Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth “Ketuban Pecah Duluan, Haruskah Panik?!”

“Ketuban Pecah Duluan, Haruskah Panik?!”

0
“Ketuban Pecah Duluan, Haruskah Panik?!”

VT atau pemeriksaan dalam adalah prosedur di mana tenaga kesehatan memasukkan dua jari ke dalam vagina untuk menilai:

  • Pembukaan serviks
  • Posisi dan penurunan kepala janin
  • Konsistensi dan arah serviks

Namun, setiap kali VT dilakukan, ada risiko masuknya bakteri dari luar ke dalam rahim, terutama setelah ketuban pecah, karena tidak ada lagi “barrier pelindung” antara rahim dan dunia luar.

⚠️ VT Dianggap Sering Jika…

Menurut berbagai sumber kebidanan dan panduan praktik klinis:

Bukti Ilmiah dan Rekomendasi:

  1. WHO (2018) dalam panduan Intrapartum Care menyatakan:
    “Vaginal examinations should be performed at intervals of not less than 4 hours in active labour, unless there is a specific indication.”
  2. Cochrane Review (Gülmezoglu et al., 2017) menyimpulkan:
    “Frequent vaginal examinations after rupture of membranes increase the risk of maternal infection, especially chorioamnionitis.”
  3. ACOG (2020) Practice Bulletin No. 217 menyarankan:
    “Minimizing the number of digital examinations after membrane rupture is important to reduce the risk of ascending infection.”

Kapan VT Diperlukan?

VT hanya dianjurkan jika:

  • Ada perubahan signifikan pada pola kontraksi (misalnya sudah konsisten tiap 5 menit)
  • Ibu merasa ingin mengejan atau ada tekanan besar di rektum
  • Penilaian ulang pembukaan dibutuhkan untuk pengambilan keputusan (misalnya sebelum pemberian intervensi)
  • Kondisi janin berubah dan perlu dipastikan posisi

✋ Kapan VT Harus Ditunda atau Dihindari?

  • Setelah PROM, hindari VT apapun selama kondisi ibu dan janin stabil.
  • Jika ketuban sudah pecah tapi belum ada kontraksi aktif, dan tidak ada tanda-tanda risiko: VT bisa ditunda sampai benar-benar dibutuhkan.
  • Informed consent: Setiap VT harus dengan izin ibu, dan diberi tahu tujuannya.

Penutup dan Tips untuk Klien:

“Lebih banyak VT ≠ lebih baik. Justru setelah ketuban pecah, VT yang tidak perlu bisa membuka pintu infeksi bagi ibu dan bayi.”

Tips:

  • Tanyakan pada provider: “Apa alasan VT ini dilakukan sekarang?”
  • Minta agar VT dilakukan oleh satu orang yang sama jika mungkin, dengan sarung tangan steril.
  • Jika tidak nyaman atau tidak ingin VT saat itu, Anda berhak menolak dan meminta opsi observasi lain (gerak janin, suhu tubuh, CTG).

✅ 7. Posisi Kepala Janin

Sumber: Simkin’s Labor Progress Handbook, WHO 2020

Mengapa Kepala Belum Masuk Panggul Penting?

Jika kepala janin belum masuk panggul saat ketuban pecah:

  • Tidak ada “penutup alami” di pintu masuk rahim (os uteri).
  • Ini membuka risiko tali pusat menumbung (prolaps) — kondisi gawat darurat yang dapat menghentikan aliran oksigen ke bayi.
Jadi, Apa yang Bisa Klien Lakukan Sambil Menunggu?

✅ 1. Pantau Kondisi dengan Teliti

Jika gerakan janin mendadak berkurang setelah ketuban pecah, segera ke RS.

✅ 2. Istirahat di Posisi Miring atau Setengah Duduk

  • Hindari berdiri lama atau jalan tanpa pengawasan saat kepala belum masuk panggul.
  • Gunakan posisi miring ke kiri, atau setengah duduk (reclining) dengan bokong lebih tinggi dari kepala janin.
  • Jika curiga tali pusat turun atau terasa ada tekanan abnormal, segera ambil posisi lutut–dada (knee–chest)sambil menunggu ambulans atau transportasi.

✅ 3. Lakukan Gerakan atau Posisi untuk Membantu Kepala Masuk Panggul

Berikut kombinasi praktik PGY (Prenatal Gentle Yoga) dan pendekatan Spinning Babies® yang dapat membantu:

a. Creating Space (Membuka Ruang)

  • Open Knee Chest: pinggul diangkat, dada rendah → mengurangi tekanan bayi → bantu reposition
  • Side-lying Release (Spinning Babies®): miring ke samping, satu kaki digantung → membuka inlet panggul
  • Child’s Pose dengan Variasi: mengendurkan otot-otot psoas dan ligamentum sakrouterina

b. Melemaskan Otot & Fascia Penahan

  • Forward Leaning Inversion (FLI) – dilakukan dengan bimbingan
  • Stretching pinggul dan punggung bawah (seperti Cat-Cow) → membuka sakrum

c. Gunakan Gravity + Props

  • Duduk di birthing ball sambil memutar panggul
  • Naik-turun tangga dengan posisi miring
  • Squat terbuka ringan hanya jika kepala sudah lebih turun dan tidak floating (atas pengawasan bidan)

