
Kalsium
Meskipun jumlah kandungannya tidak setinggi yang terdapat di dalam susu, kalsium juga terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Kalsium dalam tumbuhan bahkan lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Penuhi asupannya dari kacang-kacangan seperti almond, hazelnut, kacang polong, brokoli, bayam, okra, selada air, aprikot, wijen, lentil, dan masih banyak lagi. Ikan teri, sardin, salmon, dan kerang juga kaya kalsium, namun cemaran logam berat di dalamnya perlu diwaspadai. Kalaupun sesekali ingin minum susu, bisa mengonsumsi susu UHT atau yogurt (plain).
Asam folat
Diperlukan untuk membentuk sel darah merah, pertumbuhan sel, dan mencegah spina bifida (terbelahnya ujung bumbung saraf tulang belakang) pada janin. Idealnya, kebutuhan asam folat ini  sudah terpenuhi sejak sebelum kehamilan. Terdapat pada brokoli, alpukat, bayam, asparagus, kangkung, dan sayuran berdaun hijau lain, serta beberapa jenis kacang seperti kacang merah, kacang bogor, kacang kapri, kacang koro, jeruk, dan lain-lain. Jika merasa perlu, dokter akan menambahkan jumlah asupannya dengan meresepkan tablet suplemen asam folat.
Zat besi
Mendukung kerja asam folat dalam menyediakan stok sel darah yang cukup bagi ibu dan janin. Sesungguhnya, hati sapi merupakan sumber asam folat dan zat besi yang nilainya paling tinggi. Namun karena hati merupakan organ tempat menyaring racun, ia tidak dianjurkan. Lebih baik, penuhi dari telur, ayam, salmon, rumput laut, kismis, jamur, bayam, serta aneka jenis kacang-kacangan dan biji-bijian.
Seng
Diperlukan dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh janin. Bisa ditemukan pada makanan yang mengandung zat besi, serta kerang-kerangan.
Agar efektif
Jangan lupa, bahwa tubuh manusia merupakan rangkaian sistem yang satu sama lainnya saling berhubungan. Asupan nutrisi tadi hanya bisa dicerna dengan baik bila kondisinya seimbang.
Kalsium, misalnya, baru bisa diserap dengan baik jika dibarengi dengan aktivitas dan bantuan dari vitamin D, yang terdapat pada sinar matahari. Maka, sempatkanlah menggerakkan tubuh, lebih baik lagi bila di bawah hangatnya mentari pagi. Proses metabolisme tadi juga memerlukan air, sehingga ibu hamil harus cukup minum air putih. Ukurannya tidak terpatok 8 gelas sehari, namun dilihat dari warna air seni yang mendekati jernih.
Kondisi seimbang tidak mencakup makanan secara fisik saja, namun juga “makanan” bagi jiwa. Jalani kehamilan dengan penuh rasa syukur dan ikhlas. Ajak suami dan keluarga untuk melewati peristiwa bahagia ini bersama-sama. Ciptakan kesempatan untuk mengobrol ringan, saling menatap mesra atau mengobral kalimat “I love you”, tanpa harus ditemani segelas susu. (N)
Boks:
“Cukup dari makanan sehari-hari”
Mereka hamil dan melahirkan anak yang sehat tanpa mengandalkan susu. Yuk, simak pengalamannya!
Marina (Wiraswasta, Medan)
Waktu hamil Stanley (4 tahun), anak kedua, Â saya sudah menjadi vegan (tidak makan sumber pangan hewani sama sekali-red), termasuk telur dan produk susu. Asupan gizi benar-benar bergantung pada makanan sehari-hari. Saya menyiasatinya dengan makan sayur-sayuran yang jenisnya selalu berganti-ganti setiap hari. Warnanya pun saya perhatikan, sebisa mungkin ada merah, kuning, putih, dan sebagainya, dan diolah sesegar mungkin.
Yang menarik, dengan asupan “terbatas” semacam ini saya justru merasakan proses kehamilan yang jauh lebih nyaman dan sehat daripada kehamilan pertama, saat masih menjadi pemangsa segala, termasuk susu dan produknya. Kalau dulu sering lemas, mudah lapar, namun juga sering mual dan muntah, pada kehamilan kedua badan terasa berenergi dan segar sepanjang hari. Bahkan, seminggu menjelang persalinan saya masih asyik menyetir mobil ke sana kemari. Padahal, waktu itu saya sudah berumur 42 tahun, lho!
Puji Tuhan, Stanley yang lahir dengan berat badan 3,2 kg, dan panjang 51 cm juga  sehat dan tidak mudah alergi.
Mia Sutanto (Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Jakarta)
Berbeda dengan kehamilan pertama, ketika saya masih paranoid dan mengonsumsi segala jenis produk makanan yang diklaim baik untuk ibu hamil, pada kehamilan kedua saya lebih melek kesehatan. Salah satunya, saya paham bahwa apa yang selama ini dipromosikan oleh produsen susu, sudah bisa diperoleh dari makanan sehari-hari yang lebih alami. Jadi… ya, cukup makan sehat saja dengan menu yang berganti-ganti.
Untuk menyiasati keinginan ngemil yang manis-manis saat hamil, saya membuat jus buah segar, tanpa tambahan gula atau pun madu. Ternyata, dengan cara ini kenaikan berat badan saya tidak sebanyak kehamilan pertama (20 kilogram), yaitu 15 kilogram. Ascha (sekarang 2,5 tahun) lahir dengan berat badan yang cukup, yaitu 3,1 kilogram dengan panjang 49 cm. Saat ia lahir, saya juga bisa langsung memberinya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan lancar menyusui sampai sekarang.
Mya Dwi Rostika (dosen, Jepang)
Saya sempat bingung waktu teman-teman di Indonesia bertanya, “Di Jepang kamu minum susu apa?”. Soalnya, waktu hamil Musashi (1 tahun) saya memang tidak mengonsumsi susu dan suplemen apa pun. Yang saya tahu, ibu-ibu hamil di Jepang juga tidak minum susu. Pemberian suplemen oleh dokter pun hanya dilakukan jika ditemukan indikasi tertentu.
Dokter kandungan saya menganjurkan untuk memperoleh asupan nutrisi dari makanan, itu pun harus yang alami. Praktis, selama hamil saya tidak pernah menyentuh makanan instan atau yang berada dalam kemasan, termasuk biskuit. Camilan andalan saya adalah buah-buahan. Ketika pada trimester pertama saya mual dan tidak doyan makan, dokter hanya menganjurkan jus buah segar atau minum air putih.
Kenaikan berat badan selama kehamilan juga sangat diperhatikan. Sebab, ibu hamil yang obesitas dan bayi yang lahir dengan ukuran besar dianggap akan menyulitkan persalinan. Berbeda dengan di Indonesia, operasi sectio di Jepang hanya boleh dilakukan bila persalinan normal membahayakan ibu atau bayi. (N)
*) Ditulis oleh Dyah Pratitasaridalam Laporan Khusus Majalah NIRMALA, edisi Juli 2010courtesy of NIRMALA Magazine
FB: Nirmala Magazine