Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth OPERASI SESAR; INDIKASI & EFEK SAMPING yang ANDA HARUS TAHU!

OPERASI SESAR; INDIKASI & EFEK SAMPING yang ANDA HARUS TAHU!

0
OPERASI SESAR; INDIKASI & EFEK SAMPING yang ANDA HARUS TAHU!

Menurut WHO (2025), Operasi Sesar merupakan Operasi Perut Besar yang Paling Sering Dilakukan di Dunia dan Angka persalinan dengan operasi sesar terus meningkat:

  • Tahun 1990: 6% ibu melahirkan lewat SC
  • Tahun 2018: 21%
  • Diperkirakan tahun 2030: mencapai 30%

Artinya: sekitar 38 juta perempuan akan melahirkan dengan operasi sesar pada tahun 2030, dan 88% dari operasi itu akan terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (seperti Indonesia).

⚠️ Risiko Operasi Sesar Tidak Sebatas Hari Ini

Meski sering dianggap “aman” dan “praktis”, operasi sesar adalah prosedur kompleks yang mencakup:

  • Tindakan pra operasi (misalnya anestesi, pemasangan infus, dll)
  • Tindakan selama operasi (sayatan, pengeluaran bayi, penjahitan)
  • Perawatan pasca operasi (pemulihan luka, risiko infeksi, dll)

Sama seperti bedah besar lainnya, SC membawa risiko jangka pendek dan panjang—
yang dapat memengaruhi kesehatan ibu, bayi, bahkan kehamilan-kehamilan berikutnya.

Risiko ini semakin tinggi pada ibu yang tidak punya akses ke perawatan kebidanan menyeluruh atau mendapat intervensi medis yang tidak sesuai standar.

Operasi sesar atau sectio caesarea (SC) sering dianggap sebagai “jalan pintas” untuk melahirkan. Praktis, bisa dijadwalkan, dan terasa aman. Tak jarang, ibu hamil yang belum mendapat edukasi menyeluruh langsung diarahkan ke SC hanya karena alasan yang tidak berbasis bukti—misalnya karena usia, postur tubuh, atau perkiraan berat janin.

Padahal, meskipun menyelamatkan nyawa dalam kondisi darurat, operasi sesar tetaplah sebuah prosedur bedah besaryang membawa sejumlah risiko jangka pendek dan panjang. Risikonya bukan hanya bagi ibu, tapi juga bagi bayi, dan bahkan keluarga secara keseluruhan.

  1. Risiko Fisik bagi Ibu

Sebagai prosedur bedah besar, operasi sesar melibatkan sayatan di dinding perut dan rahim. Ini membuka potensi komplikasi medis, antara lain:

⚠️ Risiko Jangka Pendek (Pasca Operasi)

  • Infeksi luka operasi (endometritis, infeksi kulit atau jaringan dalam)
  • Pendarahan pasca SC (kadang butuh transfusi)
  • Nyeri pasca operasi yang berkepanjangan
  • Gangguan mobilitas awal (ibu lebih lama pulih, sulit menyusui dini)
  • Risiko anestesi (reaksi alergi, hipotensi, gangguan pernapasan)

⚠️ Risiko Jangka Panjang

  • Adhesi (perlengketan organ) yang bisa menyebabkan nyeri panggul kronis, gangguan pencernaan, hingga masalah kesuburan
  • Plasenta akreta, increta, perkreta pada kehamilan selanjutnya (plasenta menempel terlalu dalam di dinding rahim)
  • Robekan rahim (uterine rupture) di kehamilan selanjutnya
  • Komplikasi pada operasi ulangan, seperti cedera kandung kemih atau usus
  • Kematian maternal lebih tinggi pada SC dibanding persalinan normal (WHO, 2015)
  1. Risiko Psikologis bagi Ibu
  • Rasa kehilangan kendali saat melahirkan, apalagi jika SC dilakukan tanpa informed consent yang baik
  • Baby blues atau depresi pasca persalinan lebih tinggi pada ibu SC (terutama jika SC dilakukan mendadak/darurat)
  • Gangguan bonding karena tertundanya IMD atau pisah ruang dengan bayi
  • Trauma lahir (birth trauma) yang dapat membekas bertahun-tahun dan memengaruhi kepercayaan diri di kehamilan selanjutnya

“Banyak ibu merasa tubuhnya rusak atau gagal karena tidak bisa melahirkan ‘normal’ bahkan banyak ibu yang berfikir bahwa dia belum seutuhnya menjadi ibu karena belum melahirkan normal alami — padahal tubuhnya tidak gagal. Sistemlah yang sering tidak memberi ruang.”

  1. Risiko Bagi Janin/Bayi
  • Gangguan transisi pernapasan (karena tidak mengalami tekanan alami dari jalan lahir)
  • Risiko TTN (Transient Tachypnea of the Newborn) – napas cepat karena cairan paru belum keluar sempurna
  • Gangguan IMD dan menyusui dini karena pisah ruang atau efek obat
  • Risiko prematur iatrogenik – bayi dilahirkan terlalu cepat karena salah hitung usia kehamilan
  • Cedera saat operasi (misal: sayatan pada kulit bayi secara tidak sengaja – meskipun jarang)
  1. Dampak Ekonomis bagi Keluarga: Tak Hanya Soal Uang, Tapi Waktu dan Tenaga

Banyak yang mengira bahwa karena operasi sesar bisa ditanggung BPJS, maka tidak ada beban ekonomi. Tapi sesungguhnya, biaya langsung hanyalah satu sisi dari cerita besar yang jarang dibahas:

Biaya Langsung (Langsung Terkait Prosedur Medis)

  • Memang benar, BPJS menanggung biaya operasi sesar, namun:
    • Tidak semua fasilitas atau dokter favorit ibu menerima BPJS.
    • Jika terjadi komplikasi (seperti pendarahan atau infeksi), biaya tambahan bisa tetap muncul.
  • Tambahan kebutuhan medis seperti:
    • Obat pereda nyeri lanjutan di rumah
    • Vitamin pemulihan luka
    • Salep atau perban khusus
    • Perawatan NICU jika bayi lahir prematur atau mengalami gangguan pernapasan (TTN)

➡️ Dalam beberapa kasus, keluarga tetap harus mengeluarkan dana pribadi untuk menutupi kebutuhan non-medis yang tidak ditanggung BPJS, seperti doula, konseling psikologis, atau pendamping laktasi.

Biaya Tidak Langsung (Sumber kerepotan utama pasca operasi)

Waktu Pemulihan Ibu Lebih Lama

  • Setelah SC, ibu tidak bisa langsung bangun dan bergerak bebas seperti pada persalinan pervaginam.
  • Aktivitas dasar seperti menyusui, gendong bayi, atau sekadar ke kamar mandi bisa terasa sangat menyakitkan.
  • Pemulihan penuh butuh waktu berminggu-minggu hingga bulanan.

Suami atau Pendamping Harus Cuti Lebih Lama

  • Karena ibu terbatas secara fisik, maka beban domestik, mengurus bayi, dan perawatan luka sering jatuh ke suami, orang tua, atau asisten rumah tangga—yang semuanya berdampak ekonomi.
  • Jika suami bekerja harian atau tanpa cuti dibayar, ini berarti pendapatan keluarga bisa turun.

Beban Emosional & Biaya Psikologis

  • Banyak ibu mengalami trauma pasca operasi, terutama jika SC dilakukan mendadak atau tanpa edukasi.
  • Ini bisa berdampak pada kualitas bonding, semangat menyusui, hingga kepercayaan diri ibu.
  • Biaya terapi atau konseling, jika diperlukan, tentu tidak ringan—dan belum tentu ditanggung BPJS.

Contoh Kasus Nyata yang Terjadi:

“Saya SC gratis pakai BPJS, tapi pulangnya malah bingung. Harus beli salep luka, vitamin, bayar orang jaga bayi karena saya nggak bisa banyak gerak, suami juga jadi cuti seminggu nggak digaji.”
— Testimoni seorang ibu dua anak di Klaten.

Operasi sesar memang bisa menyelamatkan jiwa—saat memang dibutuhkan.
Namun jika dilakukan tanpa indikasi medis yang tepat, maka yang terjadi adalah:

  • Biaya terselubung yang tak tampak di tagihan rumah sakit,
  • Beban kerja berlipat bagi keluarga,
  • Penurunan kualitas pemulihan ibu,
  • Dan trauma emosional yang memengaruhi perjalanan menjadi ibu secara utuh.

➡️ Edukasi adalah kunci utama agar ibu bisa membuat keputusan yang sadar, bukan sekadar pasrah.

saya coba jelaskan dengan lebih detail disertai dengan alurpikir supaya Anda bisa memahami dengan lebih jelas ya, karena banyak yang mengira bahwa sesar adalah solusi “aman, praktis dan cepat” untuk melahirkan.
Tapi jarang yang diajak berpikir: setelah operasi itu, apa yang terjadi pada ibu, bayi, keluarga, bahkan masa depan emosional dan psikologis mereka?

Karena yang terjadi bukan hanya lahirnya bayi dari perut—tetapi juga lahirnya:

  • Luka fisik yang harus dipulihkan
  • Luka emosi yang belum tentu disadari
  • Tantangan dalam merawat bayi di masa awal
  • Keseimbangan hormon yang terganggu
  • Dan proses menjadi ibu yang terputus dan penuh PR
  1. Dampak FISIK: Luka yang Tak Terlihat Mata
  • Operasi sesar adalah bedah besar di rongga perut dan rahim — bukan prosedur ringan.
  • Setelah SC, ibu harus menghadapi:
    • Nyeri di perut bawah dan luka bekas jahitan
    • Sulit bergerak, duduk, atau berdiri sendiri
    • Tantangan menyusui dini (karena terbatasnya mobilitas)
    • Gangguan tidur akibat nyeri dan posisi menyusui yang tidak nyaman

➡️ Akibatnya: Pemulihan tubuh menjadi lebih lama, sehingga ibu lebih cepat lelah, lebih mudah stres, dan tidak bisa sepenuhnya hadir secara utuh di hari-hari awal kehidupan bayi.

  1. Dampak PSIKOLOGIS: Luka yang Sering Diabaikan
  • Banyak ibu SC merasa “gagal” menjadi ibu karena tidak bisa melahirkan “normal”.
  • Perasaan kehilangan kendali saat lahir → membuat ibu merasa pasrah dan tak berdaya.
  • Efek trauma dari pengalaman medis yang cepat, invasif, dan tanpa edukasi.
  • IMD (Inisiasi Menyusu Dini) sering tertunda atau tidak dilakukan → bonding emosional terganggu.

➡️ Akibatnya:

  • Ibu cenderung cemas berlebihan terhadap bayi.
  • Rentan mengalami baby blues atau postpartum depression.
  • Merasa asing dengan bayinya sendiri.
  • Menolak tubuhnya karena luka dan rasa sakit yang bertahan lama.
  1. Dampak terhadap HUBUNGAN dan PARENTING
  • Proses bonding yang tertunda berisiko memengaruhi:
    • Keterikatan emosional ibu-anak
    • Sensitivitas ibu terhadap kebutuhan bayi (termasuk sinyal lapar, lelah, butuh dipeluk)
  • Ibu yang kelelahan atau belum pulih emosinya → lebih mudah frustrasi saat bayi menangis terus
  • Peran ayah sering bingung: apakah harus jadi caregiver penuh, atau mundur?

➡️ Akibatnya: Kualitas hubungan suami-istri dan hubungan orang tua-anak bisa ikut terganggu.

  1. Dampak terhadap TUMBUH KEMBANG BAYI dan Kesehatan Mental Ibu
  • Hormon oksitosin dan endorfin yang mendukung regulasi emosi dan sistem imun bayi keluar optimal saat proses lahir alami → pada SC, ini bisa terhambat.
  • Bayi yang tidak mengalami tekanan jalan lahir cenderung:
    • Memiliki masalah pernapasan awal (TTN)
    • Lebih mudah kolik
    • Sulit menyusu
  • Ibu yang trauma dan belum pulih → berdampak pada kualitas interaksi sehari-hari dengan bayi
    → Padahal, interaksi awal adalah fondasi perkembangan emosional dan sosial bayi.

➡️ Efek jangka panjangnya: Gangguan regulasi emosi, pola tidur tidak stabil, bahkan kecenderungan masalah atensi dan perilaku di usia sekolah (riset: Birth-related PTSD in mothers & child behavior outcomes, Ayers et al.)

  1. Dampak JANGKA PANJANG bagi KEHAMILAN dan KEHIDUPAN SELANJUTNYA
  • SC meningkatkan risiko kehamilan berikutnya, seperti:
    • Plasenta akreta (plasenta menempel terlalu dalam)
    • Robekan rahim
    • SC ulang yang makin rumit
  • Beban ekonomi bertambah:
    • Pemulihan panjang = butuh cuti atau bantuan pihak ketiga
    • Biaya terapi luka dan psikologis
    • Biaya perawatan bayi jika ada komplikasi

➡️ Ini bukan hanya memengaruhi satu momen kelahiran, tapi bisa mengubah arah seluruh perjalanan hidup ibu dan keluarganya.

Operasi Sesar Bukan Akhir, Tapi Awal dari Banyak Proses Pemulihan

SC bukanlah pilihan yang salah—jika memang dibutuhkan.
Tapi saat dilakukan tanpa pertimbangan matang dan tanpa pendampingan pasca lahir,
maka ia menjadi pintu dari berbagai luka fisik, psikis, dan relasional yang butuh disadari dan dipulihkan.