunya tanda dan gejala persalinan.

Pecah Membran

Juga dikenal sebagai “pecah ketuban”, terjadi ketika kantung amniotic pecah. Ini merupakan tanda awal persalinan yang paling umum terjadi. Jika ketuban telah pecah, maka anda dapat menduga bahwa persalinan akan terjadi dalam waktu 24 jam. Ketika ketuban pecah, biasanya kontraksi akan terjadi lebih intensif, dan bayi anda akan semakin dekat ke arah pelebaran rahim. Jika anda mengalami pecah ketuban di rumah, ingatlah kapan kejadian ini berlangsung, konsistensi dan jumlah cairan ketuban yang telah keluar. Cairan ketuban pada umumnya berwarna bening dan tidak berbau, dan akan terus keluar sampai pada saat anda melahirkan. Dokter/bidan akan meminta anda untuk menjaga vagina bebas dari benda-benda asing untuk menjaga resiko terjadinya infeksi. Pecah ketuban adalah salah satu tanda persalinan yang paling umum terjadi.

Kontraksi Regular

Salah satu tanda umum yang paling sering terjadi dan salah satu cara untuk mengetahui bahwa persalinan akan segera terjadi adalah konsistensi kontraksi. Leher rahim yang telah melunak akan semakin melebar dan akan terus berlanjut hingga proses persalinan selesai. Hal ini merupakan sebuah tanda persalinan yang nyata, dan berarti bayi anda akan segera lahir.

Kontraksi ini karakteristiknya adalah:

Ø Kontraksi datangnya teratur setiap 30-70 menit sekali dan semakin sering datangnya terutama menjelangt persalinan atau saat pembukaan semakin lebar.

Ø Kontraksi terus berlanjut meskipun anda sedang duduk, berjalan atau sedang mengubah posisi

Ø Kontraksi semakin sering dan semakin terasa kurang nyaman di bagian bawah, terasa kelu dibagian paha atas dan desakan di bawah perut semakin terasa mendorong ke dekat kemaluan

Ø Kontraksi berawal dari bagian bawah perut kemudian menjalar ke bagian pinggang dan terus keseluruh bagian perut bagian bawah sampai kearah kemaluan.

ATASI NYERI PERSALINAN Dengan SMART

0

 

Persalinan sering kali menjadi momok terutama bagi ibu hamil pertama kali yang tinggal “menghitung hari” menanti persalinannya.

Rasa deg-degan, takut, khawatir bahkan stress saat hendak menghadapi proses persalinan.

 

Terdapat berbagai cara dan metode untuk mengurangi rasa nyeri pada saat proses persalinan. Namun yang terpenting adalah atasi nyeri persalinan tersebut dengan cara yang SMART.

Sederhana

Murah

Aman

Rileks

Tenang

Berikut ini A sampai Z cara alami untuk menghadirkan rasa nyaman saat proses persalinan

Ask Information

Tanyalah apa saja yang belum anda ketahui tentang proses persalinan, selain menanyakan kepada bidan atau dokter yang merawat anda, akan lebih bijak jika sebelumnya anda sudah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kehamilan dan proses persalinan, anda bisa mendapatkannya melalui buku, majalah, maupun artikel-artilek di internet.

Breathe Rhythmically dan Rileks saat menghela nafas

Nafas sangatlah penting dalam proses persalinan. Karena dengan bernafas berpola maka mampu menghadirkan sensasi relaksasi disela-sela kontraksi yang anda rasakan selain itu dengan bernafas yang baik dan benar mampu menjaga suplai Oksigen ke janin anda.

Cuddle Your Partner / Peluk pendamping persalinan anda

Peluklah pasangan anda terutama saat anda merasakan kurang nyaman, dengan demikian anda akan merasakan support dan dukungan dari pasangan anda sehingga anda merasa lebih tenang.

Drink isotonik water in between contraction

Ini sangatlah penting, banyak sekali klien yang tidak mau minum saat menjalani proses persalinan. Dan akibatnya klien sering mengalami dehidrasi dan kehabisan tenaga untuk mengejan.

Untuk itu cobalah untuk minum disela kontraksi anda. Akan lebih baik cari minuman isotonic karena akan lebih mudah diserap tubuh.

Endorphin massage

Endorfin massage adala salah satu metode untuk merangsang munculnya hormone endorphin dalam tubuh saat prises persalinan. Dengan demikian proses persalinan akan lebih nyaman dan lancar.

Bagaimana caranya melakukan endorphin massage ini?

Anda dapat mengikuti kelas ibu hamil di BidanKita

Fan your self with a small electric fan

Seringkali ibu bersalin merasakan gerah pada saat bersalin. Anda dapat gunakan kipas angin elektrik yang kecil untuk menghadirkan rasa nyaman.

Groan and moan (Mengerang) sebagai strategi koping

Mengerang saat anda merasakan kontraksi dapat anda lakukan sebagai nkoping pengalihan perhatian, selain itu dengan mengerang ini memungkinkan anda untuk menghindari mengejan sebelum waktunya.

Hypnobirthing

Hypno-birthing sangatlah efektif digunakan untuk menghadirkan rasa nyaman saat bersalin, dengan rajin melatih tehnik-tehnik di hypno-birthing sejak hamil akan membuat hasilnya lebih maksimal.

Imagine your baby moving down every contraction

Visuslisasi ini sangatlah penting dan ini merupakan salah satu tehnik dari hypno-birthing. Dengan membayangkan kepala janin anda turun disetiap ada kontraksi ini akan sangat membantu anda untuk memperlancar proses persalinan.

Joke with your partner & your midwife

Hilangkan ketegangan dan kekhawatiran dengan bercanda baik dengan pasangan, pendamping atau bahkan dengan dokter/ bidan yang merawat anda. Dengan demikian anda daopat menikmati proses persalinan dengan lebih santai dan bebas dari rasa tegang.

Kisses

Berciuman dengan pasangan anda dapat merangsang hormone endorphin dan oksitosin. Dengan demikian kontraksi rahim menjadi lebih efektif namun anda tetap merasa nyaman.

Listen to Music

Musik adalah sarana untuk membantu anda lebih rileks, dan tenang. Dengarkan music-musik relaksasi yang membuat anda merasa tenang. Dengan demikian maka prose persalinan anda akan lebih mudah.

Move around to make comfortable

Saat memasuki kala satu persalinan atau pembukaan jalan lahir, lakukan mobilisasi atau perpindahan posisi tubuh. Karena ini akan sangat membantu Anda mengurangi keluhan-keluhan yang anda rasakan selama itu. Yang terpenting adalah buat tubuh anda terasa nyaman.

Nestle Down in large pillow (Bersandar pada bantal yang besar)

Ini dapat anda lakukan saat anda ingin istirahat dan tidur disela kontraksi dan ini sangat penting untuk memulihkan tenaga anda. Sehingga nantinya saat mengejan energy anda sudah kembali normal.

Open your pelvis by squatting position

Dengan posisi squatting atau berjongkok ini akan memperlebar bidang luas panggul anda dengan demikian bagian terendah janian anda akan lebih mudah turun ke jalan lahir.

Positive thingking

Ini yang paling penting!

Dengan tetap positif anda akan lebih siap menghadapi proses persalinan ini.

Question what you don”t understand

Bertanyalah kepada bidan/dokter yang merawat anda tentang apapun yang belum anda mengerti.

Rock your Pelvis with birthing ball

Lakukan pelvic rocking atau bergoyang pinggul. Ini bisa anda lakukan di atas bola persalinan. Berbagai manfaat akan anda dapatkan dengan melakukan pelvic rocking ini antara lain:

Ø Goyang panggul memperkuat otot-otot perut dan punggung bawah.

Ø Mengurangi tekanan pada pembuluh darah di daerah sekitar rahim, dan tekanan di kandung kemih ibu.

Ø Ini akan membantu ibu bersantai

Ø Meningkatkan proses pencernaan

Ø Membantu Mempersingkat proses persalinan

Ø Membantu ibu merasa nyaman saat persalinan

Ø Membuat bidang panggul lebih luas sehingga membantu penurunan bagian terendah janin

Ø Membantu ibu dalam posisi tegak sehingga janin cepat turun

Ø Mengurangi keluhan nyeri di daerah pinggang, inguinal, vagina dan sekitarnya

Sight out gently with every breath (Bernafas dengan lembut)

Bernafaslah yang dalam dan lembut saat anda merasakan kontraksi.

Trust Your Body

Percayalah pada kekuatan tubuh anda. Pada proses persalinan seorang ibu akan dituntut kesabarannya. Untuk itu anda harus sabar dan lebih mempercayakan prose persalinan kepada tubuh anda. Karena pada dasarnya tubuh anda diciptakan sangat sempurna.

Understand the treatment and what happen to your childbirth

Ini yang seringkali “terlupakan” saat menjalani proses persalinan anda harus mengerti obat atau tindakan apa saja yang akan bidan/dokter lakukan terhadap anda, cari tahu selengkap-lengkapnya tentang manfaat dan untung rugunya bagi proses persalinan anda. Dengan demikian maka resiko mal praktek dapat dihindarkan.

Visit toilet regularly

Pada saat persalinan seringlah ke kamar mandi untuk buang air kecil maupun air besar dengan demikian kepala / bagian terendah janin anda akan lebih mudah turun.

Walk around

Merjalan adalah salah satu mekanisme penghilang rasa nyeri yang efektif.

X” more kisses

Sesering mungkin lakukan ciuman dengan suami anda, agar endorphin dapat terpicu keluar dalam tubuh anda.

Yell Loud and Long (Berteriak keras dan panjang lalu bernafas lagi dengan pola yang baik)

Berteriaklah jika memang anda ingin berteriak namun ingat, anda tetap harus menjaga pola nafas anda jangan sampai energy anda terkuras karena anda berteriak

Zzzzz doze off in between contractions

Beristirahatlah atau tidur jika memungkinkan disela kontraksi anda ini akan menjaga energy anda tetap baik.

GENTLEBIRTH

 

 

Mengapa kita memilih proses persalinan yang lembut (Gentlebirth)? kelahiran manusia adalah peristiwa yang paling ajaib, transformasional, dan misterius dalam kehidupan kita. Pengalaman melahirkan akan meninggalkan jejak sendiri yang dapat tak terhapuskan begitusaja pada kehidupan seorang ibu dan bayi. Dalam abad terakhir, manusia mulai menjelajahi dan bereksperimen dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi tinggi. Sebuah kombinasi dari karakteristik manusia alam seperti rasa ingin tahu, keinginan untuk mengendalikan, takut yang tampaknya di luar kendali manusia, dan fokus terkonsentrasi pada penerapan teknologi, telah merayap ke dalam dan dialihkan dari perspektif budaya dan penghormatan terhadap kesucian dari pengalaman kelahiran. Hasilnya fokus terhadap teknologi dan eksperimen terlihat dalam budaya yang dominan, dalam bentuk seluruh populasi dengan berbagi tingkat stres yang tinggi, ketakutan, dan disfungsi emosional. Revolusi Industri di Amerika mempercepat tren untuk bereksplorasi dalam mengelola kelahiran. Lifestyles berubah, kota menjadi cepat padat tanpa memahami langsung pengendalian penyakit. Ibu dan angka kematian bayi dan rumah sakit naik. Mereka berpendapat bahwa rumah sakit dilihat sebagai tempat baru dan lebih aman bagi semua orang untuk melahirkan, bukan rumah. Didorong oleh persaingan pasar bebas Filosofi Gentle birth Gentle birth tidak menentukan daftar aturan yang harus diikuti. Ini adalah pendekatan untuk kelahiran yang menggabungkan nilai-nilai individu seorang wanita dan keyakinan. Setiap kelahiran adalah pengalaman yang kuat – kadang-kadang menyakitkan, selalu transformasional. Setiap kelahiran adalah sebuah pengalaman yang unik bagi ibu dan bayi mengalaminya. Unsur-unsur yang membentuk sebuah gentlebirth tentu tidak baru atau revolusioner. Banyak telah menjadi bagian dari melahirkan selama ribuan tahun. Sebuah gentlebirth bergantung pada pemahaman bahwa persalinan merupakan bagian dari sebuah kontinum misterius peristiwa fisiologis, dimulai dengan konsepsi dan berlanjut dengan baik pada tahun-tahun pertama kehidupan. Ibu dan bayi, tak terpisahkan dan saling bergantung, bekerja bersama sebagai dalam satu unit dari pembuahan telur sampai proses penyapihan dari pemberian ASI terjadi. Obligasi yang dihasilkan dibuat selama periode ini adalah dasar dalam kehidupan mereka. Kehamilan memberikan kesadaran berharga dan tinggi dari aspekseorang wanita sebagai wujud dirinya sendiri dan kehidupan. Dukungan dalam mengakses kebijaksanaan, bimbingan dengan pendidikan, dan pemodelan, memungkinkan dia untuk lebih mudah melepaskan resistensi yang dipelajari sebelumnya atau takut. Hal ini memudahkan pengalaman Gentle Lahir. Esensi dari Gentle birth Sebuah gentlebirth terjadi ketika seorang wanita didukung oleh orang-orang yang memilih untuk tinggal bersama selama waktu yang paling intim dalam persalinannya. Dia harus dicintai dan dipelihara oleh orang-orang di sekitarnya sehingga dia bisa merasa nyaman dan cukup aman untuk mengikuti naluri alaminya. Selama kelahiran, seorang wanita merasa dan merasakan kekuatan dan energi saat persalinan. Gentlebirth adalah proses persalinan yang lembut dan tidak terburu-buru. Bayi lahir dengan kecepatan sendiri dan dalam “waktunya” sendiri. lalu diterima ke dalam tangan orang-orang yang mencintai dan mengakuinya sebagai manusia dengan tujuan hidup sendiri, Berikut adalah saran untuk membantu seorang perempuan untuk menciptakan pengalaman persalinan mereka yang lembut. Elemen Kunci 1. Persiapan Sepanjang sejarah perempuan belajar untuk melahirkan secara intuitif. Mereka menyaksikan ibu mereka, anggota keluarga dan orang lain dalam masyarakat melahirkan saat mereka tumbuh sebagai anak-anak perempuan, siap untuk melanjutkan siklus reproduksi kehidupan. Keakraban yang tidak perlu dihilangkan ketakutan dan kecemasan. Biarkan Mereka terlibat dalam ritual budaya dan berbagi informasi serta mengamati dengan perasaan tak terlukiskan. Hal ini menciptakan pendidikan yang inspiratif dan ideal untuk memelihara pikiran dengan koneksi tubuh. Karena beberapa dekade eksperimen Technologic, beberapa generasi ibu-ibu di Amerika kehilangan kesempatan untuk belajar tentang kelahiran/proses persalinan secara intuitif. Memang, dalam hubungannya dengan munculnya lembaga kesehatan, dan mendiskreditkan mereka dengan nilai kebidanan, sikap terhadap kelahiran berubah secara dramatis. Prioritas radikal dan sesat mulai mengatur perlakuan terhadap wanita mengalami aktivitas reproduksi. Prioritas berfokus pada menciptakan individu-individu independen yang didorong untuk berkembang dalam ekonomi pasar bebas.

 

Persalinan mulai dipandang sebagai patologi, dan masyarakat medis datang untuk mengendalikan dan memodifikasi patologi tersebut. Luasnya penggunaan intervensi anestesi yang rutin dan tidak perlu, pemisahan antara ibu dan bayi, menjadi praktek-praktek yang aman dan modern. Orang tua didorong untuk menolak menunjukkan kasih sayang untuk anak-anak mereka, dan diarahkan untuk menunjukkan kepedulian melalui metode yang dikecualikan sentuhan fisik dan kontak.

kampanye besar-besaran dan terus-menerus menggerogoti kepercayaan dalam tubuh, Pada tahun 1955, 95 persen dari semua kelahiran Amerika terjadi di rumah sakit dengan tujuan memikat dan mempromosikan proses persalinan tanpa rasa sakit dan aman melalui anestesi. Ketika seorang perempuan dipaksa menjadi menginginkan kelahiran tanpa rasa sakit, mereka juga melepaskan kekuatan mereka sendiri kepada para teknisi medis dan dokter. Konsep persalinan yang menyenangkan sering tampak asing bagi mereka karena mereka mendengar perubahan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Pendidik dapat membantu ibu hamil belajar tentang proses kehidupan, desain kehamilan dan proses persalinan, dan cara terbaik untuk memelihara kesehatan yang baik dan sikap positif dan penuh harapan. Ketika seorang ibu hamil berikan dukungan, panduan informasi, dia akan mampu mengembangkan harga diri dan kepercayaan diri. Ketika seorang ibu hamil memiliki waktu untuk mempersiapkan diri secara emosional, akan lebih mudah baginya untuk menyerah pada kekuatan tubuh nya secara alami dalam proses melahirkan. Persiapan menggantikan rasa cemas dan takut dengan fokus, arah dan tenang yang lebih besar. Penelitian telah dengan jelas menunjukkan bahwa pendidikan melahirkan memiliki pengaruh kuat dan menguntungkan atas berlangsung pengalaman persalinan. Lingkungan meyakinkan

Seorang wanita yang bersalin memiliki reseptor oxytocin 8 kali lebih tinggi/sensitif dari pada waktu lainnya dalam hidupnya. Hal ini dikombinasikan dengan endorfin, memberikan padanya dengan bantuan alami untuk meningkatkan proses peralinan dan pengalaman ikatan batin. Ketika dia merasa nyaman, bebas gangguan, dan percaya dirinya di lingkungan yang aman, dia dapat mengakses sifat primitif pada otak belakang nya, yang akan menuntun dia melalui proses persalinan ini dnegan sealami mungkin. persalinan adalah pengalaman simpatik. Relatif, pengalaman simpatik berkaitan dengan “fight or flight” respon dan produksi katekolamin yang meningkat. Katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin, akan melemahkan pengaruh dan menghentikan produksi oxytocin dan endorfin dibutuhkan untuk membantu persalinan. Dalam modus parasimpatis, lingkungan yang remang/gelap dan tenang akan membantu seorang wanita untuk merasa aman dan untuk mengakses alam naluriah nya lebih mudah. Dia akan cenderung untuk menghemat energi lebih efisien, mempengaruhi durasi persalinan. Untuk dia menjadi tenang selama dan antara kontraksi, di banding apapun cara nya, akan mengizinkannya untuk mempertahankan keadaan fisiologis yang kompleks. hal ini akan disampaikan kepada bayi selama persalinan maupun saat lahir. Bayi bergantung pada reaksi ibunya terhadap proses persalinan dan kelahiran sebagai indikator keselamatan sendiri. Bahkan dalam kasus di mana seorang ibu memilih untuk mengejan dengan suara keras, bayi masih dapat merasakan perbedaan antara ibu telah memilih untuk mengikuti pola instingtual dan seorang ibu yang panik dan takut. ibu dan bayi adalah sebuah tim, bekerja melalui transformasi ini bersama-sama, dengan niat, mengurangi stres bayi dan memungkinkan untuk ikatan mudah dan proses fisiologis normal. dasar dari elemen inti dari kebutuhan fisiologis saat persalinan adalah memastikan ibu yang beristirahat, makan, terhidrasi, dan dalam lingkungan suhu yang nyaman. sediakan lingkungan yang meyakinkan, jadi dia tidak perlu khawatir tentang keselamatan dirinya, dan dapat membiarkan dirinya untuk fokus sepenuhnya pada proses persalinannya. berikan rasa cinta, memiliki dan dihargai . Dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dan yang mencintainya, akan memfasilitasi produksi hormon yang diperlukan untuk kemajuan proses persalinannya.

 

Kebebasan bergerak Perempuan harus dapat memilih setiap posisi yang mereka ingini dan membuat nyaman ke sebagai respon langsung terhadap komunikasi naluriah yang halus antara dia dan bayinya selama persalinan dan kelahiran. Sama seperti seorang wanita akan mendapatkan dorongan untuk makan atau tidur, dia akan mendapatkan dorongan untuk mengambil posisi tertentu yang akan membawa menghiburnya menjadi lebih baik dan kebetulan memungkinkan bayi untuk mereposisi dirinya sebagai bergerak ke bawah dan keluar. Bayi akan cenderung mengambil jalan perlawanan paling tidak dalam rotasi untuk turun dan keluar. Penting bagi ibu untuk menempatkan sebagai tekanan kontinyu kecil di bagian tulang panggul bergerak agar bayi yang memiliki kesempatan untuk mengambil posisi optimal untuk lahir. Selanjutnya, gravitasi dapat menjadi keuntungan luar biasa dalam membawa bayi turun ke bawah. Selain memungkinkan ruang yang optimal bagi bayi untuk bergerak ke bawah dan melalui panggul, kebebasan bergerak juga memungkinkan untuk membantu sirkulasi ibu yang lebih baik, yang akan membantu otot-ototnya bekerja lebih efisien. Kebebasan bergerak juga efektif sebagai teknik coping, sehingga cenderung untuk meningkatkan persepsi ibu pada pemberdayaan. Tenang Suasana sunyi dan tenang untuk bersalin dapat membantu dalam mengurangi stres bayi saat melewati perjalanan kelahiran. Ia mendukung syaraf parasimpatis dari insting mengatasi dan pengolahan. seorang ibu yang memilih untuk tidak menjerit dan memilih nada di oktaf lebih rendah daripada yang tinggi, maka bayi akan merasakan bahwa dia tidak panik. Cahaya Rendah /remang-remang kunci lain untuk menjaga ketenangan staraf parasimpatis adalah penerangan rendah. Selama proses kelahiran, cahaya yang rendah menyediakan lingkungan yang paling nyaman untuk ibu dan anak. cahaya rendah menciptakan suasana santai Dukungan yang terus menerus selama persalinan Dalam studi ilmiah Dr Marshall Klaus mereka mereka dapat menentukan bahwa perbedaan dalam persalinan, antara ibu yang sendirian, dan ibu yang didukung, sangat signifikan. Dalam tiga kelompok kontrol, para ibu yang ditinggal sendirian untuk bersalin memiliki kejadian sebagian besar dengan hasil yang buruk, dan persepsi negatif dari pengalaman persalinan dan kelahiran. Ibu dengan orang yang duduk di ruang terus-menerus, tanpa dinyatakan berinteraksi, memiliki hasil jauh lebih baik. Para ibu yang memberikan dukungan tenaga kerja terus menerus interaktif menunjukkan perbedaan statistik tertinggi terhadap hasil dan persepsi. Kejadian SC 50% terkurangi dan persalinan dengan tindakan pun menjadi lebih sedikit.

Percayai kekuatan alam Alam selalu memiliki kecepatan sendiri dalam serangkaian siklus. Dalam semua makhluk hidup, ada waktunya mengalami kenaikan dan waktu mengalami penurunan. Ada waktu tumbuh, mengalami puncak, dan penurunan. kejadian seperti keterlibatan penurunan kepala, kontraksi palsu, pelunakan leher rahim, peregangan otot dasar panggul, selama minggu-minggu terakhir kehamilan menggambarkan sebuah kebijaksanaan desain biologis. Meskipun sudah dilakukan berbagai penelitian yang luas dan dengan teknologi tinggi, namun masih ada misteri yang mendalam sekitarnya persis apa yang terjadi dalam proses ini. Hal ini masih sulit untuk menentukan saat pembuahan secara definitif, dan masih sulit untuk mentakdirkan saat yang tepat sebuah persalinan akan dimulai. Metode yang digunakan untuk menentukan hari perkiraan lahir sering kali tidak bisa tepat. Hanya 15% yang benar-benar tepat per hitungannya, Lainnya kadang maju atau mundur sekitar satu atau dua minggu dari hari per kiraan lahir. Nafas Pertama Pada saat bayi mengambil napas pertama, sirkulasi janin dengan cepat diubah untuk sirkulasi bayi. Sementara nilai-nilai perubahan akan efektif pada bayi baru lahir yang sehat, dibutuhkan waktu bagi mereka untuk menyesuaikan diri. Ini akan memakan waktu untuk jalur baru untuk menjadi permanen. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan bernapas pada tingkat yang berbeda, sedikit memperlambat denyut jantung, dan harus menyesuaikan diri dengan banyak sensasi baru yang kuat yang ia temui, termasuk sensasi udara dingin yang memasuki paru-paru. dalam persalinan gentlebirth, bayi yang lahir normal tidak perlu dilakukan invansif suction/ penyedotan lendir menggunakan suction yang terlalu dalam, dan megelap dan menggosok kulit bayi dengan kuat untuk erangsang reflek bernafas Karena tindakan-tindakan ini sangat menakutkan untuk bayi yang baru lahir. Indra bayi baru lahir sangat sensitif sekali dia bisa merasakan ada nya rasa ketakutan di balik praktek-praktek, rasa terburu-buru, takut kehilangan kendali, Sikap-sikap ini menunjukkan rasa kecemasan kekhawatiran bukanhya penyambutan yang lembut.. belaian / sentuhan Pertama Interaksi tidak tergesa-gesa dan tak terganggu antara ibu dan bayi merupakan salah satu momen paling puncak dalam kehidupan baru bagi seorang bayi. Adanya kontak kulit bayi dengan kulit ibu yang menyambutnya memiliki efek menenangkan yang kuat pada bayi yang baru lahir. Menyentuh dan memijat bayi baru lahir yang bermanfaat bagi ibu dan bayi. Reaksi dan insting ibu adalah mencium dan menyentuh ringan bayi dengan ujung jarinya. Dalam beberapa saat pertama dari kelahiran tubuh ibu akan mengalami kebahagiaan yang luar biasa.

Bagaimana bayi diterima dan bagaimana pengalaman ini beberapa saat pertama kehidupan adalah benar-benar penting dan tercetak secara permanen pada memorinya. Bayi lahir dengan pengkodean genetik, ekspektasi yang terprogram, yang mengaktifkan area tertentu dari otak dan sistem saraf karena bertemu ibu nya. Inisiasi Menyusu Dini dalam gentle birth selalu dilakukan inisiasi menyusui dini. Karena dengan begitu ibu dan anak bebas untuk berkomunikasi satu sama lain tanpa hambatan. Hal ini tidak hanya memberikan peningkatan kenyamanan emosional bagi bayi, tetapi stimulasi dari puting susu ibu menyebabkan pelepasan oksitosin meningkat yang akan membuat kontraksi rahim menguntungkan. Kontraksi ini akan bekerja untuk membantu mengeluarkan plasenta dan menutup pembuluh darah di dalam rahim, sehingga mencegah kehilangan darah yang luas. kolostrum ini diekstraksi dengan bayi dari payudara akan mengisi saluran pencernaan bayi dengan bakteri menguntungkan cocok untuk meningkatkan pencernaan, melindungi bayi dengan semua antibodi yang dikembangkan oleh ibu, dan memberikan bayi dengan kandunganprotein tinggi. Kedekatan bayi kepada ibu saat menyusui juga merupakan bagian dari desain dalam visi bayi cukup jelas untuk dapat melihat wajah ibunya dari posisi ini. nah….para bunda…mari mulai bersalin dengan metode gentlebirth.

Salam hangat

Bidankita

Can Stress Cause a Miscarriage mom

After a long time, she was excited and happy when she got her pregnancy reports. It was confirmed that she was pregnant. She had no one to share her happiness with. Her husband came back from work and the same old fights started again. It was unbearable for her to stay with that man. She thought of leaving the house but she had nowhere to go. She continued living in the same stressful environment only to find out that she was bleeding again…she had to face that brutal spontaneous abortion – miscarriage!

