Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth mitos mitos yang ada seputar kehamilan

mitos mitos yang ada seputar kehamilan

0
mitos mitos yang ada seputar kehamilan

 

1. Wanita hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang.

Mitos ini sampai saat ini masih sangat kental terutama di budaya masyarakat jawa yang mempercayai bahwa apabila suami tersebut membunuh binatang, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu. Walaupun itu cuma takhayul saja. Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan.selain itu bagi orang dengan kepribadian yang sensitive dan pemikir, hal ini kadang bisa menjadi sugesti negative bagi sang ibu sendiri, untuk itu lebih baik jauhi perbuatan membunuh binatang.

2. Dilarang menutup lubang-lubang

Kabarnya apabila saat hamil ibu menutup lubang-lubang maka ini akan menyulitkan proses persalinan.

Faktanya; Sulitnya persalinan tentu saja bukan ditentukan hal itu. Karena proses persalinan tergantung pada 3P (power, passage, passanger). Proses persalinan bisa berjalan lancar jika ketiga komponen tersebut dalam kondisi baik. Ukuran bayi (passanger) tak terlalu besar agar bisa melalui jalan lahir (passage). Didukung oleh konstraksi (power) yang teratur dan efektif sehingga mampu membuka jalan lahir.

3. Ibu hamil harus memakai tali/benang warna hitam melingkari perut di atas rahim

Ini tujuannya adalah agar bayi dalam kandungan tak naik lagi letaknya sehingga proses persalinan bisa berjalan lancar.

Faktanya; harus dipahami dengan jelas, bahwa letak bayi mengalami tahapan-tahapan. Kepalanya akan masuk ke rongga panggul menjelang dan pada saat proses persalinan. Jadi mitos itu sama sekali tidak benar.

4. Ibu hamil disarankan memasang “senjata” pada pakaian dalam.

“senjata” yang dibawa seperti kantung kecil bersisi paku atau bawang putih gunting kecil atau pisau kecil agar janin terhindar dari marabahaya.

Faktanya; pada dasarnya tidak ada hubungan antara kesejahteraan janin dengan “senjata” yang bibawa ibu. Karena kesejahteraan janin tergantung dari asupan gizi, juga aspek fisik maupun psikologis si ibu. Namun dalam ilmu hypnosis senjata yang dipasang di pakaian dalam sebenarnya merupakan sarana untuk affirmasi agar si ibu dan jabang bayi sehat dan selamat. Namun di jaman modern hal ini sudah tidak relevan lagi karena pada dasarnya sugesti dan affirmasi bisa diucapkan dan bisa di niatkan dari dalam hati.

5. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit tali pusar.

Ini adalah sangat tidak relevan karena tak ada kaitan antara handuk di leher dengan bayi yang berada di rahim. Penjelasan secara ilmiah pada kasus lilitan tali pusar adalah saat usia kandungan berumur sebelum 8 bulan, umumnya kepala janin belum memasuki bagian atas panggul. Saat itu ukuran bayi relatif masih kecil dan jumlah air ketuban banyak sehingga memungkinkan bayi terlilit tali pusar. Penyebab lain adalah tali pusar yang panjang dapat menyebabkan bayi terlilit. Rata-rata panjang tali pusar bayi mencapai 50/60cm. Dikatakan panjang, jika melebihi dari 100cm dan pendek jika berukuran kurang dari 30cm. Masalah ini tidak dapat dipandang remeh, karena tali pusar yang melilit bayi terkadang juga dapat menyebabkan bayi meninggal. Lilitan tali pusar berulang-ulang ke satu arah, biasanya terjadi pada trisemester pertama atau kedua.

Hal ini menyebabkan arus darah dari ibu ke janin melalui talo pusar tersumbat total. Sebab pada usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih dapat bergerak dengan leluasa. Lilitan tali pusar dapat melilit dengan erat, dan hal tersebutlah yang menyebabkan kompresi tali pusar yang berakibat janin kekurangan oksigen.

Agar dapat terdeteksi lebih dini, hal pertama yang harus anda lakukan adalah melalui pemeriksaan teratur dengan bantuan USG. Untuk melihat apakah ada tanda-tanda bayi terlilit tali pusar

6. Harus diadakan Upacara 7 Bulanan agar persalinan lancar

Tradisi yang terjadi pada Upacara 7 bulanan, calon ibu dan calon ayah diminta meloloskan ikan/belut melalui kain sarung yang dikenakan ibu. Jika ikan/belut keluar dengan lancar (tak menyangkut), pertanda persalinan bakal lancar. Tentu saja itu tak benar. Karena lancar-tidaknya sebuah proses persalinan tergantung pada berat janin, tenaga mengejan si ibu, dan jalan lahir. Dan tak kalah pentingnya adalah kondisi psikologis si ibu juga sangat berpengaruh dengan lancer dan tidaknya proses persalinan. Jika semuanya saling mendukung, maka proses persalinan pasti lancar.

7. Jika mengendurkan semua tali yang ada di rumah, persalinan akan berjalan lancar. Yang benar, jika ibu menggunakan pakaian longgar (tanpa tali-tali yang mengikat), ia akan merasa lebih nyaman. Sehingga kenyamanan tersebut membuatnya bisa rileks menjalani kehamilan dan menyambut kelahiran.