- 
Neokorteks (otak berpikir) masih aktif. Mata terbuka, Dia bisa diajak bicara, menjawab pertanyaan, masih bisa berdialog antar kontraksi; kadang Masih bisa ngobrol, main HP, bahkan bercanda, bahkan mungkin masih menghitung waktu kontraksi di ponsel.
 - 
Dia mungkin tampak bersemangat atau cemas
 - Postur tubuhnya masih normal, ia bisa berjalan tegak di antara kontraksi.
 - 
Kontraksi dapat melambat/berhenti saat pindah tempat atau saat terganggu (misalnya, perjalanan ke rumah sakit).
 - 
Bloody show mulai tampak; cara berjalan masih stabil.
 
Fase ini sering disebut “persalinan palsu” atau “belum pembukaan” oleh sistem medis, yang menyebabkan frustrasi. Namun, secara fisiologis, ini adalahproses yang normal. Tantangannya adalah: seringkali ibu ibu penasaran dengan seberapa lama fase ini di sebut “normal”?
Apa yang kita lakukan:
- 
Lindungi rasa aman (cahaya remang, suara rendah, orang minimal).
 - 
Validasi: “Kalau his melambat setelah perjalanan, itu normal; tubuhmu sedang memilih waktu & tempat aman.”
 
B. Liminality (Ambang) – persalinan aktif → transisi
Ini adalah fase transisi, “di antara dan di antara.” Wanita itu tidak lagi di dunia lamanya, tetapi belum juga tiba di dunia barunya. Dia berada di “dunia persalinan”. Mereka memasuki ruang sakral internal yang tidak bisa diakses orang lain.
Yang terjadi di dalam:
- 
OT meningkat, kontraksi semakin kuat. Sebagai respons, tubuh melepaskan BE (penghilang rasa sakit alami) dalam dosis tinggi. Ini menciptakan keadaan seperti trance, fokusnya total ke dalam. Fungsi neokorteks berkurang, dan sistem limbik (otak insting) mengambil alih. Panggul mulai “terbuka”—menjadi tidak stabil untuk memberi ruang bagi bayi—dan bayi berotasi turun. Menjelang puncak (dikenal sebagai “transisi”), ada lonjakan adrenalin (E-NE) yang tiba-tiba. Ini adalah persiapan tubuh agar ibu waspada untuk melindungi bayinya setelah lahir. jadi Oksitosin makin tinggi → his kuat & “intens”.
 - 
Beta-endorfin & kortisol tinggi → keadaan “trance”: neokorteks mereda, insting meningkat.
 - 
Sakrum bergerak ke belakang, outlet panggul membuka; air ketuban bisa pecah; pola his bisa plateau sejenak lalu naik lagi.
 - 
Menjelang puncak, ada lonjakan adrenalin: mempersiapkan kewaspadaan → sering terasa sebagai “transition”(takut, bingung, “aku nggak bisa”). Kadang memicu fetal ejection reflex (dorongan spontan kuat).
 
Yang terlihat di luar:
- 
Dia berada di “dunianya sendiri”. Mata mungkin tertutup, dia mungkin tidur singkat di antara kontraksi.
 - 
Neokorteks tidak aktif. Dia tidak bisa lagi diajak bicara. Komunikasinya menjadi singkat dan mendesak, jadi Komunikasi pendek & jarang (“Air!” bukan “Tolong ambilkan air”). Tidak bicara saat his.
 - 
Gerakan dan suaranya menjadi ritmis dan instingtif. Dia mungkin mengeluarkan suara yang sama di setiap kontraksi.
 - 
Ritme gerak & suara berulang; mata sering tertutup/ditutup kain; “seperti melamun/stoned.”
 - 
Inhibisi turun:yang tadinya malu jadi telanjang tanpa peduli
 - 
saat berjalan maupun berdiri, kakinya langsung bergetar (pelvis membuka), tak nyaman duduk di bokong; merangkul benda/orang saat berdiri.
 - 
Muncul tanda punggung membuka (sakrum menonjol); kadang tampak garis ungu di antara bokong.
 - 
Saat transisi: mulut kering, mual/muntah, Lonjakan adrenalin dapat memicu rasa takut yang tiba-tiba (“Saya tidak bisa melakukan ini,” “Saya mau pulang”). Bisa juga terjadi muntah atau gemetar hebat
 
Catatan: Ini adalah inti dari asesmen holistik. Namun, tanda-tanda ini sangat subjektif. Apakah “garis ungu” (yang tidak muncul pada semua wanita) lebih bisa diandalkan daripada Pemeriksaan Dalam? Mungkin tidak. Kekuatan model ini bukan pada satu tanda, tetapi pada konstelasi (kumpulan) tanda. Ketika semua tanda ini muncul bersamaan—suara berubah, postur berubah, keadaan kesadaran berubah—kita bisa sangat yakin bahwa persalinan sedang maju pesat.
Apa yang kita lakukan:
- 
Bahasa kunci: pendek, hangat, repetitif. “Aman. Napas. Kamu mampu.”
 - 
Jangan menguji kognitif (banyak pertanyaan) — biarkan limbik memimpin.
 - 
Posisi yang memberi ruang (miring, hands-and-knees, duduk condong).
 - 
Normalisasi “ketakutan transisi”: tanda lahir makin dekat, bukan kegagalan coping
 
C. Emergence (Kelahiran) – dorongan & penatalaksanaan perineum
Yang terjadi di dalam:
- 
Setelah serviks terbuka penuh, mungkin ada jeda kontraksi (fase “rest and be thankful”). Saat bayi turun lebih jauh, his melambat sejenak untuk reorganisasi, ia menekan saraf panggul, memicu dorongan mengejan spontan (refleks pengeluaran janin). Peregangan jaringan perineum melepaskan lebih banyak OT.
 - 
Tekanan di dasar panggul memicu dorongan spontan.
 - 
Peregangan jaringan meningkatkan oksitosin; PRL + oksitosin + adrenalin naik dan mencapai puncak jelang lahir (siaga & bonding).
 
Yang terlihat di luar:
- 
Ibu menyebut tekanan anus / sensasi “ingin BAB” (dan bisa keluar sedikit).
 - 
Pola his bergeser jadi ekspulsif; suara berubah.
 - 
Saat crowning: ibu spontan menahan/menghembus, merapatkan paha, atau memegang kepala bayi—refleks proteksi perineum.
 - 
Setelah kepala lahir, ada jeda; bayi rotasi; lahir dengan his berikutnya.
 
Apa yang kita lakukan:
								
								