
Wasir atau ambeien bukan cuma satu jenis. Gejalanya bisa berbeda-beda tergantung tingkat keparahannya. Ada yang hanya terasa sebagai rasa mengganjal atau sedikit tidak nyaman saat duduk, tapi ada juga yang sampai membuat ibu sulit berjalan, nyeri hebat saat buang air besar, atau bahkan mengganggu tidur.
Di dua artikel sebelumnya (artikel 1) & (artikel 2) kita sudah membahas bahwa wasir adalah kondisi umum yang terjadi saat kehamilan karena pengaruh hormon, tekanan rahim, dan aliran darah balik yang terhambat. Kita juga sudah meluruskan bahwa wasir—meski bikin khawatir—bukan alasan otomatis untuk melahirkan dengan operasi sesar. Bahkan dalam banyak kasus, ibu tetap bisa melahirkan normal dengan aman dan nyaman, asal tahu cara mengelolanya.
Nah, di artikel ketiga ini kita akan masuk lebih dalam: bagaimana sebenarnya tingkatan atau derajat keparahan wasir itu? Bagaimana cara mengenalinya sejak dini? Apa tanda-tanda yang bisa ditangani sendiri, dan kapan kita perlu waspada?
Kenapa ini penting? Karena semakin dini ibu mengenali derajat wasir yang dialaminya, semakin cepat pula langkah pencegahan dan penanganan bisa dilakukan. Ini bukan sekadar tentang mengurangi rasa sakit, tapi juga untuk mencegah komplikasi di masa akhir kehamilan dan saat masa nifas nanti.
Jadi, yuk lanjutkan membaca. Pelan-pelan kita bahas bersama, agar Anda bisa mengenali sinyal tubuh sendiri—tanpa takut berlebihan, tapi juga tanpa mengabaikan hal penting.
Apa Saja Derajat Wasir?
Wasir—khususnya jenis internal—secara klinis dibagi menjadi empat tingkatan berdasarkan derajat keparahan dan seberapa jauh jaringan wasir menonjol keluar dari anus. Klasifikasi ini pertama kali dikembangkan oleh Goligher pada tahun 1955 dan hingga kini masih menjadi acuan utama dalam panduan diagnosis dan penatalaksanaan hemoroid.
Penelitian oleh Rivadeneira et al. yang dimuat dalam Diseases of the Colon & Rectum (2017) menegaskan bahwa klasifikasi Goligher sangat berguna untuk menentukan pilihan terapi yang tepat, mulai dari terapi konservatif hingga tindakan operatif.
Mari kita bahas satu per satu:
✅ Derajat I – Masih di dalam, belum keluar
Wasir derajat I masih berada sepenuhnya di dalam rektum dan tidak menonjol ke luar anus, bahkan saat mengejan.
Gejala umum: perdarahan ringan saat BAB, biasanya berupa darah merah segar yang terlihat pada tisu atau permukaan tinja. Kadang disertai rasa tidak nyaman atau sensasi “ada yang ganjal” di dalam. Biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, karena lokasi wasir berada di area yang minim saraf nyeri (zona hemoroidalis atas).
Menurut studi oleh Lohsiriwat (2015), sekitar 40–50% kasus wasir pada ibu hamil termasuk dalam derajat I, dan sebagian besar bisa membaik dengan perbaikan gaya hidup saja.
Penanganan:
-
Pola makan tinggi serat (buah, sayur, whole grain)
-
Minum air putih minimal 2 liter per hari
-
Olahraga ringan seperti jalan kaki atau yoga
-
Hindari mengejan keras dan kebiasaan duduk terlalu lama di toilet
✅ Derajat II – Keluar saat BAB, tapi masuk sendiri
Pada derajat ini, wasir menonjol ke luar saat mengejan (misalnya saat BAB), tetapi bisa kembali masuk sendiri tanpa bantuan.
Gejala umum: perdarahan ringan, rasa gatal di anus, atau nyeri ringan setelah duduk terlalu lama. Ibu biasanya mulai merasa tidak nyaman secara fisik dan emosional karena benjolan sesekali terasa muncul.
Studi dari Cheetham et al. (Colorectal Disease, 2016) menyebutkan bahwa derajat II adalah jenis wasir paling sering ditemukan pada pasien rawat jalan, termasuk pada ibu hamil dan menyusui.
Penanganan:
Selain langkah-langkah pada derajat I, bisa ditambahkan:
-
Sitz bath: merendam bokong dalam air hangat selama 10–15 menit, 2–3 kali sehari
-
Salep topikal atau supositoria (berbasis witch hazel, hydrocortisone ringan, atau lidokain, dengan izin tenaga medis)
-
Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan rasa terbakar
✅ Derajat III – Keluar dan harus didorong masuk
Wasir keluar saat mengejan dan tidak bisa masuk kembali sendiri, tetapi masih bisa didorong masuk secara manual dengan jari.
Gejala: benjolan tampak jelas di luar anus, nyeri sedang hingga berat, perih saat BAB, bisa disertai lendir dan kadang sulit bersih setelah BAB.
Dalam penelitian oleh Rivadeneira et al. (2017), kasus wasir derajat III sering memerlukan terapi intervensi, meskipun penanganan konservatif masih dapat dicoba terlebih dahulu selama kehamilan.
Penanganan: