Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth OPERASI SESAR; INDIKASI & EFEK SAMPING yang ANDA HARUS TAHU!

OPERASI SESAR; INDIKASI & EFEK SAMPING yang ANDA HARUS TAHU!

0
OPERASI SESAR; INDIKASI & EFEK SAMPING yang ANDA HARUS TAHU!

Risiko:

  • Kepala bayi (bagian terbesar) keluar paling akhir → risiko terjebak.
  • Bahu dan lengan bisa sulit keluar → distosia.

Realitas di lapangan:

  • Banyak dokter langsung menjadwalkan SC pada kehamilan sungsang tanpa upaya koreksi posisi janin terlebih dahulu.

Padahal, External Cephalic Version (ECV) terbukti efektif mengubah posisi janin (sukses 50–70% jika dilakukan oleh provider terlatih).

Breech birth bisa dilakukan normal jika:

  • Bayi dalam posisi frank breech
  • Ukuran bayi tidak terlalu besar
  • Persalinan spontan, dan ibu diberi keleluasaan bergerak
  • Penolong persalinan terlatih breech birth
  • WHO & ACOG menyatakan: “Breech is not an automatic indication for cesarean.”
2. Kehamilan Kembar (Gemelli)

Risiko:

  • Risiko prematur, posisi janin tidak sejajar, plasenta ganda, tali pusat menumbung.

Realitas:

  • Bila janin pertama letak kepala → bisa lahir normal, bahkan jika janin kedua posisi bokong.
  • Namun banyak provider di lapangan kurang percaya diri menolong gemelli pervaginam, dan langsung menjadwalkan SC.

➡️ Catatan: ACOG, RCOG, dan WHO menyatakan bahwa persalinan normal kembar bisa dilakukan, dengan catatan kondisi janin baik dan persalinan terjadi di RS dengan tim siaga lengkap.

3. Riwayat Operasi Sesar Sebelumnya (VBAC)

Risiko yang ditakuti:

  • Uterine rupture (robeknya bekas luka di rahim).

Realitas:

  • Risiko rupture sangat rendah: 0.5–0.9% pada sayatan transversal bawah.
  • Tingkat keberhasilan VBAC 70–80% jika:
  • Sayatan sebelumnya adalah transversal bawah
  • Jarak kehamilan ≥18 bulan
  • Tidak ada komplikasi tambahan (misal: preeklamsia berat)
  • Sayangnya, banyak ibu ditakut-takuti oleh provider sendiri dan langsung dijadwalkan SC elektif tanpa penilaian individual.

➡️ Catatan penting: WHO, ACOG, dan banyak jurnal menyatakan VBAC adalah pilihan aman dan direkomendasikan untuk kebanyakan ibu dengan satu SC sebelumnya.

4. Makrosomia Janin (berat janin > 4.000–4.500 gram)

Risiko:

  • Distosia bahu
  • Robekan perineum
  • Cedera saraf bayi

Realitas di lapangan:

  • Perkiraan berat janin via USG punya deviasi 10–15% → sering overestimate.
  • Banyak SC dilakukan hanya berdasarkan “katanya bayinya besar”.
  • Padahal, ibu dengan postur tubuh proporsional dan pelvis baik tetap bisa lahir normal.

➡️ ACOG menyatakan: “Suspected fetal macrosomia is not an indication for cesarean unless the estimated fetal weight is over 5000 g in non-diabetic women.”

5. Preeklampsia Berat / Hipertensi Kehamilan

Risiko:

  • Kejang, stroke, gangguan organ
  • Gawat janin karena aliran darah terganggu

Realitas:

  • Jika tekanan darah terkontrol dan janin cukup umur → persalinan normal bisa dilakukan.
  • Namun banyak provider mengambil jalan pintas dengan SC karena ingin “main aman”, padahal bisa dilakukan induksi atau observasi ketat.

➡️ Kuncinya: monitoring ketat, antihipertensi aktif, dan pendampingan.

6. Infeksi Aktif Herpes Genital

Risiko:

  • Risiko transmisi virus ke bayi saat lahir
  • Bisa menyebabkan ensefalitis neonatal

Rekomendasi:

  • SC direkomendasikan hanya jika ada lesi aktif saat persalinan.
  • Jika tidak ada gejala saat lahir, persalinan pervaginam tetap aman.
7. Kelahiran Lewat HPL / Postdate (>41 minggu)

Realitas:

  • Banyak ibu yang langsung dijadwalkan SC begitu lewat HPL 1–2 hari
  • Padahal HPL adalah perkiraan, bukan deadline
  • Dengan pemantauan janin (NST, BPP), ibu bisa menunggu sampai 42 minggu jika tidak ada tanda gawat janin

➡️ SC bukan satu-satunya pilihan pada kehamilan postdate yang sehat.

“Indikasi relatif bukan alasan pasti untuk operasi—tapi justru peluang untuk memilih dengan sadar dan cermat.”

✅ Banyak kondisi yang bisa ditangani dengan dukungan, gerakan aktif, dan provider yang pro-fisiologis.
❌ Tapi sayangnya, banyak ibu tidak diberi kesempatan mencoba lahir normal.

3. Indikasi Elektif: Ketika Sesar Dipilih Bukan karena Darurat

Indikasi elektif artinya operasi sesar dilakukan secara terencana, bukan dalam situasi darurat medis. Alasannya bisa berasal dari ibu, keluarga, atau keputusan provider, dan biasanya masih membuka ruang diskusi, edukasi, serta pendekatan alternatif.

Operasi sesar tidak salah jika dipilih dengan informed consent yang matang, namun penting disadari bahwa keputusan ini perlu mempertimbangkan risiko jangka panjang, baik bagi ibu, bayi, maupun kehamilan berikutnya.

a. SC atas Permintaan Ibu (Maternal Request Cesarean / CDMR)

  • Ibu secara sadar memilih SC tanpa ada indikasi medis, karena alasan kenyamanan, ketakutan, trauma, atau tekanan sosial.

  • Diperbolehkan di beberapa sistem pelayanan (misalnya ACOG menyetujui dengan syarat edukasi lengkap), tapi tidak disarankan dilakukan tanpa konseling menyeluruh.

Realitas Lapangan:

  • Banyak ibu yang mengalami trauma persalinan sebelumnya atau takut tidak dilayani dengan baik jika lahir normal.
  • Ada juga yang memilih SC karena “lebih bisa direncanakan waktunya” atau “takut mengejan”.

  • Namun, risiko SC tetap berlaku, termasuk nyeri pasca operasi, gangguan bonding, dan efek pada kehamilan selanjutnya.

Catatan penting:
Keputusan ini sah jika disertai informed consent dan pendampingan psikologis. Idealnya, ibu ditawarkan opsi dukungan seperti hypnobirthing, kelas gentle birth, dan pendampingan doula untuk mengurangi rasa takut.

b. Riwayat Trauma Lahir Sebelumnya atau Tokophobia Berat

  • Tokophobia adalah ketakutan ekstrem terhadap persalinan, bisa bersifat primer (sebelum pernah melahirkan) atau sekunder (pasca pengalaman traumatis).

  • Bisa menyebabkan panic attack, insomnia, penolakan terhadap kehamilan, dan gangguan relasi.

Realitas Lapangan:

  • Tokophobia sering tidak dikenali oleh provider, dan malah dikomentari dengan: “Ibu jangan lebay,” atau “Jangan manja, semua ibu juga takut.”

  • Ibu akhirnya “memaksa” minta SC karena tidak mendapat pendekatan empatik.

  • Di beberapa kasus, SC menjadi solusi yang membuat ibu merasa lebih tenang dan bisa menjalani kehamilan tanpa kecemasan berlebih.

Catatan penting:
Tokophobia bisa diatasi dengan pendekatan traumainformed, terapi hypnobirthing, dan dukungan mental. Namun jika SC menjadi pilihan ibu dengan sadar dan dukungan, itu tetap valid.

3. Riwayat 3 Kali atau Lebih SC Sebelumnya (VBAC3C)
  • Banyak rumah sakit menjadikan “lebih dari dua SC” sebagai alasan langsung untuk SC ulang.

  • Alasannya: risiko ruptur uterus meningkat seiring jumlah sayatan sebelumnya.

Bukti Ilmiah:

  • Risiko ruptur uterus memang meningkat setelah 3 SC, tapi tidak mencapai level absolut.

  • Beberapa studi dan praktisi mendukung VBAC3C dengan monitoring ketat dan evaluasi menyeluruh (misalnya Lydon-Rochelle et al., 2001).

Realitas Lapangan:

  • Di Indonesia, sangat jarang provider mendukung VBAC3C.

  • Ibu yang berhasil melakukannya sering berjuang sendiri mencari tim yang pro VBAC, bahkan harus keluar kota atau ke luar negeri.

