Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth PENGAPURAN PLASENTA, BAHAYAKAH?

PENGAPURAN PLASENTA, BAHAYAKAH?

0
PENGAPURAN PLASENTA, BAHAYAKAH?
  1. Data klinis yang menyeluruh

  2. Pantauan pertumbuhan janin

  3. Pemeriksaan DJJ dan gerakan janin

  4. Dukungan informasi yang jujur dan empatik dari tenaga medis

“Tubuh saya diciptakan untuk membawa kehidupan. Plasenta saya menua, itu artinya tubuh saya bersiap. Saya berhak tahu, berhak bertanya, dan berhak memilih langkah terbaik dengan informasi yang lengkap.”

APA KATA PENELITIAN DAN PEDOMAN INTERNASIONAL?

Penelitian dan pedoman internasional sepakat bahwa pengapuran plasenta bukanlah indikator tunggal untuk menentukan perlunya induksi atau operasi sesar. Berikut adalah beberapa temuan penting dari literatur ilmiah:

1. Boehm et al. (2016):

Dalam studi yang melibatkan lebih dari 2.000 ibu hamil, Boehm dan tim menemukan bahwa:

“Plasenta Grade III pada usia kehamilan di atas 37 minggu tidak berkorelasi secara signifikan dengan peningkatan risiko komplikasi janin, persalinan prematur, atau kebutuhan intervensi segera.”

Artinya, pengapuran lanjut pada trimester akhir adalah bagian dari proses penuaan plasenta yang normal dan tidak harus menjadi dasar intervensi medis, selama janin tetap sehat.

2. Jauniaux et al. (2000):

Penelitian ini menegaskan bahwa:

“Pengapuran plasenta adalah temuan umum yang sering muncul pada akhir kehamilan, dan tidak dapat dijadikan sebagai indikator tunggal untuk menentukan perlunya induksi atau kelahiran prematur.”

Sebaliknya, penilaian kesejahteraan janin secara menyeluruh jauh lebih penting daripada sekadar melihat derajat kalsifikasi plasenta.

3. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG):

Dalam pedoman praktiknya, ACOG menekankan:

“Keputusan untuk melakukan intervensi persalinan tidak boleh hanya didasarkan pada temuan USG seperti pengapuran plasenta, melainkan harus mempertimbangkan faktor klinis lainnya seperti:

  • Detak jantung janin (CTG)

  • Gerakan janin

  • Indeks cairan ketuban

  • Pertumbuhan janin secara keseluruhan”

Dengan kata lain, pengapuran itu hanya salah satu bagian dari gambaran besar, bukan alarm bahaya tunggal.

4. Cali et al. (2011)Placental Calcification and Adverse Perinatal Outcomes

Penelitian ini menyatakan bahwa:

“Tidak ada korelasi signifikan antara pengapuran plasenta dan kejadian IUFD (kematian janin dalam kandungan) atau komplikasi neonatal, selama pengapuran terjadi mendekati usia kehamilan cukup bulan.”

Namun, penelitian ini juga menyarankan agar tetap dilakukan pemantauan janin jika pengapuran muncul terlalu dini (<32 minggu) atau disertai tanda klinis lain.