
Berikut penjelasan detail berdasarkan rekomendasi WHO:
1. Dilakukan Hanya Bila Diperlukan Secara Klinis
WHO menegaskan bahwa pemeriksaan dalam bukan bagian dari pemeriksaan rutin yang dilakukan pada setiap ibu hamil, terutama menjelang HPL tanpa adanya tanda-tanda persalinan. Pemeriksaan ini hanya boleh dilakukan saat ada indikasi klinis yang jelas, seperti untuk mengevaluasi progres persalinan yang sedang berlangsung, bukan untuk spekulasi atau ramalan.
Contoh indikasi yang valid:
- Menilai pembukaan serviks saat persalinan aktif
- Menilai presentasi janin saat persalinan dengan keluhan spesifik
- Menentukan keputusan klinis yang memang akan mengubah tindakan medis
2. Wajib Disertai Informed Consent
Setiap tindakan medis, termasuk VT, wajib dilakukan dengan informed consent, yaitu persetujuan yang diberikan ibu setelah mendapatkan penjelasan yang cukup tentang:
- Tujuan pemeriksaan
- Prosedur yang akan dilakukan
- Potensi ketidaknyamanan atau risiko
- Alternatif lain yang mungkin tersedia
WHO menekankan pentingnya menjaga hak otonomi tubuh ibu, termasuk hak untuk menolak prosedur medis tanpa indikasi yang kuat. Pelaksanaan VT tanpa penjelasan atau pemaksaan secara verbal/non-verbal merupakan bentuk pelanggaran etik.
3. Tidak Boleh Dilakukan Secara Berulang Tanpa Alasan
Rekomendasi WHO juga menyebut bahwa VT tidak boleh dilakukan terlalu sering atau oleh banyak orang(misalnya, bergantian oleh beberapa petugas sebagai bagian dari pembelajaran). Hal ini menimbulkan risiko infeksi, ketidaknyamanan, trauma psikis, dan dapat merusak kepercayaan ibu terhadap penyedia layanan.
Studi oleh WHO (2018) juga menyimpulkan bahwa VT yang dilakukan secara berlebihan tidak memberikan manfaat tambahan dalam meningkatkan outcome persalinan, justru meningkatkan risiko intervensi yang tidak perlu.
Praktik di Negara Lain
Negara-negara dengan pendekatan fisiologis terhadap kelahiran, seperti Belanda, Swedia, dan Inggris, sudah meninggalkan praktik VT berulang sebagai pemeriksaan rutin menjelang HPL. Mereka lebih mengutamakan pendekatan observasional, komunikasi efektif, serta gerakan dan posisi tubuh ibu sebagai indikator progres.
Di Inggris, NICE Guidelines juga merekomendasikan untuk tidak melakukan pemeriksaan dalam secara rutin pada ibu tanpa tanda persalinan, dan menekankan pentingnya menjaga kenyamanan dan informed decision.
✅ Apa yang Sebaiknya Dilakukan?
Daripada fokus pada prosedur invasif yang belum tentu perlu, pendekatan yang lebih bijak dan fisiologis sebaiknya diprioritaskan, yaitu:
- Fokus pada edukasi posisi janin dan biomekanika panggul. Ibu perlu diberi informasi tentang bagaimana posisi janin mempengaruhi proses lahir, dan bagaimana tubuhnya bisa mendukung hal ini melalui gerakan aktif, postur tegak, dan latihan seperti prenatal yoga.
- Gunakan pendekatan non-invasif. Teknik seperti palpasi Leopold, observasi postur dan keluhan ibu, serta komunikasi terbuka jauh lebih menghormati tubuh ibu. Cara ini juga lebih akurat dalam menggambarkan kesiapan tubuh dibanding “periksa jari”.
- Dukung kesiapan mental dan emosional ibu. Ketakutan dan keraguan pada tubuh bisa menjadi hambatan utama dalam proses persalinan. Oleh karena itu, membangun kepercayaan diri dan ketenangan ibu justru jauh lebih berdampak daripada hasil pemeriksaan serviks.
- Bangun kepercayaan pada tubuh ibu. Tubuh perempuan dirancang untuk melahirkan. Ia tidak perlu diuji sebelum waktunya, tapi didampingi, dihargai, dan dipercaya.
Jadi sekali lagi nih…Pemeriksaan dalam pada usia kehamilan 37 minggu tanpa indikasi jelas bukan hanya tidak bermanfaat — tapi bisa menjadi praktik yang meresahkan dan berpotensi merugikan.
Sudah saatnya kita meninjau ulang praktik-praktik lama yang tidak berbasis bukti dan mulai menggantinya dengan pendekatan yang lebih:
- Fisiologis
- Empatik
- Hormonal dan emosional-friendly
- Dan tentunya, berbasis bukti ilmiah dan bukan asumsi turun-temurun.
Yang dibutuhkan ibu menjelang lahir bukan vonis atau labelisasi — tapi dukungan, rasa hormat, dan edukasi.
- World Health Organization. WHO recommendations: intrapartum care for a positive childbirth experience. Geneva: WHO; 2018.
- NICE Guidelines. Intrapartum care for healthy women and babies. National Institute for Health and Care Excellence, UK; 2017.
- Birthrights UK. Dignity in Childbirth Survey. 2017.
- Simkin, P., et al. The Labor Progress Handbook. 3rd ed. Wiley-Blackwell; 2017.
- Gaskin, I. Ina May’s Guide to Childbirth. Bantam Books; 2003.
- Reed, R. Reclaiming Childbirth as a Rite of Passage. Pinter & Martin; 2021.
- Odent, M. Birth and Breastfeeding: Rediscovering the Needs of Women During Pregnancy and Childbirth. Clairview Books; 2009.