“perkosaan” yang dimaksud dapat mencakup pemeriksaan dengan menggunakan speculums, episiotomy tanpa persetujuan (tau-tau maen di gunting aja), forcep, Vaccum, pemeriksaan dalam yang berulang, dan objek lain yang dimasukkan ke dalam vagina wanita atau yang diberi enema, IV, epidural, atau SC tanpa persetujuan mereka.
Mereka dipaksa, dimanipulasi atau tertipu dengan berbagai dalih atau mungkin dengan ancaman dan ditakut-takuti sehingga mereka taat dan manut saja mengikuti apa maunya rumah sakit. Beberapa pihak rumah sakit menyangkal adanya trauma kelahiran pada ibu atau percaya bahwa pasien hanya melebih-lebihkan, terutama karena kesalahan yang jarang dilaporkan.
Dan membaca poin ini saya menjadi ingat sebuah kasus yang sering kali terjadi di rumah sakit. Hanya saja saya tidak bisa mengurutkan secara runtut karena peristiwa-peristiwa ini terjadi bagaikan mata rantai yang tak bisa terputus.
– Sering saya melihat dan mendengar seorang ibu datang untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di dokter kandungannya, umur kehamilannya masih 28 minggu. Tanpa basa-basi pasien langsung diminta tidur berbaring di bed gyn untuk dilakukan USG. Saat itu dokter menyatakan ada kelainan letak (bayi posisi sungsang) dan dengan tegas si dokter mengatakan HARUS operasi kelak karena bahaya. Tiap kali periksa dan control dokter tersebut menganjurkan cenderung memaksa agar kelak si ibu operasi saja. Dan sebagai pasien mereka hanya MANUT, NURUT dengan kalimat “yang terbaik untuk bayi saya saja dokter” padahal sebenarnya TIDAK. Harusnya si dokter member motivasi dan semangat juga mengajarkan apa yang harus dilakukan si ibu agar posisi bayi berubah namun si dokter ini tak mau melakukannya. Ada apakah di balik itu? Anda sendiri yang dapat menjawabnya. 😉
– Seorang ibu datang ke RS karena mengalami kontraksi, ini anak pertama mereka. Saat di lakukan pemeriksaan dalam baru ada pembukaan 2 cm. dan si pasien di anjurkan segera mondok di RS agar aman. Setelah itu selama proses tidak ada yang namanya motivasi atau pengajaran, namun yang ada adalah para mahasiswa praktek yang datang silih berganti untuk melakukan pemeriksaan dalam berulang-ulang dan dilakukan oleh banyak tangan banyak orang. Dengan dalih mengetahui kemajuan persalinan, atau mungkin untuk praltek agar mahasiswa pintar (ingat lho manusia bukan barang/manekin praktek), kondisi RS yang tidak kondusif membuat pasien stress dan cemas padahal kita tahu bahwa stress dan kecemasan justru berpengaruh buruk terhadap kemajuan persalinan. Namun ini sengaja dibiarkan (agak ada kasus mungkin, lagi-lagi untuk belajar), karena terlalu lama observasi dengan dalih tidak ada kemajuan persalinan pasien di “paksa” untuk di lakukan induksi dan ketika sudah pembukaan hampir lengkap di pasien tidak kuat menahan sakit, serta kelelahan. di ruang bersalin pasien di minta untuk mengejan dengan aba-aba hingga si ibu semakin kelelahan, dehidrasi dan dengan lagi-lagi dengan dalih untuk keselamatan bayi si pasien di berikan pilihan yang mana sebenarnya itu bukan pilihan yaitu SC. Dan akhirnya SC juga yang akhirnya biaya persalinan melambung tinggi
– Masih banyak kasus lagi dari mulai dikatakan ketuban kering, padahal ketika akhirnya SC ketuban berlimpah, hingga diagnose plasenta previa namun ternyata plasenta letak rendah. Dll
Tentunya kalau Anda merenungkan dan mengingat lagi harusnya masih banyak contoh lainnya yang bisa di tulis.