✅ 4. Stimulasi Hormon Oksitosin Alami

✅ 5. Minta Support: Jangan Sendiri

  • Sampaikan kondisi pada bidan/dokter walau belum ke RS.
  • Konsultasikan: “Kepala belum masuk, ketuban pecah, saya ingin observasi dan bantu optimalisasi posisi bayi.”
    • Gunakan waktu tunggu untuk memantau dengan cermat dan menciptakan kondisi optimal agar bayi masuk panggul sendiri dan kontraksi muncul alami.
      Buat birth plan darurat jika kondisi berubah (misal: jika ada prolaps, langsung tindakan). KesimpulanJika kepala belum masuk panggul setelah ketuban pecah, maka:

      • Jangan langsung mobilisasi bebas seperti squat atau jalan jauh.
      • Fokus pada membuka ruang, merilekskan tubuh, dan posisi aman.

Kesimpulan: Kapan Menunggu dan Kapan Harus Bergerak?

Berapa Lama Boleh Menunggu di Rumah Setelah Ketuban Pecah Dini (PROM)? Rangkuman Praktis:

  • 12–24 jam: Aman untuk observasi di rumah jika tidak ada tanda infeksi, janin aktif, dan ibu merasa sehat.
  • Hingga 72 jam: Masih mungkin dilakukan observasi (expectant management) jika pemantauan ketat tersedia, tidak ada intervensi invasif, dan kondisi ibu-bayi stabil.

Apa Kata Penelitian?

  1. 95% ibu akan masuk persalinan spontan dalam 24–72 jam setelah PROM

Rachel Reed (2021) dalam blognya merujuk pada pengalaman klinis dan studi observasional:“Most women (95%) will go into labour within 24–72 hours after their waters break.”

  1. Cochrane Review (Hannah et al., 1996):
  • Studi besar tentang PROM cukup bulan membandingkan:
    • Induksi segera vs menunggu (expectant management).
  • Hasil:
    • Tidak ada perbedaan bermakna dalam angka kematian bayi.
    • Infeksi neonatal sedikit lebih rendah pada kelompok induksi, tapi hanya pada studi berkualitas rendah.
    • Infeksi uterus pada ibu meningkat 1% pada kelompok expectant, tetapi dapat ditangani jika terdeteksi dini.

Referensi:
Hannah ME, et al. (1996). Management of Term Prelabour Rupture of the Membranes. NEJM.
DOI: 10.1056/NEJM199604253341701

  1. WHO (2018, 2020):

“Induction of labour is not necessarily required immediately after PROM at term in the absence of infection or other complications.”

  • WHO mendukung pendekatan observasi (expectant management) selama pemantauan yang aman tersedia.
  • Rekomendasi ini berlaku pada kehamilan cukup bulan dan tidak ada infeksi atau faktor risiko lain.

Referensi:
WHO Recommendations: Intrapartum Care for a Positive Childbirth Experience (2018).
https://www.who.int/publications-detail-redirect/9789241550215

  1. ACOG (American College of Obstetricians and Gynecologists):
  • ACOG Practice Bulletin No. 217 (2020):
    • “For term PROM, expectant management up to 24 hours is reasonable in the absence of signs of infection.”
    • Antibiotik tidak perlu langsung diberikan, kecuali ada faktor risiko atau intervensi VT berulang.

Referensi:
ACOG Practice Bulletin No. 217: Prelabor Rupture of Membranes. Obstetrics & Gynecology.
DOI: 10.1097/AOG.0000000000004081 Tabel Panduan Waktu Menunggu Berdasarkan Kondisi:Kenapa Ini Penting?Karena jika tidak disertai infeksi atau risiko obstetrik lain, PROM bukan kegawatdaruratan otomatis. Terlalu dini melakukan induksi atau pemberian antibiotik tanpa indikasi dapat:

    • Memicu intervensi berantai (cascade of intervention): induksi → nyeri hebat → epidural → labor protracted → SC.
    • Meningkatkan risiko gangguan menyusui dan masalah kolonisasi mikrobiota bayi.
    • Mengurangi kemungkinan ibu mengalami persalinan fisiologis yang positif dan minim trauma.

Referensi Tambahan:

      • Reed, R. (2021). Prelabour Rupture of Membranes. RachelReed.website
      • Middleton, P., Shepherd, E., Flenady, V., McBain, R. (2017). Antibiotics for prelabour rupture of membranes at or near term. Cochrane Database of Systematic Reviews.
        DOI: 10.1002/14651858.CD001807.pub3
      • Odent, M. (2013). The Birth of Homo, the Marine Chimpanzee. Pinter & Martin.
      • Gaskin, I.M. (2003). Ina May’s Guide to Childbirth. Bantam Books.
      • Simkin, P., et al. (2017). Labor Progress Handbook. Wiley-Blackwell.