
-
Risiko ketuban pecah sebelum kontraksi (PROM) menjadi lebih tinggi.
-
Bila tidak ditangani secara fisiologis, ini bisa mengarah ke intervensi berantai (cascade of intervention): ketuban pecah → belum kontraksi → induksi → risiko ruptur uteri meningkat.
-
Ibu kehilangan kesempatan menunggu proses alami yang lebih aman dan lembut untuk tubuh dan janin.
Referensi:
-
ACOG Bulletin 184 (2017). VBAC Guidelines
-
Bujold, E. et al. (2010). The Risk of Uterine Rupture with VBAC and Scar Integrity
-
Reed, R. (2021). Prelabour Rupture of Membranes
-
Simkin, P., & Ancheta, R. (2017). Labor Progress Handbook
2. Mobilitas Terbatas, Ketegangan Otot, dan Kurangnya Body Awareness
Fenomena di Lapangan:
Banyak ibu hamil dengan riwayat operasi sesar (VBAC) menunjukkan pola gerak yang terbatas selama trimester akhir. Hal ini seringkali bukan karena kondisi medis, melainkan karena ketakutan yang dibentuk oleh mitos atau saran yang tidak berbasis fisiologi, seperti:
“Nanti kalau terlalu aktif, rahimnya bisa robek.”
Akibatnya, ibu:
-
Menghindari gerakan membungkuk, jalan jauh, atau posisi jongkok
-
Enggan mengikuti kelas prenatal yoga atau body movement
-
Lebih banyak menghabiskan waktu dalam posisi duduk atau rebahan
-
Tidak menyadari pentingnya postur tubuh, kelenturan panggul, dan ruang dalam rahim
Implikasi Biomekanis:
Tubuh ibu hamil terus berubah, dan postur serta gerakan harian memainkan peran besar dalam penurunan kepala janin (engagement). Saat ibu kurang gerak atau posturnya tidak optimal, sejumlah ketegangan jaringan dapat muncul:
Akibatnya:
-
Janin sulit engage karena ruang panggul bagian atas tertutup atau tidak fleksibel
-
Posisi janin sering tidak optimal (misal: oblique, floating, posterior)
-
Tekanan cairan ketuban tidak tertahan oleh kepala janin → tertumpuk di segmen bawah rahim dan serviks
-
Memicu ketuban pecah dini, terutama jika ditambah intervensi seperti VT atau sweeping
Referensi biomekanik:
-
Simkin & Ancheta, Labor Progress Handbook
-
Spinning Babies® (2023). Balance, Gravity, and Movement
-
Calais-Germain & Vives Parés. Preparing for a Gentle Birth: The Pelvis in Pregnancy
3. Intervensi Medis Rutin yang Meningkatkan Risiko KPD
Salah satu penyebab tersembunyi dari meningkatnya kasus ketuban pecah dini (KPD) pada ibu-ibu yang merencanakan VBAC adalah kebiasaan intervensi medis yang dilakukan secara rutin, bahkan tanpa indikasi yang kuat. Praktik-praktik ini sering kali dianggap “biasa saja”, padahal dapat memicu perubahan hormonal dan mekanis pada serviks dan rahim.
Secara tidak sadar, praktik rutin pada kehamilan VBAC justru memicu KPD, seperti:
- Pemeriksaan VT berulang menjelang HPL, tanpa indikasi (sekadar ingin tahu pembukaan)
- Sweeping/stripping membran yang dilakukan untuk “memicu kontraksi” meski tubuh belum siap
- Stimulasi payudara atau akupresur oleh terapis tanpa pemahaman tentang posisi janin
Semua tindakan ini bisa:
- Memicu pelepasan prostaglandin
- Mengiritasi serviks dan dinding rahim
- Meningkatkan risiko ketuban pecah sebelum waktunya
Itulah mengapa WHO, NICE Guidelines, dan praktisi fisiologis seperti Rachel Reed sangat menekankan pentingnya menghindari intervensi yang tergesa-gesa, khususnya pada kehamilan dengan rahim bekas luka. Intervensi hanya seharusnya dilakukan jika ada indikasi jelas, bukan karena rutinitas protokol. Pendekatan yang menghargai waktu tubuh untuk bersiap secara alami jauh lebih aman dan mendukung keberhasilan VBAC.