*** Kami Memilih Untuk Melahirkan Secara Alami Karena Kami Tidak Akan Biarkan Diri Kita Dioperasikan Untuk mendapatkan Keuntungan/Laba***
Â
Â
Â
Â
Â
FAKTA # 3 – Meskipun Kualitas Pelayanan Buruk, Bisnis ini Booming & Keuntungan yang dihasilkan Melambung
Di dalam artikel ini mengungkapkan Salah satu operator rumah sakit terbesar di amerika yang disebut The HCA (Hospital Corporation of America) mengatakan bahwa keuntungan yang dihasilkan sangat banyak dan selalu meningkat sepanjang masa.
Dalam kasus HCA ini ternyata juga di teliti oleh oleh FBI, Internal Revenue Service dan Departemen Kesehatan dan Pelayanan dan akhirnya HCA juga mengakui melakukan kecurangan penagihan perawatan medis dan program kesehatan lainnya dengan menggembungkan keseriusan diagnosis, mengajukan laporan biaya palsu dan membayar suap para RS kecil lainnya dan ke dokter untuk merujuk pasien. (nah yang ini sepertinya juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia)
Sudah tidak lagi menjadi sebuah rahasia umum bahwa apabila seorang bidan praktek swasta merujuk pasiennya untuk melakukan SC di sebuah RS maka bidan tersebut akan mendapatkan “uang jasa”. dan RS-RS besar berlomba-lomba pada besaran atau jumlah “uang jasa” bagi bidan tersebut. Dan akhirnya sekarang ini di beberapa daerah mulai ada kerjasama antara bidan dan RS dimana apabila bidan tersebut merujuk pasiennya ke RS maka akan mendapatkan uang jasa dengan jumlah tertentu. Dan bahkan kadang uang jasanya lebih besar dari tarif persalinan normal apabila ditolong oleh bidan.
Coba bayangkan, kalau bidan desa nolong pasien bersalin apalagi pasien JPS (pasien dengan “kartu miskin”) paling tarifnya adalah Rp.450.000,- itu saja si bidan harus dengan sabar seharian penuh nungguin si ibu yang kesakitan. Sedangkan kalau di rujuk di RS si bidan justru mendapatkan pengembalian antara Rp 500.000 s.d RP.750.000,- tanpa si bidan harus bersusah payah merawat. Pilih mana hayo?
Akhirnya rumor yang berkembang adalah SC karena Atas Perintah Bidan ^_^
Kasus ini tidak semua bidan seperti itu atau tidak semua dokter seperti itu namun kasus ini ada dan kasus ini nyata. Coba dech direnungkan.
Fakta # 4 – Rumah Sakit lebih mengarah ke bisnis
Sudah bukan rahasia lagi bahwa bisnis dalam bidang kesehatan terutama persalinan adalah bisnis yang tidak bakalan mati. Karena setiap bulan bahkan setiap hari selalu saja ada yang menikah, hamil lalu bersalin inilah siklus kehidupan.
Dan di seluruh dunia, keuntungan yang dihasilkan dari operasi SC bisa dua kali bahkan lima kali lipat daripada bersalin secara normal. Setiap dokter yang menolong SC pasti mendapatkan jasa pelayanan dan bonus tambahan lebih banyak di banding bersalin normal. Dan di the HCA (Hospital Corporation of America) ini mereka memberikan bonus tambahan sampai US $ 750 kepada dokter tiap kali melakukan SC. (ini sepertinya juga hampir sama seperti di Negara kita kan?)
Ini menakutkan. Kami dipaksa menempatkan kepercayaan tentang proses persalinan terhadap sebuah system yang sebenarnya tidak bekerja untuk kebaikan kita namun untuk kebaikan diri mereka sendiri. Inilah sebabnya mengapa Anda perlu menganalisa untuk segala sesuatu yang dikatakan, di informasikan.
Sejenak saya jadi ingat kata-kata sahabat saya yang mengatakan bahwa untyk merubah seseorang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain disakiti, ditakut-takuti dan di motivasi namun tampaknya yang sering dilakukan adalah cara yang pertama dan kedua. Kadang pasien di tempatkan dalam situasi yang menakutkan yang mana seolah-olah tidak ada pilihan.
Semoga ini tidak terjadi di Negara kita, atau mungkin sudah sering terjadi hanya saja kita menyangkal atau mungkin tidak menyadarinya?
*** Kami Pilih Melahirkan Alami Tanpa Rasa Takut***