
11. Yoga, thai chi
12. Herbal
Dan masih banyak lagi ilmu ilmu yang membuat saya berdecak kagum saat itu dan merasa malu karena ternyata saya masih begitu bodoh dan begitu dangkal pengetahuannya dalam dunia kebidanan.
Namun saya sangat beruntung, walaupun bermodalkan bahasa inggris yang masih acak adul tapi paling tidak di antara kami bertiga, sayalah yang paling lancar bicara pake bahasa ingris saat itu.
Dan beruntungnya saya, karena hampir setiap hari teman yang akhirnya jadi sahabat saya seorang bidan bule muslim “tangan kanannya” bu Robin Lim setiap hari menyambangi asrhaam dan berdiskusi dengan kami dan memberiku setumpuk artikel, jurnal ilmiah dan buku yang tentunya berbahasa inggris yang akhirnya membuka pikiran saya dan hati saya hingga dalam hati spontan berkata “INILAH YANG AKU CARI SELAMA INI!….Trimakasih Tuhan!!”
Dan beruntungnya saya, karena dari tiga orang ini, sayalah yang paling “Free”, yang tidak terikat dengan embel-embel seperti Pegawai PNS atau pengurus IBI, sehingga saya bisa dengan bebas berekplorasi pada apa yang saya pelajari dan saya dapatkan.
Dan beruntungnya saya adalah, saya juga mengenal hypnobirthing, mendalami, menekuni, mempraktekkan dan menjadi bagian dari Hypnobirthing Indonesia sehingga dengan bimbingan dan cinta dari Bu Lanny Kuswandi dan Eyang Erwin Kusuma, akhirnya saya belajar banyak hal sehingga saya bisa mengumpulkan dan menyusun puzzle tersebut, menjadi sebuah kesatuan yaitu GENTLE BIRTH.
Saya akui, saya sempat mengalami efouria tentang GENTLE BIRTH…namun lagi lagi saya beruntung karena alam semesta mempertemukan saya dengan teman-teman, sahabat dan guru-guru spiritual saya yang membuat saya tetap “seimbang” dan tidak terlena dengan euforia tersebut.
Karena saya pernah mengalami efouria tersebut maka saya bisa sangat memaklumi jika saat ini eforia itupun di alami oleh para ibu dan bahkan para teman sejawat. Namun yang saya sayangkan adalah banyak sekali yang hanyut dalam eforia tersebut sehingga memunculkan kontroversi, skeptis dan paham-paham keras yang anti-antian bahkan banyak yang “keblinger” dengan GENTLE BIRTH ini dan juga banyak yang akhirnya “memanfaatkan” eforia ini demi kepentingan pribadi menyangkut bisnis juga politik. Sungguh di sayangkan
Inilah yang membuat saya menangis dan prihatin.rasanya Gentle Birth kok terlalu Agung untuk diperlakukan demikian.
Walaupun saya tidak tahu harus mengurai dari mana permasalahannya karena ini serasa seperti benang kusut yang semakin lama semakin kusut saja dan semakin sulit di urai, namun saya akan mencoba menjelaskan satu persatu tentang Gentle Birth ini.
1. Gentle Birth adalah sebuah FILOSOFI
Gentle artinya Lembut. Birth artinya Kelahiran. Jika di gabungkan bisa berarti, Lahir dengan penuh kemembutan. Siapa yang Lahir? Yang lahir bukan hanya bayi saja tetapi ibu , ayah bahkan keluarga yang “dilahirkan” kembali dan mengalami transformasi yang luar biasa, dan proses ini terjadi sangat lembut dan minim akan trauma.
Jadi kalau boleh saya mengartikan istilah gentle birth, maka gentle birth adalah sebuah filosofi dalam proses kelahiran dan persalinan yang begitu tenang, penuh kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia, sebuah pendekatan dalam proses kelahiran alami yang menggabungkan nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh wanita itu sendiri.
Sebuah proses dimana kita di tuntut untuk kembali “merunduk” untuk menyadari kembali, memahami, dan menghormati kehendak alam terhadap sebuah proses yang sangat alamiah ini.
Gentle birth mengajarkan tentang mindfulness, dan tentang keseimbangan. Gentle birth TIDAK mengajarkan tentang kefanatikan atau Anti Antian karena semua adalah tentang keseimbangan, keselarasan dan harmonisasi.
2. Elemen Kunci Gentle Birth
Gentle birth adalah tentang pemberdayaan , dimana dalam pemberdayaan diri. ada 4 hal yang harus Anda lakukan untuk mencapai Gentle Birth:
a. Greget (Semangat)
b. Sengguh (Bersungguh-Sungguh dan berkomitmen)
c. Ora Mingkuh (Tidak mudah terpengaruh/Fokus)
d. Nyawiji (Menyatu Antara Body, Mind & Soul)
Yang mana beberapa elemen kunci dalam Gentle birth antara lain adalah:
a. Perlunya Persiapan
b. Perlunya dukungan untuk melahirkan secara normal dan alami
c. Lingkungan yang Meyakinkan dan Menenangkan
d. Dukungan yang Terus-menerus Selama Persalinan
e. Suasana yang Tenang
f. Cahaya yang Remang-remang
g. Kebebasan Bergerak dan selaran dengan alam serta memahami tubuh
h. Percayai Kekuatan Alam
i. Mengurangi & mencegah intervensi yang tidak perlu dalam persalinan
j. Pentingnya Napas Pertama
k. Belaian atau Sentuhan Pertama
l. Penundaan Pemotongan Tali Pusat
m. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) & Rooming In
n. Hindari Birth Trauma dan kekerasan dalam persalinan dan kelahiran
3. Praktek dalam Gentle Birth
Lalu bagaimana Praktek pelaksanaannya?
Inilah saatnya kita di tuntut untuk menggunakan bahasa hati, bukan bahasa otot lagi.
Selama ini diakui ataupun tidak, SOP seolah olah menjadi “dewa” dalam praktek pelayanan kita terhadap manusia. Sehingga jika ada praktek yang tidak sesuai atau tidak tertera/tidak ada dalam SOP, maka hal itu akan di anggap sebagai penyimpangan ataupun pelanggaran.
Padahal seharusnya kita menyadari bahwa Manusia itu Unik, dan bahwa dalam pelayanan, seorang tenaga kesehatan haruslah mempunyai 3 kaki agar bisa menopang kuat dan lebih kokoh dalam pelayanannya, kaki kaki tersebut adalah: Spiritual, Medical Science, dan Art
Yah…Spiritual: inilah yang tanpa kita sadar, seringkali kita tinggalkan. Saat melayani bahkan membantu kelahiran seorang bayi, seringkali kita hanya melakukan sesuai prosedur tanpa menyadari bahwa saat inilah kita menyambut manusia baru, spirit yang suci yang datang ke bumi ini. Baik nakes maupun klien hanya menyadari sampai titik dimana; yang penting sang bayi segera lahir, sehat, selamat. Dimana definisi sehat saat itu hanyalah: yang penting APGAR SCORE bagus/normal, Nangin kuat, Reflek sehat/normal, tidak ada kelainan maupun cacat fisik Itu saja.
Medical Science….inlah yang kita agungkan selama ini, dimana SOP yang sesuai dengan Evidance Based yang harus kita lakukan. Yang mana tanpa disadari justru inilah yang seringkali mengkotak, kotak kan ilmu, sehingga pincang akhirnya. Seringkali kita tidak menyadari bahwa ilmu itu berkembang, sebuah ilmu bisa saja di dapat dari sebuah penelitian, namun seringkali berawal dari sebuah kecelakaan. Yang setelah di teliti ternyata benar.