Bidan Kita

Home Childbirth Gentle Birth Gentle Birth Klien VBAC (Vaginal Birth After Caesarean)

Gentle Birth Klien VBAC (Vaginal Birth After Caesarean)

0

Disaat hamil ke-3 saya berdomisili di Batam, Kepulauan Riau. Saya pun mulai melakukan kontak dengan pemilik situs bidan kita, mbak Yesie Aprillia, mengenai water birth – gentle birth dan kemungkinan untuk melakukannya di Batam. Berhubung sampai saat itu belum ada kemungkinan untuk melakukannya di Batam, solusi yang paling mudah adalah melakukannya di Klaten, di klinik Bidan Kita. Kebetulan mertua saya berdomisili di Yogyakarta, hanya 30-60 menit dari Klaten. Yang terbersit di benak saya saat itu adalah “Saya akan melahirkan si kecil di Bidan Kita Klaten”. Dan entah mengapa, satu demi satu muncul kebetulan yang semakin mendekatkan saya untuk mewujudkan keinginan saya itu. Di situlah saya mulai mempercayai “your wish is my command”, alam membawa saya ke sebuah scenario terbaik untuk saya dan keluarga.

Di akhir bulan Juli, umur kehamilan 23 minggu, saya resmi hijrah ke kota Yogyakarta, dan bertandang ke tempat mbak Yesie, impresi pertama saat melihat beliau adalah “she is different !!”, sama sekali tidak ada perasaan tidak sreg yang saya jumpai ketika bertemu dengan dokter kandungan. Untuk kehamilan kali ini saya bertekad hanya berkunjung ke dokter kandungan sebanyak tiga kali , masing-masing sekali untuk setiap trimester. Trimester pertama untuk mengetahui perkembangan embrio dan HPL berdasarkan USG, saya lakukan di minggu ke-10. Trimester kedua untuk mengetahui perkembangan janin, cek jenis kelamin, sekaligus meminta surat keterangan sehat sebagai syarat terbang dari Batam ke Yogya, saya lakukan di minggu ke-23. Trimester ketiga untuk mengecek kondisi bayi dan bekas luka SC untuk persiapan melahirkan.

Selanjutnya saya mengikuti kelas hypnobirthing.Saya dan suami belajar kembali dari awal mengenai serba serbi kehamilan. Jujur lho … banyak informasi yang terlewatkan di kehamilan sebelumnya dan semua pertanyaan yang sebelumnya tidak terjawab pun akhirnya terjawab 🙂

Untuk menjaga berat badan bayi dalam kisaran yang diinginkan, saya melakukan diet karbohidrat, lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah, juga bervisualisasi berat badan bayi saya antara 2.5 – 3 kg, kalimat afirmasi favorit saya “My baby is the perfect size for me” :). Saya pun rutin mengikuti kelas hypnobirthing, melakukan relaksasi, berafirmasi, berlatih tai chi (hanya berbekal melihat video panduannya), berlatih yoga (setelah mengikuti kelas yoga), dan terakhir merembet ke belajar self healing 🙂

Kebetulan saya memiliki masalah dengan latihan relaksasi karena saya tipe orang yang logis dan analitis, mencari sebab dan akibat, apa dan mengapa, intinya … kebanyakan mikir :D. Ternyata saya juga menyimpan trauma yang tersimpan di bawah sadar dan berakibat saya susah untuk rileks. Dan saya pun kembali mendapatkan jawaban untuk masalah saya tersebut yaitu self healing. Ketika saya mencari tahu tentang self healing melalui internet, mesin pencari membawa saya ke situs Reza Gunawan dan mendapati ada jadwal pelatihan self healing di Yogyakarta di bulan September . Kebetulan yang sangat menyenangkan 🙂 , saya pun langsung mendaftarkan diri, mengikuti pelatihan dan mempraktekkannya.

Saya simpulkan, semua yang saya pelajari mulai dari relaksasi, afirmasi, visualisasi, tai chi, yoga, dan self healing sangat bermanfaat untuk saya, sangat terasa bedanya. Saya senang dengan kehamilan saya, lebih enjoy dengan diri saya dan kehidupan sehari-hari (terutama mengurus dua anak sambil hamil, suami tidak dapat mendampingi karena bekerja di luar kota). Kondisi fisik senantiasa bugar, dan saya tahu kapan saya harus melakukan apa (misal: makan atau istirahat) karena semakin peka dengan alarm tubuh. Kondisi pikiran jadi lebih tenang. Puasa ramadhan di bulan ke-7 juga saya jalankan, dan yang membuat saya surprise … puasa kali ini tidak ada yang bolong!. Masalah fisik yang biasanya terjadi di trimester ketiga juga terselesaikan dengan mudah, pegal punggung/pinggang hilang, kaki tidak bengkak, tidur lebih nyenyak. Begitu saya bisa merasakan bayi posisinya sudah turun dan merasakan adanya gelombang rahim, saya pun semakin tenang dan yakin bahwa semua yang saya lakukan adalah benar :). Alam membawa saya semakin dekat dengan kehadiran bayi saya.

Saya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan di minggu ke-39 ke seorang dokter yang direkomendasikan bidan saya. Tujuan kunjungan ke dokter kali ini adalah untuk mengetahui apakah kondisi dan posisi bayi baik, adakah lilitan tali pusat, berapa berat badan bayi, dan bagaimana kondisi bekas luka operasi SC sebelumnya. Saya hanya mendapat 3 jawaban dari sekian pertanyaan yang saya ajukan. Kondisi bayi baik dan posisi sudah benar (posisi kepala), berat badan bayi kecil (2.2 kg berdasarkan USG), terdapat “defect” atau bekas luka yang penyembuhannya tidak sempurna pada bekas luka operasi sebelumnya. Dan pertanyaan terakhir saya “apakah saya bisa dan aman untuk melahirkan normal? (saya sudah sesekali merasakan gelombang rahim walaupun belum teratur)” dijawab dengan “lebih aman SC lagi karena ada defect pada luka sebelumnya”.

Pulang dari dokter malam itu saya bertemu dengan suami yang baru dijemput dari bandara. Hasil pertemuan dengan dokter saya sampaikan semua. Suami menyerahkan keputusan pada saya, meminta agar saya berkomunikasi lagi dengan bayi dengan jalan apa bayi ingin hadir. Feeling saya mengatakan bahwa tubuh saya masih bisa, dan tubuh pun memberikan tanda-tandanya menuju ke persalinan normal, si kecil pun semakin bergerak ke bawah. Dini hari itu juga, mulailah terjadi gelombang rahim yang teratur. Saya pun mengkonfirmasi pada mbak yesie apakah itu adalah tanda-tanda yang benar sekaligus menentukan kapan saya berangkat ke klaten.

Akhirnya pagi hari itu, setelah sholat subuh, saya dan suami berangkat ke Klaten. Musik David Foster mengiringi perjalanan kami untuk membuat kami lebih rileks, waktu itu suami tegang 😀 karena masih agak ngantuk (baru tidur 2 jam), masih jet lag, nyetir membawa istri yang sedang bergelombang rahim pula. Begitu sampai di klinik Bidan kita, setelah dicek ternyata sudah pembukaan tujuh. Kolam pun segera disiapkan, saya menunggu sambil bergoyang inul ria dengan bola kelahiran, sambil bervisualisasi bayi semakin turun dan turun ke bawah. Tiba-tiba terasa sensasi seperti ingin BAB. Dan ternyata, setelah dicek …. sudah pembukaan lengkap!!!  Saya pun masuk ke kolam, melanjutkan goyang inul untuk menurunkan bayi ke posisi crowning, dengan posisi menghadap dinding kolam. Kemudian saya berganti posisi dengan duduk bersandar pada kolam untuk menyambut keluarnya bayi. Saya mengejan beberapa kali. Begitu bayi keluar, saya angkat dan tempelkan ke dada, segera diselimuti dan diberi topi. Bahagiaaa rasanya menyambutnya dengan cara seperti itu. Begitu plasenta keluar saya pun keluar dari kolam, dilanjutkan dengan IMD yang absen pada kelahiran anak pertama dan kedua. Sekitar satu jam si kecil merangkak di atas badan dan akhirnya sukses menemukan puting susu 🙂

Saya memutuskan untuk Lotus Birth, membiarkan tali pusat tetap terhubung dengan bayi sampai akhirnya terputus sendiri. Dan saya saksikan sendiri, tali pusat mulai mengering dan akhirnya terputus pada hari ke-3. Takjub melihatnya !! Ternyata proses alami tanpa memotong tali pusat justru lebih cepat puput, padahal biasanya butuh waktu kira-kira seminggu untuk puput tali pusat. Dan saya pun pulang ke rumah dengan membawa banyak cerita, VBAC, menerapkan prinsip gentle birth dengan water birth dan lotus birth menjadi kenyataan 🙂

Our lovely baby: FARIZ LUKITO NUGROHO 02 November 2011, pukul 07.05 WIB in Bidan Kita Born by Waterbirth and Lotus Birth   Date of Posting: 01 December 2011 Posted By: IRMA KURNIA SARI Ibu dari 3 Anak dengan 3 macam proses persalinan, Yogyakarta