 

According to miscarriage statistics, many women lose their pregnancy due to stressful life situations. A lot of research studies have been conducted to find out the correlation between stress and miscarriages. If you are thinking whether can stress cause a miscarriage in early pregnancy or otherwise, then the answer is yes. It is evident that stress causes miscarriage. Women who face high levels of physical and emotional turmoils just before or during the pregnancy or conception generally miscarry their pregnancy. To know more about how can stress cause a miscarriage, read further. How Can Stress Cause a Miscarriage The whole process of miscarriage is related to one hormone in the human body which is known as cortisol. It is secreted by adrenal glands and plays a key role in regulating blood pressure, blood sugar, and glucose metabolism. Cortisol levels are generally higher in the morning and lower in the night. This hormone is known as stress hormone because it also gets secreted at higher levels in response to the stress. A little increase in cortisol is alright as it provides people with quick energy, improved memory functions, increased immunity and lowered pain sensations. But if a person is always stressed then his or her body hardly gets a chance to come back to normal, resulting in chronic stress. Such chronic stress keeps your cortisol levels high always which has a lot of adverse effects on the body, including high blood pressure, imbalanced blood sugar, impaired cognition, weak bones and muscles, etc. This increased cortisol can be problematic for pregnant women as it affects the progesterone levels in woman’s body. Progesterone is a steroid hormone that plays a vital role in the female menstrual cycle. After ovulation progesterone is secreted to thicken the uterine lining so that embryo rests well on the wall. When there is no ovulation or embryo the progesterone levels decrease naturally. This results in shedding the inner lining of the uterine wall, which means women start menstruating. The problem is when cortisol levels increase, the progesterone levels go down. So if a pregnant women is worried all the time the cortisol level increases which decreases progesterone levels. This gives the brain a signal of no egg implant and the miscarriage bleeding takes place. So it is important for pregnant women to maintain moderate progesterone levels by lowering cortisol levels. And this is possible only if they keep the stress away. It is suggested that pregnant women should learn some stress management techniques to avoid miscarriages that occur due to stress. Preventing Miscarriage Now you know how can stress cause a miscarriage and you should also know how to avoid it. Though miscarriage caused by critical medical conditions cannot be avoided, there are many ways by which you can keep yourself healthy during pregnancy. The first thing is that you must lead a stress free and relaxing life. If you cannot then you must learn to manage your stress effectively. Chances of miscarriage increase as you age so it is suggested to conceive within your maternal age limits. Apart from this what can cause a miscarriage is your carefree attitude, so pay attention to your health. Given below are some of the ways to avoid miscarriage that you must observe to have a safe and healthy pregnancy and delivery.

 

1. Eat healthy foods

2. Exercise regularly

3. Maintaining healthy weight every month during pregnancy

4. Keeping the abdomen safe from trauma

5. Do not smoke and avoid the company of smokers

6. Do not drink alcohol

7. Avoid excessive consumption of caffeine

8. Do not take any over the counter drugs without consulting your doctor

9. Do not engage in rigorous and risky activities

10. Visit your doctor immediately if you observe any miscarriage symptoms

Can stress cause a miscarriage is no more a mystery. So take care of your self and most importantly enjoy your pregnancy by leading a stress free life.

Jenis kelamin dan respon terhadap stres dalam kehamilan

Menurut peneliti Universitas Adelaide jenis kelamin bayi menentukan cara menanggapi stres selama kehamilan dan kemampuannya untuk bertahan hidup serta komplikasi kehamilan. bayi laki-laki dan perempuan selama kehamilan menunjukkan pertumbuhan dan pola pengembangan yang berbeda akibat stres selama kehamilan seperti penyakit, penggunaan rokok atau stres psikologis. Menurut profesor Vicki Clifton, peneliti utama. Bayi laki-laki, ketika ibunya stres, pura-pura hal itu tidak terjadi dan terus berkembang, sehingga ia bisa berkembang sebesar mungkin sedangkan pada bayi perempuan, dalam respon terhadap stres ibu, akan mengurangi tingkat pertumbuhan nya sedikit, tidak terlalu banyak sehingga ia pertumbuhan dibatasi, tetapi hanya menurun sedikit di bawah rata-rata.

Ketika ada komplikasi lain dalam kehamilan – baik stres yang berbeda atau yang sama lagi – bayi perempuan akan terus tumbuh. tetapi bayi laki-laki akan berisiko lebih besar untuk lahir prematur, berhenti tumbuh atau mati dalam rahim. Prof Clifton mengatakan ini respon pertumbuhan seks-khusus telah diamati pada kehamilan yang disertai dengan asma, preeklamsia dan ibu yang menggunakan rokok, tetapi juga mungkin terjadi dalam peristiwa stres lain selama kehamilan seperti stres psikologis. Dia mengatakan pola pertumbuhan seks-khusus ini merupakan hasil dari perubahan fungsi plasenta disebabkan oleh kortisol hormon dalam stres. Pada bayi perempuan, kortisol yang meningkat menghasilkan perubahan fungsi plasenta yang mengarah ke penurunan pertumbuhan, namun tingkat kortisol meningkat pada seorang ibu membawa bayi laki-laki tidak menghasilkan perubahan yang sama dalam fungsi plasenta. Prof Clifton mengatakan penelitian ini dapat menyebabkan terapi seks-khusus pada kehamilan prematur dan bayi baru lahir prematur. Hal ini juga penting dalam membantu dokter kandungan lebih akurat menginterpretasikan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kehamilan berisiko. nah untuk itu kurangi stres bunda..

Stres saat hamil

 

 

Ibu yang sedang mengalami kehamilan, dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Hal inilah yang kurang diperhatikan ibu hamil yang umumnya lebih siap dalam menghadapi perubahan fisik, tetapi tidak siap secara mental.

 

 

Perubahan secara fisik pada ibu hamil memang mudah ditebak dan umum terjadi pada setiap ibu yang sedang mengalami kehamilan, seperti perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas. Namun perubahan secara mental pada ibu hamil sangat sulit ditebak dan tidak selalu sama terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan.

Stres dalam kehamilan seringkali terjadi. Terjadinya stres bisa ditandai dengan peningkatan detak jantung dan peningkatan hormon pemicu stres. Perlu diketahui bahwa setiap detak jantung ibu tentu dapat dirasakan pula oleh janin. Oleh karena itu, bila ibu sering mengalami stres, maka detak jantung semakin meningkat. Detak jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak di dalam rahim. Selain detak jantung meningkat, hormon pemicu stres pun ikut meningkat. Peningkatan itu dapat mempengaruhi kondisi dari si ibu, seperti ibu kurang tidur, nafsu makan terganggu, cemas dan lain-lain.

Ibu hamil yang kurang waktu tidurnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebugaran tubuh. Karena waktu untuk beristirahat pun berkurang. Dan apabila stres yang muncul mempengaruhi nafsu makan ibu yang berkurang, akibatnya bisa berbahaya. Pasokan makanan bergizi yang dibutuhkan oleh ibu dan janin tentu berkurang pula. Karena pasokan makanan bergizi kurang, maka dikhawatirkan pertumbuhan janin akan terganggu.

Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan:

Tahap pertama adalah pada triwulan pertama,

yaitu pada saat usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah.

Tahap kedua saat triwulan kedua,

yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah dapat melakukan aktivitas, termasuk aktivitas hubungan suami istri.

Tahap ketiga yakni trimester ketiga,

stres pada ibu hamil akan meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun akan membuat tingkat stres ibu semakin tinggi. Perasaan cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan dilahirkan.

Langkah-langkah untuk menghindari stres selama masa kehamilan adalah :

1. Bagi pasangan, berikan semangat dan perhatian kepada istri. Dengan begitu, istri bisa kuat secara mental untuk menghadapi segala hal di masa kehamilannya.

2. Tugas pasangan yang paling penting lainnya adalah membina hubungan baik dengan pasangan. Karena dengan membina hubungan yang baik, maka istri dapat mengkonsultasikannya setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya selama masa kehamilan. Saat hamil merupakan saat sensitif bagi seorang wanita. Jadi, sebisa mungkin suami menciptakan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya mengajak jalan-jalan ringan sambil ngobrol, bicara halus dan positif dan sebagainya. Ini akan membuat istri merasa nyaman, selain juga semakin mempererat hubungan suami-istri.

3. Menemani istri ke dokter/ bidan untuk pemeriksaan kehamilan juga tak kalah penting. Suami juga akan mendapat informasi, sehingga akan lebih siap menghadapi kehamilan dan persalinan istrinya. Ada baiknya suami juga membaca literatur tentang kehamilan dan bukan bersikap masa bodoh.

4. Faktor yang sangat menentukan kesiapan wanita adalah:

Pertama faktor kepribadian. Kalau kepribadiannya sudah matang, tentu ia akan siap menghadapi segala tantangan secara umum, termasuk perubahan saat kehamilan.

Kedua adalah kesiapan wanita untuk hamil. Kalau istri sudah matang, ia pasti akan siap dengan perubahan fisik dan mental yang terjadi selama kehamilan dan sebagainya, sehingga mendampinginya pun akan lebih enak dibanding jika kepribadiannya belum matang, tidak siap atau dari sisi fisik ada penyakit atau hambatan fisik yang akan jadi masalah kalau ia hamil. Ketiga Jika yang terakhir ini yang terjadi, berarti pendampingan suami harus lebih. Sebagai orang yang paling dekat, suami tentu dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil, seorang wanita mengalami perubahan, baik fisik maupun mental. Suami sebaiknya memahami perubahan ini. Kebiasaan-kebiasaan istri juga mungkin berubah akibat perubahan fisik tadi, sehingga suami harus lebih sabar, juga jangan terlalu cemas. Kecemasan akan terlihat dan dirasakan istri, sehingga akan mempengaruhi kondisi emosi istri.

