Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth KETUBAN PECAH DINI

KETUBAN PECAH DINI

0
KETUBAN PECAH DINI

2. Gerakan Janin Menurun atau Tidak Terasa

Setelah ketuban pecah, sangat penting untuk memantau aktivitas janin secara rutin. Normalnya, janin bergerak minimal 10 kali dalam 2 jam saat ibu dalam keadaan tenang. Jika ibu:

  • Merasa janin bergerak lebih pelan dari biasanya

  • Tidak merasakan gerakan sama sekali dalam waktu lama

  • Hanya merasakan “denyut kecil” tapi tidak ada pergerakan aktif

Maka ini bisa menjadi tanda bahwa janin mengalami stres atau kekurangan oksigen. Segera lakukan pemeriksaan CTG atau USG untuk memastikan kesejahteraan janin.

3. Oligohidramnion Berat (Ketuban Sangat Sedikit)

Saat cairan ketuban terus keluar tetapi tidak digantikan oleh tubuh, bisa terjadi oligohidramnion—yaitu kondisi di mana jumlah air ketuban terlalu sedikit. Dampaknya:

  • Janin bisa kesulitan bergerak

  • Tali pusat bisa tertekan (umbilical cord compression)

  • Proses persalinan berisiko stagnan atau penuh intervensi

Kondisi ini biasanya diketahui lewat pemeriksaan USG. Jika jumlah ketuban sangat sedikit (AFI <5), dan janin belum menunjukkan tanda-tanda persalinan spontan, intervensi bisa dipertimbangkan.

4. Riwayat Komplikasi Kehamilan atau Kondisi Medis Tertentu

Pada ibu dengan riwayat atau kondisi berikut, PROM memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati:

  • Kehamilan kembar

  • Preeklamsia

  • Riwayat SC dengan insersi plasenta rendah

  • Plasenta previa, diabetes, hipertensi kronik

  • Riwayat bayi lahir prematur, pertumbuhan janin terhambat (IUGR)

Pada kelompok ini, meskipun belum ada tanda infeksi atau kontraksi, penantian harus lebih terstruktur, sering kali disertai observasi ketat di fasilitas medis.

Jika Tidak Ada Tanda Risiko di Atas?

✅ Jika:

  • Cairan ketuban bening, tidak bau

  • Ibu sehat, tidak demam

  • Gerakan janin aktif

  • Tidak ada VT sejak ketuban pecah

  • Posisi janin sudah engaged

  • Dan kehamilan sudah mencapai ≥37 minggu

…maka menunggu kontraksi alami adalah pilihan yang aman dan fisiologis. Penantian ini harus disertai pemantauan mandiri yang baik, seperti: