Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Pemeriksaan DALAM/ Vagin* saat Melahirkan

Pemeriksaan DALAM/ Vagin* saat Melahirkan

0
Pemeriksaan DALAM/ Vagin* saat Melahirkan

Prosedurnya adalah: tenaga kesehatan (dokter atau bidan) memasukkan dua jari ke dalam vagina untuk menilai kondisi serviks (leher rahim) dan memantau kemajuan proses persalinan. Pemeriksaan ini umum dilakukan saat ibu sudah mulai kontraksi atau datang ke fasilitas kesehatan untuk melahirkan.

Tapi sayangnya, banyak ibu yang tidak tahu atau belum siap secara mental ketika pertama kali mengalami VE. Karena prosedur ini terasa sangat pribadi dan rentan—dan jika tidak dilakukan dengan cara yang baik, bisa meninggalkan rasa tidak nyaman atau bahkan trauma.

Apa Tujuan Pemeriksaan Dalam?

VE bukan sekadar “formalitas” atau rutinitas. Bila dilakukan dengan indikasi yang tepat, VE punya fungsi penting:

1. Menilai Tahapan Persalinan

VE membantu menentukan apakah ibu masih dalam fase laten, aktif, atau sudah masuk fase mengejan (kala II). Ini penting agar tenaga kesehatan bisa memutuskan langkah selanjutnya.

Referensi: WHO (2018) menyebutkan bahwa pemeriksaan dalam bisa membantu menentukan tahap persalinan, namun frekuensinya harus dibatasi dan hanya dilakukan bila ada indikasi.

2. Mengecek Kemajuan Pembukaan Serviks

VE mengukur berapa cm serviks telah membuka dari 0 sampai 10 cm. Tapi bukan cuma soal angka—bidan juga menilai:

  • Posisi kepala janin
  • Ketebalan dan konsistensi serviks
  • Posisi janin (posterior, anterior, dll)
  • Station (apakah kepala janin sudah turun ke panggul)

Simkin, Penny (2017) dalam “Labor Progress Handbook” menekankan bahwa interpretasi hasil VE harus dikaitkan dengan keseluruhan tanda kemajuan persalinan, bukan berdiri sendiri.

3. Membantu Pengambilan Keputusan Medis

Misalnya:

  • Kapan bisa diberikan analgesia
  • Apakah perlu intervensi seperti amniotomi (pecah ketuban)
  • Kapan perlu dipindah ke ruang bersalin

Namun perlu digarisbawahi:

VE tidak bisa memprediksi secara akurat kapan bayi lahir atau seberapa cepat proses persalinan akan berjalan (NICE Guidelines, 2017).

⚠️ Risiko dan Dampak Jika Dilakukan Sembarangan ⚠️

Walaupun tujuannya penting, VE bukan tanpa risiko. Jika dilakukan terlalu sering, tanpa komunikasi, atau tanpa kesiapan ibu, bisa menimbulkan dampak seperti:

  • Rasa tidak nyaman atau nyeri
  • Perdarahan ringan
  • Infeksi jika prosedur tidak steril
  • Rasa malu, terancam, atau terintimidasi
  • Trauma psikologis, apalagi pada ibu dengan riwayat kekerasan seksual

Penelitian oleh Gita Arulampalam (2020) di Midwifery Journal menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami pemeriksaan dalam tanpa penjelasan sebelumnya lebih berisiko mengalami kecemasan dan kehilangan kontrol dalam proses persalinan.

Maka, Apa yang Harus Diperhatikan?

1. Harus Berdasarkan Indikasi

Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan rutin setiap jam. WHO (2018) menyarankan interval setiap 4 jamselama fase aktif, kecuali ada perubahan kondisi yang perlu dipantau.

2. Harus Dilakukan dengan Informed Consent

Ibu berhak tahu:

  • Kenapa diperiksa
  • Apa yang akan dirasakan
  • Siapa yang akan memeriksa
  • Apa alternatifnya

✅ 3. Harus Dilakukan dengan Sikap Empati dan Hormat

Pemeriksaan ini seharusnya tidak dilakukan seperti rutinitas teknis. Ibu adalah manusia yang sedang berada dalam proses besar—bukan objek medis.

Tips untuk Ibu: Siapkan Diri dengan Baik

  1. Pelajari dulu tentang VE sejak masa kehamilan—supaya tidak kaget.
  2. Buat birth plan yang mencantumkan preferensi terkait pemeriksaan dalam.
  3. Komunikasikan dengan pasangan dan pendamping lahir agar bisa membantu menyampaikan bila ibu merasa tidak nyaman.
  4. Latihan napas dan relaksasi agar tubuh lebih siap dan rileks saat diperiksa.
  5. Ingatkan tim medis bahwa kamu butuh penjelasan dulu sebelum diperiksa—itu adalah hakmu.

VE adalah alat bantu dalam persalinan—bukan penentu segalanya.
Dilakukan dengan cara yang benar, pemeriksaan ini bisa sangat membantu.
Tapi jika dilakukan sembarangan, bisa meninggalkan luka yang tidak kasat mata.

Sebagai ibu, kamu punya hak penuh atas tubuhmu.
Kamu boleh bertanya, minta waktu, atau bahkan menolak jika belum siap.

Dan sebagai tenaga kesehatan, kita semua diingatkan:

“Tangan yang menyentuh harus lebih dulu memahami hati yang disentuh.”

Saat VE, tenaga kesehatan mengevaluasi beberapa hal:

Parameter Apa Artinya
Pembukaan serviks Dari 0 cm (tertutup) sampai 10 cm (bukaan lengkap)
Penipisan serviks Persentase dari 0% (utuh) ke 100% (menipis)
Posisi & konsistensi Apakah serviks menghadap depan/belakang, lunak/kaku
Station kepala janin Seberapa turun kepala ke panggul (-5 s.d. +5)
Posisi & presentasi Apakah kepala janin di bawah, bokong, atau lintang
Ketuban Masih utuh, pecah sendiri, atau pecah dini
Caput & moulding Tanda tekanan kepala janin di jalan lahir

 

Kapan Pemeriksaan Dalam (VE) Sebaiknya Dilakukan?

Pemeriksaan dalam atau Vaginal Examination (VE) memang bisa jadi bagian penting dari pemantauan persalinan. Tapi bukan berarti harus dilakukan setiap saat. Bahkan menurut rekomendasi WHO (2018), VE hanya boleh dilakukan bila memang ada indikasi, bukan sekadar rutinitas.

Idealnya, VE dilakukan saat:
  • Ibu tiba di fasilitas dan ingin diketahui status awal persalinan
  • Ada indikasi kemajuan (misalnya kontraksi makin kuat atau teratur)
  • Ibu mulai merasa ingin mengejan (butuh pastikan apakah sudah pembukaan lengkap)
  • Tenaga kesehatan perlu mengetahui posisi kepala janin
  • Akan dilakukan tindakan medis seperti pemasangan infus, induksi, pemberian analgesia, atau amniotomi

Interval aman: umumnya cukup setiap 4 jam sekali dalam fase aktif persalinan (WHO, 2018).
Lebih sering dari itu sebaiknya dihindari—kecuali ada perubahan signifikan pada kondisi ibu atau bayi.

Kenapa Banyak Ibu Trauma Setelah Pemeriksaan Dalam?

VE bukan sekadar “tindakan medis biasa.”
Ia melibatkan area tubuh yang sangat pribadi, sensitif, dan erat kaitannya dengan perasaan aman, martabat, dan kontrol diri. Karena itu, ketika VE dilakukan tanpa komunikasi atau persetujuan, banyak ibu merasa tersentuh secara fisik tapi tidak secara manusiawi.

Berikut beberapa hal yang sering terjadi di lapangan:

Banyak ibu tidak diberi penjelasan lebih dulu:

Langsung “srut!” tangan masuk tanpa aba-aba atau edukasi.

Tidak ditanya apakah sudah siap secara mental dan posisi:

Belum sempat tarik napas, sudah disuruh buka paha dan telentang, sering kali di ruangan terbuka dengan pencahayaan terang.

Sering dilakukan oleh orang yang berbeda-beda:

Ada yang bilang, “Tadi bidan A sudah periksa, sekarang saya juga harus periksa ulang ya.” Padahal ini bisa membuat ibu merasa tidak punya kontrol atas tubuhnya sendiri.

Efeknya?

  • Rasa malu, marah, bahkan merasa dilecehkan
  • Takut menghadapi persalinan berikutnya
  • Trauma hingga postpartum—karena tubuhnya disentuh tanpa persiapan, tanpa rasa aman, tanpa kejelasan

Seorang ibu pernah berkata,
“Rasanya seperti dipaksa buka diri padahal aku bahkan belum sempat bilang ‘ya’. Aku nangis setelah itu, bukan karena sakit, tapi karena merasa dilanggar.”

Dan ya—itu valid.

⚠️ Risiko-Risiko yang Sering Diabaikan dari VE ⚠️

Meski terlihat sederhana, VE adalah tindakan invasif, artinya ada potensi dampak fisik dan psikologis:

Risiko Fisik:
  • Infeksi, apalagi jika ketuban sudah pecah dan tangan tidak sepenuhnya steril
  • Perdarahan ringan jika serviks masih sensitif atau belum matang
  • Rasa nyeri saat dan sesudah pemeriksaan
Risiko Psikologis:
  • Stres dan kecemasan berlebihan selama proses persalinan
  • Trauma mendalam, terutama jika ibu punya riwayat kekerasan seksual
  • Kehilangan rasa percaya diri dalam proses melahirkan
Risiko Intervensi Berantai (Cascade of Interventions):

Hasil VE yang dianggap “lambat” (misalnya pembukaan stuck di 4 cm) seringkali memicu intervensi lain—seperti induksi, pemecahan ketuban, infus oksitosin, hingga ujung-ujungnya operasi caesar. Padahal proses persalinan sangat individual dan bervariasi.

Penny Simkin (2013) dalam penelitiannya mengingatkan bahwa terlalu sering melakukan VE tidak meningkatkan kualitas asuhan, tapi malah meningkatkan kemungkinan trauma emosional.

Prinsip Etis & Aman Saat Melakukan VE

VE bisa dilakukan dengan aman dan manusiawi, asal prinsip dasarnya dijunjung tinggi:

1. Minta Izin dan Jelaskan Tujuannya
  • Jelaskan apa itu VE, kenapa perlu dilakukan, apa yang akan dirasakan
  • Beri waktu ibu untuk menyetujui—jangan terburu-buru
2. Gunakan Sarung Tangan Steril dan Pelumas
  • Hindari pemeriksaan kering yang menyakitkan
  • Pastikan tangan hangat, kuku pendek, dan prosedur higienis
3. Jaga Privasi dan Rasa Aman
  • Tutup tubuh ibu dengan kain
  • Gunakan ruangan tertutup atau sekat
  • Jangan biarkan banyak orang keluar masuk saat prosedur
4. Berikan Umpan Balik dan Catatan
  • Sampaikan temuan dengan empati (“Ibu sudah pembukaan 5, bagus ya Bu, kita terus dukung.”)
  • Catat secara sistematis, misalnya di Partograf atau Labor Care Guide (LCG)
5. Hindari Pemeriksaan Berulang oleh Orang Berbeda
  • Koordinasikan antar-tim agar VE tidak dilakukan berkali-kali tanpa alasan kuat

Pemeriksaan dalam adalah salah satu langkah dalam proses persalinan—tapi bukan satu-satunya, dan bukan yang paling menentukan.

Sebagai ibu, kamu punya hak atas tubuhmu.
Sebagai tenaga kesehatan, kita punya tanggung jawab moral dan profesional untuk menyentuh dengan hormat.

VE bukan hanya soal jari, tapi juga soal kepercayaan.
Dan dalam proses melahirkan, kepercayaan itu adalah kunci segalanya.

❓ Bisa Ditolak Nggak?

BISA. DAN BOLEH BANGET.