5. Dalam hal perubahan fisik, kebanyakan calon ibu merasakan ia jadi makin gemuk dan makin jelek. Nah, image jelek ini kadang berubah jadi negatif, sehingga membuatnya tak percaya diri. Di sini peran suami dibutuhkan. Mereka harus maklum dan mau menambah pujian serta perhatian. Misalnya, dengan mengatakan istri makin cantik. Tentu, jangan kelihatan dibuat-buat atau berlebihan. Harus tulus, sehingga istri tidak merasa diledek. Cara ini akan membuat istri merasa diperhatikan dan berkaitan dengan self image istri.

6. Apa saja yang tidak boleh dilakukan suami saat istri hamil? Dalam hal berhubungan seks, memang tidak ada larangan wanita hamil melakukan hubungan intim. Tapi sebaiknya suami memahami kondisi istri, keluhannya apa, berapa usia kehamilan dan sebagainya. Kalaupun mau melakukan hubungan intim, harus atas keinginan berdua. Posisi juga harus disesuaikan dengan kondisi fisik istri. Suami sebaiknya jangan kelihatan acuh tak acuh atau sebaliknya, sangat cemas. Kalau memang tak tahu tentang kehamilan sang istri, usahakan banyak bertanya ke dokter atau membaca buku.

7. Suami sebaiknya tidak membuat masalah dalam komunikasi. Jangan membuat emosi istri terganggu, misalnya marah atau bertengkar. Buatlah istri selalu dalam emosi positif. Saat hamil, istri mungkin akan lebih sensitif, jadi suami juga harus maklum. Jangan memancing hal-hal yang bisa membuat istri marah atau sedih/tertekan, karena bisa mempengaruhi kandungan. Suami harus berempati. Misalnya, membantu pekerjaan rumah dan lain sebagainya.

Tetapi Anda dapat mencoba beberapa tips untuk mengatasi stres. Ingat, yang terpenting berusahalah untuk melindungi Anda dan juga bayi Anda dari pengaruh buruk akibat stres ini.

1. Coba mencari penyebab.

Cobalah untuk mencari tahu apakah penyebab stres Anda. Apakah berkaitan dengan hubungan personal atau berhubungan dengan pekerjaan Anda atau lainnya dan carilah jalan yang efektif untuk dapat mengatasi dan menghadapinya.

2. Diet makan yang baik

Bila kita sehat dan fit, kita akan dapat mengatasi stres dengan cara lebih baik. Untuk itu, Anda harus tetap menjaga diet makanan yang sehat, istirahat yang cukup dan lakukanlah olahraga teratur yang akan membantu Anda untuk tetap fit.

3. Olahraga Penelitian menunjukkan bahwa berolahraga selama kehamilan bukan saja membuat badan sehat, tapi juga membuat jiwa yang sehat.

4. Hindari kebiasaan yang tak baik karena faktor emosional Carilah alternatif lainnya bila Anda menjadi sangat ingin merokok atau ingin minum alkohol. Cobalah alihkan dengan berolahraga, ngobrol dengan teman/keluarga, bernyanyi, menguyah permen karet, makan buah atau apapun juga yang bisa dilakukan untuk mengalihkan keinginan yang dapat membahayakan bayi Anda.

5. Komunikasi Isolasi sosial dan rasa sendirian membuat Anda lebih sulit untuk menghadapi kesulitan dan kesedihan. Binalah hubungan emosional yang baik dengan pasangan, keluarga dan teman-teman Anda. Komunikasi/hubungan emosional yang baik akan membantu Anda menghadapi kesulitan dan kesedihan, karena adanya dukungan dari pasangan, keluarga dan teman.

6. Mengikuti aktivitas

Relaksasi hypno-birthing, Meditasi, yoga dan pijatan akan membantu mengurangi ketegangan pada otot-otot Anda. Menurut riset, terbukti aktivitas-aktivitas ini mempengaruhi reaksi tubuh terhadap stres dengan menurunkan hormon stres dan memperlambat detak jantung.

7. Istirahat yang nyaman

Berbaringlah pada satu sisi (sisi kiri dianjurkan) di kamar yang sepi, dengarkan musik yang lembut, bayangkan diri Anda di tempat yang disukai misalnya di pantai, di taman dan sebagainya.

8. Bicarakan dengan bidan/ dokter anda

Anda dapat membicarakan perasaan dan keluhan Anda. Jangan pernah ragu dan malu untuk menyampaikan perasaan dan keluhan Anda.

Petugas kesehatan akan menilai apakah Anda memerlukan pengobatan atau tidak atau bila perlu dapat mengkonsul Anda ke dokter psikiatri, sehingga dapat dilakukan tindakan mengatasinya secepat dan sebaik mungkin

Skin to Skin

Mengapa begitu penting  menjaga bayi kita tetap bersatu/bersentuhan kulit dengan kulit bersama ibunya di jam pertama setelah kelahiran? Pada jam pertama dan saat setelah bayi lahir, mereka mengalami suatu transisi yang mengagumkan ke dalam dunia baru.

Bayangkan jika Anda mau, dari rahim yang begitu hangat, lembut dan redup tiba-tiba harus berhadapan dengan dunia baru dengan lampu terang, suara berisik, dan orang-orang baru.

 

pada jam pertama setelah lahir Bayi Anda adalah belajar bagaimana untuk menghirup udara, menghisap, menelan, dan mengatur suhu mereka sendiri di luar rahim  untuk pertama kalinya!

Dengan adanya perlekatan kulit dengan kulit antara bayi dan ibunya, banyak sekali manfaat yang akan didapatkan selain sekedar ikatan:

bayi tidak rewel/menangis bayi Memiliki suhu lebih stabil bayi Memiliki gula darah lebih stabil (kurangnya perlekatan kulit dengan kulit karena bedah caesar, menyebabkan perubahan gula darah)

Susuilah lebih cepat, lebih lama, dan jauh lebih mudah terkena bakteri normal/bakteri baik pada ibu, justru dapat melindungi mereka dari sakit dari jenis bakteri yang tidak sehat, terutama jika bersalin di rumah sakit

 

 

Salam Hangat

 

Bidan Kita

Keep Mother and Baby Together

0

 

After giving birth, a woman held her healthy newborn baby for a few minutes. Then, hospital staff took her baby to the well-baby nursery and moved the mother to her hospital room. During the day, the mother and her baby stayed together in the hospital room; during the night, however, the baby stayed in the nursery because, as hospital staff advised the mother, she would get more sleep this way. The mother realized she had spent a lot of time apart from her baby, and she wondered if the hospital”s routine procedure truly met the needs of mothers and babies after birth.

 

 

Years ago, when birth moved from homes to hospitals, most babies didn”t stay with their mother. The mother went to a hospital room, while her baby was cared for in a nursery. Mothers waited long hours to see their baby, and their baby”s visits were often only during feeding times. The medical community thought that when babies were cared for in the nursery, the babies were safer and healthier and the mothers were more rested.

Yearning for Closeness  As an essential resource for helping you understand how decisions about your care during pregnancy and childbirth can positively affect you and your baby, Lamaze International offers scientific evidence about why keeping your baby close after birth is important for both of you. Since the beginning of time, women have needed and wanted their baby close to them. In their arms following birth, and while resting or sleeping, women kept their baby safe, warm, and nourished. Today, we know this “yearning for closeness” is a physical and emotional need shared by mothers and babies.

In recent years, studies have shown that it”s best for mothers and their healthy baby to stay together after birth (Bergman, Linley, & Fawcus, 2004; Bystrova, Matthiesen, et al., 2007; Bystrova, Widstrom, et al., 2007; Christensson et al., 1992; International Lactation Consultant Association, 1999; Moore & Anderson, 2007; Moore, Anderson, & Bergman, 2007; World Health Organization [WHO], 1998). And e xperts agree that unless a medical reason exists, healthy mothers and babies shouldn”t be separated after birth or during the early days following birth ( Academy of Breastfeeding Medicine [ABM] Protocol Committee, 2007; American Academy of Family Physicians, 2007; American Academy of Pediatrics [AAP] Expert Workgroup on Breastfeeding, 2005; International Lactation Consultant Association, 1999; UNICEF/WHO, 2004; WHO, 1998). Interrupting, delaying, or limiting the time that a mother and her baby spend together may have a harmful effect on their relationship and on breastfeeding success (Enkin et al., 2000).

Keeping Mothers and Babies Together  Babies stay warm and cry less, and breastfeeding gets off to a good start when mothers and their baby have frequent time together, beginning at birth. Mothers learn to recognize their baby”s needs, responding tenderly and lovingly. A connection that lasts a lifetime begins to form.

The Moment of Birth  Nature prepares you and your baby to need and seek each other from the moment of birth. Oxytocin, the hormone that causes your uterus to contract, will stimulate “mothering” feelings after birth as you touch, gaze at, and breastfeed your baby (Uvnäs-Moberg, 1998; Winberg, 2005). More oxytocin will be released as you hold your baby skin-to-skin. Your brain will release endorphins, narcotic-like hormones that enhance these mothering feelings. These hormones help you feel calm and responsive and cause the temperature of your breasts to rise, keeping your baby warm (Uvnäs-Moberg, 1998). Because of the normal “adrenaline rush” babies experience right after birth, your baby will be bright, alert, and ready to nurse soon after birth (Porter, 2004; Righard & Alade, 1990). During the hours and days following birth, you will learn to understand your baby”s cues and unique way of communicating with you.