Catatan penting:
VBAC3C bisa dipertimbangkan secara individual, bukan langsung disimpulkan tidak bisa.

4. Kondisi Psikologis yang Tidak Memungkinkan Persalinan Spontan
  • Contoh: PTSD berat, gangguan panik, skizofrenia, bipolar tidak terkontrol.

  • Dalam kondisi ini, stimulasi hormon persalinan bisa memicu kekambuhan atau reaksi ekstrem.

Realitas Lapangan:

  • Keputusan SC bisa menjadi bagian dari perlindungan psikologis ibu, asalkan dibicarakan dengan tim yang terdiri dari dokter, psikolog/psikiater, dan bidan.

  • Tapi jika gangguan psikis masih ringan dan ibu mendapat dukungan mental, persalinan pervaginam tetap bisa dicoba.

Catatan penting:
Kesehatan mental adalah bagian penting dari maternal safety. Tidak semua gangguan psikis harus direspon dengan SC, tapi juga tidak boleh diabaikan.

Jadi….Indikasi elektif membuka ruang untuk pilihan sadar — bukan paksaan. Tapi juga mengingatkan kita bahwa:

“Setiap keputusan tentang cara melahirkan adalah keputusan besar yang akan memengaruhi tubuh, jiwa, dan hidup ibu serta bayinya dalam jangka panjang.”

Ingat ibu ibu,

Melahirkan, entah lewat jalan pervaginam atau melalui operasi sesar, adalah pengalaman yang mengubah hidup. Tapi di balik setiap pilihan medis, tersimpan harapan, ketakutan, dan harapan akan pemulihan. Sayangnya, tidak semua ibu diberi ruang untuk memahami, memilih, dan memulihkan dirinya secara utuh.

Operasi sesar memang menyelamatkan nyawa dalam banyak kondisi—tetapi ketika dilakukan tanpa pemahaman dan pendampingan yang memadai, ia bisa meninggalkan lebih dari sekadar luka fisik. Bisa jadi luka itu tersimpan dalam tubuh, hati, dan cara seorang ibu memandang dirinya sendiri.

Maka tugas kita bersama adalah menciptakan ruang untuk bertanya, belajar, dan menyembuhkan.

Ruang untuk tahu: Apakah saya benar-benar perlu SC?
Ruang untuk bertanya: Apakah saya bisa melahirkan normal lagi?
Ruang untuk percaya: Tubuh saya diciptakan dengan bijak dan kuat.

semoga bermanfaat.

DAFTAR REFERENSI

  1. Yesie Aprilia. (2025). #BebasTakut Melahirkan Per Vaginam Setelah Operasi Sesar. Jakarta: Gramedia
    ➤ Referensi utama yang membahas strategi VBAC, pemulihan trauma SC, afirmasi positif, dan edukasi persalinan fisiologis secara kontekstual, praktis, dan memberdayakan.

  2. World Health Organization (WHO). (2025). Caesarean Section Guidelines – Surgical Sub-group Development Announcement.
    ➤ Menyampaikan data global peningkatan angka SC, pentingnya konsensus praktik, dan pengembangan panduan evidence-based untuk pelaksanaan SC.

  3. Guise J-M, Eden K, Emeis C, et al. (2010). Vaginal Birth After Cesarean: New Insights. Evidence Report No. 191. Agency for Healthcare Research and Quality.
    ➤ Menyajikan tinjauan sistematik tentang keberhasilan dan risiko VBAC, termasuk faktor-faktor prediktif dan rekomendasi manajemen

  4. Ayers, S., & Pickering, A.D. (2001). Women’s expectations and experience of birth. Psychology & Health, 16(1), 39–56.
    ➤ Membahas hubungan antara trauma kelahiran dengan risiko gangguan emosional jangka panjang, termasuk tokophobia

  5. Lydon-Rochelle M, et al. (2001). Risk of uterine rupture during labor among women with a prior cesarean delivery. New England Journal of Medicine, 345(1), 3–8.
    ➤ Studi penting tentang risiko rupture uterus dalam VBAC, termasuk pada kasus VBAC2 dan VBAC3.

  6. Turner, M. J., et al. (2006). Elective repeat caesarean section versus planned vaginal birth after caesarean section: comparison of outcomes. The British Medical Journal.
    ➤ Perbandingan hasil kesehatan jangka pendek dan panjang antara VBAC dan SC ulangan elektif.