Cara pemberiannya hampir sama dengan teknik epidural. Diberikan suntikan di daerah urat saraf, anestesi ini diberikan pada pembukaan di atas 4 cm, jadi di awal proses persalinan ibu masih merasakan kontraksi. Teknik ini akan membebaskan ibu dari rasa sakit sekitar 12 jam.
Namun harus diketahui, ILA bukan bius total yang sama sekali membebaskan ibu dari rasa sakit, ibu masih merasakan sakit ringan saat kontraksi atau saat dokter memeriksa bukaan jalan lahir.
Dibandingkan teknik epidural, ILA hampir tidak mempunyai efek samping. Dosis yang diberikan jauh lebih sedikit sehingga sama sekali tidak mengganggu kondisi ibu dan bayi selama selama proses persalinan. Ibu tetap dapat mengejan karena ILA sama sekali tidak mempengaruhi kemampuan mengejan.
Efek samping yang mungkin dialami adalah kemungkinan kontraksi rahim menjadi lambat, ada penurunan tekanan darah, gatal-gatal atau sakit kepala walaupun jarang terjadi. Jika hal ini terjadi dokter segera menanganinya. Dokter kebidanan harus memastikan bahwa kondisi bayi normal, bukan bekas operasi dan bayi bisa dilahirkan melalui jalan normal. Bila ada keraguan misalnya kemungkinan bayi besar, posisi kepala masih tinggi, belum masuk ke daerah panggul atau ada kemungkinan panggul ibu kecil untuk dilalui kepala bayi dengan berat tertentu atau panggul ibu asimetris, maka tidak dapat dilakukan persalinan dengan menggunakan anestesi ini.
Dr Leonard J. Corning, seorang ahli saraf di New York, adalah dokter pertama yang menggunakan epidural. Pada tahun 1885 ia menyuntikkan kokain ke belakang pasien yang menderita kelemahan tulang belakang dan inkontinensia. Dari situlah epidural berkembang dan akhirnya Hari ini, epidural menjadi metode yang paling populer untuk pereda nyeri selama persalinan di rumah sakit.
Pada epidural dan ILA, anestesi lokal – masih berasal dari kokain – diinjeksikan ke dalam ruang epidural (ruang di sekitar penutup tangguh yang melindungi sumsum tulang belakang).
Nah sayangnya jenis anestesia ini baik Epidural maupun ILA memiliki dampak yang signifikan pada semua hormon dalam persalinan.
Ø Ini bisa  menghambat produksi beta-endorphin.
Ø Epidural mengurangi produksi oksitosin selama persalinan.
Ø Epidural juga menghambat produksi katekolamin (CA). Ingat bahwa CA dapat memperlambat atau menghentikan persalinan pada tahap awal, tetapi mempromosikan refleks ejeksi janin pada tahap kedua persalinan. Sehingga menghambat produksi CA dapat membuat proses persalinan menjadi lebih sulit.
Ø Epidural membatasi pelepasan prostaglandin F2 alfa, suatu senyawa lipid yang merangsang kontraksi rahim dan dianggap terlibat dengan inisiasi persalinan.
Ø Epidural mengganggu proses persalinan dan memiliki efek samping bagi ibu seperti:
– Dapat memperpanjang lama persalinan .
– Tiga kali lipat meningkatkan risiko robek perineum yang parah. Karena banyak dari ibu yang memilih epidural ternyata harus berakhir di persalinan tindakan seperti forceps & Vacum
– Dua kali lipat meningkatkan risiko operasi caesar
– Tiga kali lipat meningkatkan terjadinya induksi dengan oksitosin sintetis (Pitocin).
– Empat kali lipat meningkatkan kemungkinan bayi akan terus-menerus berada dalam posisi posterior (menghadap ke atas) dalam tahap akhir persalinan (gagal melakukan putaran paksi di dalam panggul), yang pada gilirannya mengurangi kemungkinan kelahiran vagina spontan.
– Mengurangi kemungkinan persalinan per vagina spontan.
– Meningkatkan kemungkinan komplikasi dari persalinan dengan instrumen. Ketika wanita dengan epidural bersalin menggunakan forceps, jumlah gaya yang digunakan oleh dokter hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan tidak menggunakan epidural. Hal ini penting karena dapat meningkatkan resiko jangka pendek akibat persalinan dengan instrumen seperti memar, luka wajah, perpindahan dari tulang tengkorak dan pembekuan darah di kulit kepala bayi, dan episiotomi dan robekan pada vagina dan perineum ibu.
Seorang ibu yang bersalin dengan epidural akhirnya harus berjuang sendiri/mengejan sendiri. Dan banyak yang merasakan tidak “nyambung” dengan tubuhnya karena dia merasakan sedikitt sekali kontraksi bahkan tidak merasakan kontraksi sehingga mengejanpun harus atas aba-aba sang dokter. Dan posisi yang digunakan pun sebagian besar posisi terlentang sehingga melawan gaya graviatasi bumi. Ini menyebabkan proses persalinan bisa semakin panjang dan lama, si ibupun bisa saja kelelahan. Alhasil ini berpengaruh ke detak janin juga. Itulah mengapa epidural meningkatkan resiko SC.
Epidural juga memiliki efek samping untuk bayi
Sangat penting untuk memahami bahwa obat-obatan diberikan oleh epidural memasuki aliran darah bayi pada tingkat yang sama dan kadang-kadang bahkan lebih tinggi dibandingkan yang ada dalam aliran darah ibu.