Bidan Kita

Home Pregnancy Nutrition Ibu Hamil Tidak Wajib Minum Susu!

Ibu Hamil Tidak Wajib Minum Susu!

0
Ibu Hamil Tidak Wajib Minum Susu!

Tetapi, karena susu bersifat terlalu asam, ketika kalsium yang terdapat di dalam susu masuk ke dalam darah, secara alamiah tubuh akan berusaha mengembalikan situasi “abnormal” ini dengan membuang kalsium dari ginjal, melalui urin. Inilah yang diduga menjadi alasan mengapa empat negara pengonsumsi susu terbesar di dunia, yaitu Amerika, Swedia, Denmark, dan Finlandia, justru menduduki peringkat-peringkat teratas dalam kasus osteoporosis.

Mekanisme alamiah dalam menormalkan kondisi kalsium dalam darah inilah yang berperan  memicu pre-eklamsia dan hipertensi. Levy,T.E, dalam Optimal Nutrition for Optimal Health (2001), mengungkapkan, susu yang sudah melalui proses pasteurisasi – sebagaimana yang terjadi pada susu komersial – membuat struktur kimia kalsium di dalamnya menjadi bentuk yang non bio-available, alias tidak mudah diserap oleh tubuh.

Karena dianggap benda asing yang tidak diperlukan, ia tidakikut dicerna oleh metabolisme, dan akan mengendap di pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan timbulnya plak dan pengerasan pembuluh darah, yang mengakibatkan pembuluh darah menyempit, sehingga tekanan darah melonjak naik.

Sapi artificial

Andang menilai, efek susu terhadap kesehatan sebaiknya tidak semata-mata ditinjau secara sepotong-sepotong dari kandungan nutrisinya saja. Namun, perlu diperhatikan bagaimana sapi itu diternakkan, apa makanannya, bagaimana susu diproses, dan yang lebih penting lagi, bagaimana tubuh kita merespon kandungan di dalamnya.

“Sebelum ada pabrik susu, sapi perah diternakkan secara alami. Sekarang, untuk memenuhi target produksi, sapi diberi makan pangan buatan, disuntik hormon supaya cepat besar dan menghasilkan susu lebih banyak, serta diberi antibiotik dengan harapan terhindar dari penyakit,” tutur Andang.

Jika susu sapi yang sudah mengalami perubahan “pola makan dan gaya hidup” ini dikonsumsi, semua zat serta “sampah” metabolismenya juga berpengaruh besar terhadap sistem metabolisme kita.

Sapi – hewan herbivora – yang diberi pakan meat bone meal (makanan sapi buatan berbasis daging) juga berisiko membentuk mekanisme penolakan dengan membentuk prion, senyawa protein asing di dalam tubuhnya. Jenis protein ini, diduga yang menjadi cikal bakal merebaknya penyakit sapi gila (mad cow).

Selain itu, bovine growth hormone, hormon pertumbuhan untuk sapi, merupakan senyawa kimia yang tidak dapat dipecah di dalam lambung atau rusak oleh proses pasteurisasi, sehingga akan tetap aktif di dalam tubuh manusia. Ini sudah diteliti oleh Juskevich dan G. Guyer dalam penelitiannya yang berjudul Bovine Growth Hormone: Human Food Safety Evaluation, dan dimuat dalam jurnal Science, Vol. 249, no. 4971 (1990).

Menyisakan sampah metabolisme

Masalah lain mulai muncul saat susu masuk pabrik. Sebelum dipasarkan, susu dipanaskan dengan suhu tertentu agar kuman patogen dan berbagai flora di dalamnya mati. Proses yang disebut pasteurisasi ini terbukti merusak komponen struktur kimia di dalam susu dan membuat gula laktosa di dalamnya diserap lebih cepat oleh tubuh (Levy, T.E, dalam Optimal Nutrition for Optimal Health, 2001).

Lonjakan zat gula di dalam darah – apa pun bentuknya termasuk sukrosa (gula yang sering ditambahkan dalam produk susu), secara otomatis akan memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan hormon insulin.Pada dasarnya, insulin ini memang bertugas mulia, yaitu menjaga agar kadar gula darah di dalam tubuh kita tetap berada pada level yang aman. Namun lonjakan gula yang tinggi akan membuat produksi insulin meroket, ketika berusaha menekan kadar gula dan menyimpan hasil olahannya dalam hati.

Sayangnya, daya tampung hati bersifat terbatas. Sementara bila makanan jenis ini dikonsumsi secara terus-menerus, kelebihan kadar gula tersebut akan diubah menjadi tumpukan lemak. Sel-sel lemak ini bersifat menarik asam arakidonat (AA), sebagai bahan baku terbentuknya eicosanoids, sejenis hormon peradangan. Mekanisme tersebut memicu timbulnya peradangan di tingkat sel, yang memancing terbentuknya cytokine, protein radang yang mampu menembus masuk ke aliran darah, beredar ke seluruh tubuh, dan menimbulkan bermacam-macam penyakit, mulai dari menurunnya kekebalan tubuh, obesitas, alergi, hipertensi, diabetes, gangguan jantung, hingga kanker.

Waspada obesitas

Untuk menghindari komplikasi, ibu hamil dianjurkan memperhatikan kenaikan berat badan, yang idealnya berkisar 1 hingga 2 kilogram per bulan. Jumlah itu tidak bisa dipukul rata, bergantung berat badan si ibu sebelum kehamilan.

“Yang jelas, kenaikan berat badan yang terlalu cepat atau terlalu banyak perlu diwaspadai, karena itu termasuk salah satu indikasi terjadinya komplikasi. Obesitas merupakan indikasi nutrisi yang dikonsumsi tidak seimbang. Selain memicu pre-eklamsia dan diabetes, ibu hamil yang obesitas juga berpotensi melahirkan bayi besar serta mengalami obesitas di kemudian hari,” Dr Ahmad menjelaskan.

Cukup dan seimbang

Jika banyak iklan mengatakan bahwa dari ibu yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, itu memang benar karena sistem metabolisme anak dibentuk sejak berada di dalam kandungan.

Tidak perlu merasa bersalah hamil tanpa minum susu, karena yang diperlukan oleh ibu hamil adalah nutrisi yang cukup dan seimbang. Gizi yang baik identik dengan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral yang baik. Kriterianya, antara lain, sebagai berikut:

Karbohidrat

Berupa karbohidrat kompleks dengan nilai indeks glikemik yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak melonjakkan kadar gula dalam darah. Contoh paling ideal adalah sayuran segar, dikonsumsi mentah. Namun jika masih terlalu berat meninggalkan nasi, pilih beras merah (lebih baik lagi yang organik), gandum utuh, atau oats, daripada beras putih dan tepung-tepungan.

Protein

Sumber protein yang baik berasal dari sumber yang tidak terpolusi hormon dan antibiotik, seperti ayam kampung, ikan laut dalam, kacang-kacangan, biji-bijian, tempe, tahu, dan sebagainya.

Lemak

Lemak yang baik berasal dari makanan alami seperti alpukat, minyak zaitun yang tidak dipanaskan, kemiri, dan lain-lain. Margarin bukan sumber lemak baik – meskipun berasal dari tanaman, karena merupakan lemak trans. Begitu juga dengan minyak goreng. Apa pun jenisnya, setelah dipanaskan lemak dalam minyak akan teroksidasi menjadi lemak jahat.

Vitamin dan mineral

Warna merah, kuning, hijau, ungu, putih, dan biru pada sayur-sayuran dan buah-buahan menunjukkan kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Konsumsi secara seimbang dengan cara memvariasikan penyajiannya setiap hari.

Nutrisi ekstra pada ibu hamil

Beberapa zat nutrisi esensial yang diperlukan ibu hamil terutama kalsium, asam folat, zat besi, dan seng, juga bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari. Sumbernya, antara lain, berasal dari: