
Berarti sebenarnya seorang ibu harus mengerti dengan jelas apa saja INDIKASI OPERASI SESAR sebelum memutuskan untuk melakukan OPERASI SESAR kan?
tidak memungkinkan atau berisiko tinggi menimbulkan komplikasi serius bagi ibu, janin, atau keduanya. Dalam praktik obstetri, keputusan untuk melakukan SC didasarkan pada indikasi medis, bukan preferensi semata (kecuali elective cesarean by request).
Indikasi ini dibagi menjadi dua kelompok besar:
Indikasi Absolut Operasi Sesar (SC): Ketika Persalinan Normal Tidak Bisa Dilakukan Sama Sekali
Indikasi absolut adalah kondisi medis darurat atau mutlak yang membuat persalinan pervaginam tidak mungkin dilakukan, karena akan membahayakan nyawa ibu, janin, atau keduanya. Pada kasus ini, operasi sesar bukan pilihan—tapi keharusan.
Namun, dalam praktik lapangan, indikasi absolut ini jumlahnya sangat sedikit. WHO menyebut hanya sekitar 10–15% dari semua kelahiran yang benar-benar membutuhkan operasi sesar demi keselamatan.
1. Plasenta Previa Totalis
Definisi medis:
Plasenta menutupi seluruh jalan lahir (ostium uteri internum), sehingga bayi tidak mungkin keluar lewat vaginatanpa memicu perdarahan hebat.
Risiko:
- Pendarahan masif saat pembukaan jalan lahir → mengancam nyawa ibu dan bayi.
- Tidak ada ruang aman bagi kepala janin untuk turun ke jalan lahir.
Realitas di lapangan:
- Plasenta previa sering bisa dideteksi sejak trimester 2 lewat USG transvaginal.
- Namun, banyak ibu tidak diberi penjelasan cukup tentang jenis previa-nya (totalis vs parsialis), dan langsung dijadwalkan SC bahkan ketika plasenta masih bisa bermigrasi seiring rahim membesar.
⚠️ Catatan penting: plasenta previa totalis adalah indikasi absolut, tapi previa parsialis atau letak rendah tidak selalu SC jika tidak perdarahan dan bisa dipantau.
2. Letak Lintang Tetap (Transverse Lie)
Definisi medis:
Janin melintang (posisi horizontal di rahim) dan tidak bisa masuk panggul, sehingga persalinan normal tidak bisa dilakukan.
Risiko:
- Tidak ada bagian tubuh bayi yang bisa menekan serviks secara aman.
- Jika ketuban pecah dalam kondisi ini, risiko prolaps tali pusat dan rupture uterus sangat tinggi.
Realitas di lapangan:
- Banyak kasus letak lintang dapat dikoreksi sebelum persalinan dengan teknik alami seperti mova, posisi miring, atau ECV (external cephalic version).
- Namun tidak sedikit yang langsung dijadwalkan SC tanpa edukasi atau usaha koreksi.
3. Prolaps Tali Pusat (Cord Prolapse)
Definisi medis:
Tali pusat turun duluan dan keluar ke vagina sebelum kepala janin → tali terjepit antara janin dan panggul ibu.
Risiko:
- Sirkulasi oksigen ke janin bisa berhenti total dalam hitungan menit.
- Kondisi ini darurat dan mengancam nyawa janin secara instan.
Realitas di lapangan:
- Bisa terjadi saat ketuban pecah mendadak, terutama pada janin kecil, air ketuban banyak, atau presentasi tidak kepala.
- Tindakan SC harus dilakukan segera, biasanya dalam waktu <30 menit.
4. Ruptur Uteri (Robekan Rahim)
Definisi medis:
Rahim robek sebagian atau seluruhnya, biasanya pada bekas luka operasi sebelumnya yang tidak kuat menahan kontraksi.
Risiko:
- Janin bisa terlempar keluar rongga rahim ke peritoneum.
- Kehilangan darah masif, risiko kehilangan rahim, dan kematian ibu-bayi.
Realitas di lapangan:
- Ruptur uteri jarang sekali terjadi secara spontan, terutama pada VBAC dengan sayatan bawah transversal.
- Namun, sering dijadikan ketakutan yang dilebih-lebihkan untuk mendorong SC elektif, padahal risikonya <1% pada VBAC dengan penilaian yang baik.
5. Disproporsi Sefalopelvik Berat (True CPD)
Definisi medis:
Ketidaksesuaian ukuran antara kepala bayi dengan panggul ibu yang tidak bisa dilalui sama sekali, bahkan dengan kontraksi optimal dan posisi janin ideal.
Risiko:
- Proses persalinan akan macet total.
- Risiko distosia bahu, trauma lahir, atau cedera maternal meningkat drastis.
Realitas di lapangan:
- CPD sangat sering disalahgunakan sebagai “justifikasi” untuk SC dini.
- Diagnosis CPD seharusnya hanya dapat ditegakkan setelah uji coba persalinan aktif (trial of labor) gagal, bukan berdasarkan pemeriksaan jari (VE) saja.
- Banyak ibu dijuluki “panggul sempit” padahal belum diberi kesempatan lahir aktif dan bergerak.
“Sebagian besar kelahiran bisa dilakukan pervaginam dengan aman jika ibu mendapatkan pendampingan berbasis bukti, waktu yang cukup, dan kebebasan bergerak.”
- WHO menyatakan bahwa angka ideal SC nasional seharusnya antara 10–15%, mencerminkan kebutuhan medis sebenarnya.
- Namun di Indonesia, angka SC telah melebihi 20–30% di rumah sakit perkotaan, banyak dilakukan atas nama indikasi “absolut” yang belum tentu valid.
jadi sebenarnya….
✅ Indikasi absolut memang nyata dan menyelamatkan nyawa.
❌ Tapi dalam praktiknya, banyak yang disamaratakan atau dibesar-besarkan.
Maka penting bagi setiap ibu untuk memahami jenis indikasi, mencari second opinion, dan menyusun birth planyang memperjuangkan hak tubuhnya.
Indikasi Relatif Operasi Sesar (SC): Ketika Lahir Normal Masih Mungkin, Tapi…
Indikasi relatif adalah kondisi yang berpotensi membuat persalinan pervaginam lebih berisiko, namun tidak mustahil dilakukan jika ditangani dengan benar, dalam fasilitas yang memadai, dan oleh provider yang kompeten.
Justru pada kasus inilah “gray area” sering muncul—karena keputusan SC bisa sangat dipengaruhi oleh preferensi provider, bukan kondisi klinis murni. Di sinilah pentingnya edukasi, second opinion, dan birth plan.
Berikut daftar indikasi relatif yang umum disampaikan:
1. Presentasi Sungsang (Breech Presentation)
Definisi medis:
Janin tidak berada dalam posisi kepala di bawah (kepala di atas, kaki atau bokong di bawah).