
Selain meningkatkan denyut jantung, tekanan darahpun dapat meningkat oleh adanya adrenalin. Hal ini juga akan kembali meningkatkan produksi adrenalin, karena tubuh yang berada dalam keadaan stress, berusaha untuk mengatasinya dengan memproduksi lebih banyak adrenalin agar alert/waspada. Jika denyut stress ini berlangsung terus menerus, misalnya pada sebuah konser rock yang panjang, maka jumlah adrenalin yang diproduksi menjadi berlebihan, dan tubuh tidak mampu lagi untuk membuang kelebihan ini. Sebagian kelebihan adrenalin ini akan diubah oleh tubuh menjadi zat kimia lain yang dikenal dengan adrenochrome (C9H9O3N). Sebenarnya senyawa ini adalah suatu obat psikotropika yang mirip dengan LSD, Mescaline, STP, dan aussie online casinos Psylocybin. Beberapa tes menunjukkan bahwa zat ini menimbulkan suatu ketergantungan, seperti obat-obat lainnya. Jadi tidaklah aneh bila orang ‘high’ dalam sebuah konser rock, memasuki kondisi trance dan kehilangan kontrol diri. Sebagaimana dalam semua keadaan ketergantungan / adiksi, maka akan terjadi toleransi. Musik yang sama yang semula dapat menimbulkan rasa excitement, sekarang tidak lagi memuaskan. Dibutuhkan kepuasan yang lebih tinggi, dibutuhkan musik yang lebih keras, lebih kacau dan lebih tidak beraturan. Dimulai dengan soft rock, kemudian rock’n’roll, dan dilanjutkan menjadi heavy metal rock.
David Noebel, meneliti bahwa nada bass dengan getaran frekuensi rendah bersama-sama dengan dentuman drum, mempengaruhi cairan serebrospinal, yang akan mempengaruhi kelenjar Pituitary di otak. Kelenjar ini memiliki fungsi sekresi berbagai hormon tubuh.
Peneliti lain di Denver, Colorado, Amerika Serikat membandingkan berbagai macam efek oleh berbagai jenis musik terhadap tanaman. Tanaman-tanaman itu ditempatkan di dalam lima buah rumah tanaman yang identik. Tanah, cahaya, dan kondisi air dibuat persis sama satu sama lain dan jenis tanamannya pun sama. Selama beberapa bulan peneliti memperdengarkan jenis musik yang berbeda pada masing-masing rumah tanaman tersebut. Rumah pertama, karya Bach; yang kedua, musik India; yang ketiga, hard rock; yang keempat, musik country dan Barat; sedangkan yang kelima, tidak diperdengarkan musik apapun.
Hasilnya, di rumah tanaman yang hanya diperdengarkan musik hard rock, tidak ada hasil pertumbuhan sama sekali. Pertumbuhan berhenti dan tidak mau berbunga. Di rumah tanaman yang dengan musik Bach dan India, tanaman nampak hijau, tumbuh dengan subur, sehat, dan berbunga banyak. Tanaman yang mendengarkan musik country dan Barat tumbuh sama seperti tanaman yang tidak diperdengarkan musik, pertumbuhannya biasa saja dengan jumlah bunga normal. Tentunya tidak ada hubungan emosional pada tanaman, namun pasti terjadi sesuatu melalui frekuensi gelombang suara yang mempengaruhi laju pertumbuhan mereka. Kalau musik mempunyai pengaruh yang sangat dalam terhadap organisme sederhana seperti itu, apa pengaruhnya terhadap sistem yang lebih kompleks? Musik juga dikenal sebagai wahana terapi.
Sejak zaman dahulu dikenal penyembuhan fisik dan mental melalui musik. Daud memainkan kecapi sambil menyanyi untuk menyembuhkan Raja Saul yang sedang gundah. Musik juga dipakai oleh Raja Philip V dari Spanyol, Raja George II dari Inggris, dan Raja Ludwig II dari Bavaria untuk penyembuhan. O’Sullivan (1991) mengemukakan bahwa musik mempengaruhi imaginasi, intelegensi dan memori, di samping juga mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin. Endorfin kita ketahui dapat mengurangi rasa nyeri, sehingga dapat mengurangi penggunaan obat analgetik, juga menurunkan kadar katekolamin dalam darah, sehingga denyut jantung menurun. Mornhinweg (1992) meneliti 58 subyek sehat untuk menilai jenis musik mana yang menurunkan stress. Musik klasik ternyata memberikan efek relaksasi yang dapat dibuktikan secara statistik dibandingkan dengan musik “new age”. Musik yang menenangkan ini juga dipakai dalam pengobatan penderita infark miokard (serangan jantung), pasien sebelum operasi, bahkan untuk menurunkan stress pasien yang menunggu di ruang tunggu praktek.
HUBUNGAN MUSIK DENGAN RITME TUBUH
Manusia adalah mahluk yang ritmik. Ada siklus gelombang pada otak, siklus tidur, denyut jantung, sistem pencernaan, dan lain-lain yang kesemuanya bekerja dalam satu ritme. Fenomena ritmik ini bukan hanya terjadi pada manusia, tetapi pada hampir semua mahluk hidup, termasuk tumbuh-tumbuhan. Bila ada gangguan terhadap ritme tubuh ini, maka dapat terjadi berbagai penyakit, seperti diabetes, kanker, dan gangguan pernapasan. Peneliti David A. Noebel menemukan bahwa ritme musik rock dapat mengganggu kadar insulin dan kalsium dalam tubuh. Sumber makanan otak kita didapat dari gula dalam darah, namun bila darah lebih banyak dialirkan ke organ lainnya, maka otak akan kekurangan gula. Dengan demikian daya pikir dan pertimbangan moral juga menjadi tumpul. Tidak heran bila orang mendengar musik rock dalam sebuah konser, mereka dapat berbuat apa saja, tanpa pertimbangan. Jantung manusia berdenyut 70-80 kali per menit dengan teratur, denyut jantung bila didengar dengan stetoskop akan berbunyi DUG-dug-…… Bunyi pertama lebih keras, bunyi kedua lebih lemah, diikuti fase istirahat. Musik yang baik memiliki ritme DUG-dug-DUG-dug untuk 4/4 dan DUG-dug-dug untuk 3/4. Ini adalah jenis irama yang sehat, karena sesuai dengan ritme tubuh. Musik rock memiliki ritme yang terbalik, dug-DUG-dug-DUG. Ritme yang lebih keras jatuh pada ritme ke-dua dan ke-empat. Atau dug-dug-DUG, sehingga ritme keras jatuh pada ritme ke-tiga, dikenal dengan istilah “back beat”/anapestic beat. Ritme keras bahkan dapat jatuh pada sembarang tempat, disebut sebagai “break beat”. Ritme demikian berbahaya bagi tubuh, karena berlawanan dengan ritme tubuh yang sehat.