Skin-to-Skin Contact  Healthy newborns placed skin-to-skin on their mother adjust easily to life outside the womb. They stay warm, cry less, have lower levels of stress hormones, are more likely to breastfeed, and breastfeed sooner than newborns who are separated from their mother ( Bystrova, Widstrom, et al., 2007; Bystrova et al., 2003; Carfoot, Williamson, & Dickson, 2005; Christensson, Bhat, Amadi, Eriksson, & Hojer, 1998; Christensson et al., 1992; Lindenberg, Cabrera Artola, & Jimenez, 1990; Mikiel-Kostyra, Mazur, & Boltruszko, 2002; Uvnäs-Moberg, 1998 ). The benefits of skin-to-skin contact continue beyond the first hour after birth. The longer and more often mothers and babies are skin-to-skin in the hours and days after the birth, the greater the benefit (Moore & Anderson, 2007; Syfrett, Anderson, Neu, & Hilliard, 1996). Babies who are cold, including premature babies, return to a normal temperature more quickly when held skin-to-skin by their mother (Charpak et al., 2005 ). When a mother and her baby are skin-to-skin, her baby is exposed to the normal bacteria on her skin, which may protect her baby from becoming sick due to harmful germs (WHO, 1998). Research suggests that women who hold their baby skin-to-skin following birth care for their baby with more confidence, and they recognize and respond to their baby”s needs sooner than mothers who are separated from their baby ( Widström et al., 1990). And mothers often prefer holding their baby skin-to-skin rather than swaddled in a blanket!

Other benefits to babies from skin-to-skin contact include easier breathing, higher and more stable blood sugar levels, and a natural progression to breastfeeding (K. Christensson, Cabrera, E. Christensson, Uvnäs-Moberg, & Winberg, 1995; Christensson et al., 1992; Johanson, Spencer, Rolfe, Jones, & Malla, 1992; Walters, Boggs, Ludington-Hoe, Price, & Morrison, 2007 ). Babies placed skin-to-skin with their mother immediately after birth have a natural instinct to attach to the breast and begin breastfeeding, usually within one hour ( Righard & Alade, 1990; Walters et al., 2007; Widström et al., 1990). Mothers who hold their baby skin-to-skin after birth are more likely to make greater amounts of breastmilk, breastfeed longer, and breastfeed without offering formula (Bystrova, Matthiesen, et al., 2007; DiGirolamo, Grummer-Strawn, & Fein, 2001; Mikiel-Kostyra et al., 2002; Moore et al., 2007; Vaidya, Sharma, & Dhungel, 2005). It is also important to note that experts recommend exclusive breastfeeding—no other liquids or foods—during the first six months of life (AAP Expert Workgroup on Breastfeeding, 2005).

Rooming-In With Your Baby  In the days following birth—whether in a hospital, at a birth center, or at home—mothers” and babies” physical and emotional need for each other continue. It makes sense that the more time two people spend together, the sooner they get to know each other. Mothers who are with their baby for longer periods of time, including during the night, have higher scores on tests that measure the strength of a mother”s attachment to her baby (Klaus et al., 1972; Norr, Roberts, & Freese, 1989; Prodromidis et al., 1995). While together, mothers quickly learn their baby”s needs and how best to care for, soothe, and comfort their newborn.

Keeping your baby with you continuously during the day and at night (called “rooming-in”) has many benefits. Rooming-in with your baby makes breastfeeding easier. Studies done throughout the world suggest that mothers who room-in with their baby make more milk, make more milk sooner, breastfeed longer, and are more likely to breastfeed exclusively compared with mothers who have limited contact with their baby or whose baby is in the nursery at night (Bystrova, Matthiesen, et al., 2007; Daglas et al., 2005; Declercq, Sakala, Corry, & Applebaum, 2006; Fairbank et al., 2000; Flores-Huerta & Cisneros-Silva, 1997; Lindenberg et al., 1990; Pérez-Escamilla, Pollitt, Lönnerdal, & Dewey, 1994; Syafruddin, Djauhariah, & Dasril, 1988; Yamauchi & Yamanouchi, 1990).

Rooming-in is better for babies. While babies are with their mother, they cry less, soothe more quickly, and spend more time in quiet sleep (Keefe, 1987). Babies who room with their mother are more likely to take in more breastmilk (Bystrova, Matthiesen, et al., 2007), gain more weight per day ( Yamauchi & Yamanouchi, 1990), breastfeed exclusively (Mikiel-Kostyra, Mazur, & Wojdan-Godek, 2005), and are less likely to develop jaundice, a yellowing of the skin that sometimes requires treatment (S yafruddin et al., 1988).

Normal newborn care in the hospital (e.g., exams, vital signs, and baths) can be done while rooming-in. You can be close to your baby and even help with some of the care if you wish. Babies bathed by their mother and held skin-to-skin stay just as warm as babies bathed in the nursery and placed in warmers (Medves & O”Brien, 2004).

Well-meaning friends and family may advise you to let your baby stay in the nursery at night so that you can get more sleep. However, studies show that mothers whose baby is cared for in the nursery do not get more sleep than mothers who room-in with their baby at night (Keefe, 1987, 1988; Waldenström & Swenson, 1991). Many mothers sleep more peacefully knowing that their baby is with them.

Rooming-in may have other long-term benefits for mothers and babies. Research suggests that rates of child abuse, neglect, and abandonment are lower for mothers who have frequent and extended contact with their newborn during the early postpartum period (N. Lvoff, V. Lvoff, & Klaus, 2000; O”Connor, Vietze, Sherrod, Sandler, & Altemeier, 1980).

Unlimited Opportunities for Breastfeeding  When you and your baby are together, skin-to-skin, and rooming-in, you”ll have unlimited opportunities for breastfeeding “practice.” Make those times happen! If you have lots of visitors, tell them it”s time for breastfeeding. If you”re holding your baby skin-to-skin, your baby”s special ways of communicating will tell them he”s hungry. If your baby is unable to be in your room, ask for your baby to be brought to you for breastfeeding. Researchers found that mothers are more likely to continue breastfeeding if their baby is brought to them for feeding when rooming-in isn”t possible (DiGirolamo, Grummer-Strawn, & Fein, 2008).

Recommendations from Experts  The benefits of keeping moms and babies together are so impressive that many professional organizations have made recommendations promoting skin-to-skin contact and rooming-in and opposing routine separation of mothers and babies after birth. These organizations include the Academy of Breastfeeding Medicine (ABM Protocol Committee, 2007); American Academy of Pediatrics (AAP Expert Workgroup on Breastfeeding, 2005); the American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG Committee on Health Care for Underserved Women & Committee on Obstetric Practice, 2007); the Association of Women”s Health, Obstetric and Neonatal Nurses (2000); the World Health Organization (1998); and the International Lactation Consultant Association (1999).

Recommendations from Lamaze International  You wait nine months to meet your baby. You dream about your baby and look forward to the moment of birth with excitement. After birth, you and your baby will want and need to be together. Studies show that being together is best for both of you. Lamaze International, which bases its education on the latest scientific research, joins the many organizations that recommend keeping moms and babies together after birth. Lamaze International encourages you to give birth in a place where you and your baby can be together without unnecessary interruptions. If you”re having your baby in a hospital, tell your caregiver that you plan to hold your baby skin-to-skin after birth and keep your baby with you throughout your stay. And reassure your friends and family that the best place for your baby is with you!

To learn more about safe, healthy birth, read The Official Lamaze Guide: Giving Birth with Confidence (Lothian & DeVries, 2005), visit the Lamaze Web site (www.lamaze.org), and sign up to receive the Lamaze…Building Confidence Week by Week e-mails.

Most recent update: July 2009

References  Academy of Breastfeeding Medicine [ABM] Protocol Committee. (2007). ABM Clinical Protocol #7: Model breastfeeding policy. Breastfeeding Medicine, 2(1), 50–55.

American Academy of Family Physicians. (2007). Family physicians supporting breastfeeding (position paper). Retrieved April 15, 2009, from http://www.aafp.org/online/en/home/policy/policies/b/breastfeedingpositionpaper.html

American Academy of Pediatrics Expert Workgroup on Breastfeeding. (2005). Breastfeeding and the use of human milk.Pediatrics, 115(2), 496–506.

American College of Obstetricians and Gynecologists [ACOG] Committee on Health Care for Underserved Women & Committee on Obstetric Practice. (2007). ACOG Committee Opinion No. 361: Breastfeeding: Maternal and infant aspects. Obstetrics and Gynecology 109(2, Pt. 1), 479–480.

Association of Women”s Health, Obstetric and Neonatal Nurses. (2000). Evidence-basedclinical practice guideline: Breastfeedingsupport: Prenatal care through the first year. Washington, DC: Author.

Bergman, N. J., Linley, L. L., & Fawcus, S. R. (2004). Randomized controlled trial of skin-to-skin contact from birth versus conventional incubator for physiological stabilization in 1200- to 2199- gram newborns. Acta Paediatrica, 93, 779–785.

Bystrova, K., Matthiesen, A.-S., Widstrom, A.-M., Ransjo-Arvidson, A.-B., Welles-Nyström, B., Vorontsov, I., et al. (2007). The effect of Russian maternity home routines on breastfeeding and neonatal weight loss with special reference to swaddling. Early Human Development, 83(1), 29–39.

Bystrova, K., Widstrom, A.-M., Matthiesen, A.-S., Ransjo-Arvidson, A.-B, Welles-Nyström, B., Vorontsov, I., et al. (2007). Early lactation performance in primiparous and multiparous women in relation to different maternity home practices: A randomized trial in St. Petersburg. International Breastfeeding Journal, 2, 9.

Bystrova, K., Widstrom, A.-M., Matthiesen, A.-S., Ransjo-Arvidson, A.-B., Welles-Nyström, B., Wassberg, C., et al. (2003). Skin-to-skin contact may reduce negative consequences of “the stress of being born”: A study on temperature in newborn infants subjected to different ward routines in St. Petersburg. Acta Paediatrica, 92(3), 320–326.

Carfoot, S., Williamson, P., & Dickson, R. (2005). A randomized controlled trial in the north of England examining the effects of skin-to-skin care on breast feeding. Midwifery, 21 (1), 71–79.

Charpak, N., Ruiz, J. G., Zupan, J., Cattaneo, A., Figueroa, Z., Tessier, R., et al. (2005). Kangaroo mother care: 25 years after. Acta Paediatrica, 94, 514–522.

Christensson, K., Bhat, G. J., Amadi, B. C., Eriksson, B., & Hojer, B. (1998). Randomised study of skin-to-skin versus incubator care for rewarming low-risk hypothermic neonates. Lancet, 352(9134), 1115.

Christensson, K., Cabrera, T., Christensson, E., Uvnäs-Moberg, K., & Winberg, J. (1995). Separation distress call in the human neonate in the absence of maternal body contact. Acta Paediatrica, 84(5), 468–473.

Christensson, K., Siles, C., Moreno, L., Belaustequi, A., De La Fuente, P., Lagercrantz, H., et al. (1992). Temperature, metabolic adaptation and crying in healthy full-term newborns cared for skin-to-skin or in a cot. Acta Paediatrica, 81(6–7), 488–493.

Daglas, M., Antoniou, E., Pitselis, G., Iatrakis, G., Kourounis, G., & Creatsas, G. (2005). Factors influencing the initiation and progress of breastfeeding in Greece. Clinical and Experimental Obstetrics & Gynecology, 32(3), 189–192.

Declercq, E. R., Sakala, C., Corry, M. P., & Applebaum, S. (2006). Listening to mothers II: Report of the second national U.S. survey of women”s childbearing experiences. New York: Childbirth Connection.

DiGirolamo, A. M., Grummer-Strawn, L. M., & Fein, S. (2001). Maternity care practices: Implications for breastfeeding.Birth, 28(2), 94–100.

DiGirolamo, A. M., Grummer-Strawn, L. M., & Fein, S. (2008). Effect of maternity-care practices on breastfeeding. Maternity care practices: Implications for breastfeeding. Pediatrics, 122(Suppl. 4), S43–S49.

Enkin, M., Keirse, M. J. N. C., Neilson, J. Crowther, C., Duley, L., Hodnett, E., et al. (2000). A guide to effective care in pregnancy and childbirth. New York: Oxford University Press.

Fairbank, L., O”Meara, S., Renfrew, M., Woolridge, M., Sowden, A., & Lister-Sharp, D. (2000). A systematic review to evaluate effectiveness of interventions to promote the initiation of breastfeeding. Health Technology Assessment, 4(25), 1–71.

Flores-Huerta, S., & Cisneros-Silva, I. (1997). Mother-infant rooming-in and exclusive breast feeding. Salud Pública de México, 39(2), 110–116.

International Lactation Consultant Association. (1999). Evidence-based guidelines for breastfeeding management during the first 14 days [Booklet]. Raleigh, NC: Author.

Johanson, R. B., Spencer, S. A., Rolfe, P., Jones, P., & Malla, D. S. (1992). Effect of post-delivery care on neonatal body temperature. Acta Paediatrica,81(11), 859–863.

Keefe, M. R. (1987). Comparison of neonatal nighttime sleep-wake patterns in nursery versus rooming-in environments.Nursing Research, 36(3), 140–144.

Keefe, M. R. (1988). The impact of infant rooming-in on maternal sleep at night. Journal of Obstetric,Gynecologic, and Neonatal Nursing, 17(2), 122– 126.

Klaus, M. H., Jerauld, R., Kreger, N. C., McAlpine, W., Steffa, M., Kennel, J. H., et al. (1972). Maternal attachment: Importance of the first postpartum days. The New England Journal ofMedicine, 286(9), 460–463.

Lindenberg, C. S., Cabrera Artola, R., & Jimenez, V. (1990). The effect of early post-partum mother-infant contact and breast-feeding promotion on the incidence and continuation of breast-feeding. International Journal of Nursing Studies, 27(3), 179–186.

Lvoff, N. M., Lvoff, V., & Klauss, M. H. (2000). Effect of the baby-friendly initiative on infant abandonment in a Russian hospital. Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine, 154(5), 474–477.

Medves, J., & O”Brien, B. (2004). The effect of bather and location of first bath on maintaining thermal stability in newborns. Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 33(2), 175–182.

Mikiel-Kostyra, K., Mazur, J., & Boltruszko, I. (2002). Effect of skin-to-skin contact after delivery on duration of breastfeeding: A prospective cohort study. Acta Paediatrica, 91(12), 1301–1306.

Mikiel-Kostyra, K., Mazur, J., & Wojdan-Godek, E. (2005). Factors affecting exclusive breastfeeding in Poland: Cross-sectional survey of population-based samples. Sozial- und Präventivmedizin/Social and Preventive Medicine,50(1), 52–59.

Moore, E. R., & Anderson, G. C. (2007). Randomized controlled trial of very early mother-infant skin-to-skin contact and breastfeeding status. Journal of Midwifery & Women”s Health, 52(2), 116–125.

Moore, E. R., Anderson, G. C., & Bergman, N. (2007). Early skin-to-skin contact for mothers and their healthy newborn infants. Cochrane Database of Systematic Reviews , Issue 3, Art. No.: CD003519.

Norr, K. F., Roberts, J. E., & Freese, U. (1989). Early postpartum rooming-in and maternal attachment behaviors in a group of medically indigent primiparas. Journal of Nurse-Midwifery, 34(2), 85–91.

O”Connor, S., Vietze, P. M., Sherrod K., Sandler, H. M., & Altemeier. W. A. (1980). Reduced incidence of parenting inadequacy following rooming-in. Pediatrics, 66(2), 176–182.

Pérez-Escamilla, R., Pollitt, E., Lönnerdal, B., & Dewey, K. G. (1994). Infant feeding policies in maternity wards and their effect on breast-feeding success: An analytical overview. American Journal of Public Health, 84(1), 89–97.

Porter, R. H. (2004). The biological significance of skin-to-skin contact and maternal orders. Acta Paediatrica, 93, 1560–1562.

Prodromidis, M., Field, T., Arendt, R., Singer, L., Yando, R., & Bendell, D. (1995). Mothers touching newborns: A comparison of rooming-in versus minimal contact. Birth, 22(4), 196–200.

Righard, L., & Alade, M. O. (1990). Effect of delivery room routines on success of first breast-feed. Lancet, 336(8723), 1105–1107.

Syafruddin, M., Djauhariah, A. M., & Dasril, D. (1988). A study comparing rooming-in with separate nursing. Paediatrica Indonesiana, 28(5–6), 116–123.

Syfrett, E. B., Anderson, G. C., Neu, J., & Hilliard, M. E. (1996, October). Very early kangaroo care beginning at birth for preterm infants and mothers who choose to breastfeed: Effect on outcome. Abstract presented at the first Workshop on the Kangaroo-Mother Method for Low Birth Weight Infants (sponsored by the World Health Organization, Maternal-Child Health Collaborating Center), Trieste, Italy.

UNICEF/WHO. (2004). Baby-Friendly Hospital Initiative in the U.S.—The ten steps to successful breastfeeding. Retrieved April 15, 2009, from http://www.babyfriendlyusa.org/eng/10steps.html

Uvnäs-Moberg, K. (1998). Oxytocin may mediate the benefits of positive social interactions and emotions.Psychoneuroendocrinology, 23(8), 819–838.

Vaidya, K., Sharma, A., & Dhungel, S. (2005). Effect of early mother-baby close contact over the duration of exclusive breastfeeding. Nepal Medical College Journal, 7(2), 138–140.

Waldenström, U., & Swenson, A. (1991). Rooming-in at night in the postpartum ward. Midwifery, 7(2), 82–89.

Walters, M. W., Boggs, K. M., Ludington-Hoe, S., Price, K. M., & Morrison, B. (2007). Kangaroo care at birth for full term infants: A pilot study. MCN: The American Journal of Maternal/Child Nursing, 32(6), 375–381.

Widström, A. M., Wahlberg, V., Matthiesen, A. S., Eneroth, P., Uvnäs-Moberg, K., & Werner, S., et al. (1990). Short-term effects of early suckling and touch of the nipple on maternal behavior. EarlyHuman Development, 21(3), 153–163.

Winberg, J. (2005). Mother and newborn baby: Mutual regulation of physiology and behavior—A selective review.Developmental Psychobiology, 47(3), 217–229.

World Health Organization [WHO]. (1998). Evidence for the ten steps to successful breastfeeding (rev. ed., WHO/CHD/98.9). Geneva, Switzerland: Author.

Yamauchi, Y., & Yamanouchi, I. (1990). The relationship between rooming-in/not rooming-in and breast-feeding variables. Acta PaediatricaScandinavica, 79(11), 1017–1022.

Acknowledgements This healthy birth practice paper was revised and updated by Jeannette Crenshaw, RN, MSN, NEA-BC, IBCLC, LCCE, FACCE.

The six healthy birth practice papers were originally written in 2003 by Lamaze International as the 6 Care Practice Papers.

 

Cara Memeras ASI dengan Tangan

0

Berikut ini cara memeras ASI sesuai standar WHO/UNICEF (1993):

1. Cucilah tangan sampai bersih, duduk/berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir/mangkuk bersih dekat ke payudara. Letakkan ibu jari di atas puting dan areola dan jari telunjuk di bagian bawah puting dan areola berlawanan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara.

2. Tekanlah ibu jari dan jari telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu, lalu tekanlah sampai teraba sinus laktiferus, yakni tempat penampungan ASI di bawah areola.

3. Tekan dan lepas, tekan dan lepas. Kalau terasa sakit berarti tehniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif.

4. Tekanlah dengan cara yang sama disisi sampingnya untuk memastikan memerasnya dari semua segmen payudara.

5. Hindarilah mengelus jari pada kulit payudara, namun sebaiknya seperti menggelinding.

6. Hindari memencet puting karena hal ini sama dengan jika bayi mengisap pada puting.

7. Peraslah ASI selama 3-5 menit sampai ASI berkurang pada satu payudara, lalu berpindahlah ke payudara sisi satunya, demikian terus sampai kosong.

8. Memeras ASI memerlukan waktu 20-30 menit. Usahakan tidak terlalu cepat dari waktu yang ditentukan itu.

Tempat Penyimpanan ASI

Temperatur ruangan

Kolostrum (17-32) : 12 jam

ASI (19-25 ) : 4-8 jam

Almari es

ASI (0-4 ) : 1-8 hari

Freezer

Freezer bagian dari lemari es (beku) : 2 minggu

Freezer terpisah, tertutup (beku) : 3-4 bulan

Peti khusus freezer (-19) : 6 bulan

(Sumber: Mexitalia M, 2004)

Relaksasi Hypnobirthing

0

Bagi wanita hamil, apalagi yang baru pertama kali menjalani kehamilan, kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan selama hamil dan saat menghadapi persalinan, sering menghinggapi hati dan fikiran mereka. Kecemasan yang mereka rasakan umumnya berkisar mulai dari khawatir tidak bisa menjaga kehamilan sehingga janin tidak bisa tumbuh sempurna, khawatir keguguran, takut sakit saat melahirkan, takut bila nanti di jahit, bahkan lebih ekstrim lagi mereka merasa takut terjadi komplikasi pada saat persalinan sehingga dapat menimbulkan kematian, hingga khawatir kelak tidak bisa merawat dan membesarkan anak dengan baik.

 

Apalagi jika membayangkan saat melahirkan. Bagi sebagian wanita, proses melahirkan dianggap identik dengan peristiwa yang menakutkan, menyakitkan dan lebih menegangkan dibanding peristiwa manapun dalam kehidupan.

Di dalam benak mereka, seolah telah terprogram, bahwa proses melahirkan haruslah seperti itu. Malahan, masih banyak juga wanita yang tetap dicekam kekhawatiran selama hamil dan menjelang melahirkan meski sudah pernah melahirkan sebelumnya, terutama mereka yang sempat mengalami trauma karena merasakan sakit atau mengalami komplikasi saat melahirkan anak pertama.

Hal ini tidaklah mengherankan, karena sejak kecil, ketakutan pada proses melahirkan, tanpa disadari telah tertanam di alam/pikiran bawah sadar wanita khususnya dan hampir semua orang pada umumnya. Televisi maupun film, sering menampilkan adegan melahirkan yang begitu menegangkan dan menakutkan, penuh dengan jeritan histeris.

Setiap kali menyambut kedatangan bayi dari teman atau kerabat, kita juga hampir selalu mendengar cerita seputar rasa sakit dan penderitaan si ibu ketika melahirkan. Bahkan saat kita bertanya dengan orang tua, kerabat dan teman kita tentang seputar pengalaman melahirkan, maka jawaban mereka dapat dipastikan bahwa melahirkan itu sakit, nyeri, melahirkan itu antara hidup dan mati dan bila tidak sakit bukan melahirkan namanya. Dan lebih parahnya lagi sebagian besar tenaga kesehatan baik dokter maupun bidan selalu saja menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah, bahkan salah dalam memberikan sugesti.

Hal inilah yang akhirnya menjadikan kami team Hypno-birthing Indonesia berupaya mengembangkan program pelatihan hypno-birthing ini kepada Dokter dan Bidan diseluruh Indonesia.

Dengan harpan mulai agar Dokter dan Bidan semakin mampu menghargai proses kehamilan, dan persalinan, mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para ibu.

Selama ini sudah ada lebih dari 2600 orang (Bidan, Dokter dan DSOG) yang sudah dilatih dan tersebar diseluruh Indonesia.

Selain mengembangkan program pelatihan bagi para praktisi kesehatan, hypno-birthing Indonesia juga mengembangkan hypno-birthing prenatal class di beberapa daerah. Dan diajar oleh para trainner hypno-birthing yang juga seorang bidan yang sudah berpengalaman dibidangnya:

 

1. KLATEN

Yesie Aprillia S.Si.T (Trainner hypno-birthing Indonesia)

Perumahan cemara hijau 2 No 8B. Gayamprit, Klaten

081 329 017 009

Email : [email protected]

Website : www.bidankita.com

 

2. Hypno-breastfeeding

(bagi ibu yang mempersiapkan proses menyusui dan mengalami kesulitan dalam menyusui)

Sebagai Bidan juga trainner hypno-birthing di Indonesia, Banyak karya yang telah dilakukan berikut beberapa testimoni dari Bidan peserta pelatihan hypno-birthing dan beberapa klien yang telah dilakukan hypno-birthing:

– Sharring dari bidan Anin Ari Bidan RS Asy -Syifa Sambi Boyolali: ” Saya ada pasien G1P0A0 uk 39 minggu kontyraksi kuat, gagal induksi dokter saran SC. Sy melakukan hypno-birthing kpd pasien tsb hasilnya pasien tertidur dengan tenang dan tidak merasakan sakit sama sekali sampai operasi akan dimulai. Berkat hypno-birthing pasien saya menjadi lebih nyaman saat menghadapi persalinan”

– Sharring dari Bidan Erli (RS Kustati Solo)…”setelah mengikuti pelatihan hypno-birthing sungguh luarbiasa…bahkan sekarang RS kami mengembangkan metode hypnoanesthesia pada pasien kuretase…jadi saya yang melakukan relaksasi dan DSOG-nya yang melakukan kuretase. hasilnya pasien nyaman, tanpa rasa sakit bahkan pada post kuretasenya. makasih team hypno-birthing indonesia.”

– Setelah mengikuti pelatihan Hypno-birthing dan dilatih oleh pakarnya (ibu Lanny Kuswandi) Alhamdullilah Pasien sy tambah banyak dan tambah mantep dan lebih puas. sekarang pasien saya tambah banyak lho bu. ibu hamil dan ibu bersalin merasa lebih tenang, lebih nyaman dan persalinan juga lebih lancar…. Hypno-birthing Indonesia memang TOP BGT (sharring dari bidan Sofia Harjayanti, Candirejo Ungaran. Peserta pelatihan angk 20/ 4,5,6 Agust 09)

– Ny Puji G3 P2 A0 (Perawat RSUD Wates) umur kehamilan 39mgg, ikut kelas hypno-birthing sejak umur kehamilan 36 mggu. sore jam 16.00 tadi ngabarin kalo mules dikit…kusaranin ke RS aja…eh jam 17.30 dah lahir….tyt ibu ini smp ke RS udah lengkap trus 15 menit ngedannya… trus lahir… si ibu smp terkaget-kaget karena dia tdk merasa sakit menjelang dan saat bersalin. (sharring dari bidan Yesie Aprillia)

– Sharring yang luarbiasa dari Bidan Rugayah di Tegal: Allhamdulilah setelah saya ikut pelatihan hypno-birthing keberhasilannya sgt tinggi, yg paling menakjubkan adl 3 pasien sy dg diagnosa PPT (Placenta Privea Totalis) yang didiagnosa pada Umur Kehamilan 38 mggu, setelah saya relaksasi ternyata bs berubah mjd Plasenta N…ormal alhasil bs bersalin pervaginam… kl kebetulan kan gak mungkin krn ini pd ke -3 pasien saya.

– Sharring dari ibu Sri Hidayati Ns.S.Kep , Ka. Ru Kebidanan RS Dr. Kariadi Semarang : Setelah mengikuti pelatihan hypno-birthing bersama ibu Lanny Kuswandi ‘n Team luar biasa saya sekarang langsung buat kelas “bersalin menyenangkan” dan hasilnya semua pasien merasa puas. dan bisa merasakan betapa menyenangkannya bersalin. terimakasih hypno-birthing Indonesia

Nah ibu-ibu Ayo ikutan belajar….

1. Informasi Pelatihan hypno-birthing Bagi praktisi Kesehatan (Bidan, Dokter, Psikolog)

Lanny Kuswandi : 08129329943

Yesie Aprillia : 081329017009

2. Informasi Pelatihan hypno-birthing bagi ibu hamil, menyusui:

– Jakarta = Lanny Kuswandi (08129329943)

– Jogjakarta, Klaten, Solo, Magelang dan sekitarnya = Yesie Aprillia (081329017009)

– Cilacap dan Bandung = Tantri M (087 837 021 822)

Semoga informasi ini berguna bagi semua