Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Persiapan batin untuk proses persalinan

Persiapan batin untuk proses persalinan

0
Persiapan batin untuk proses persalinan

Beberapa tahun yang lalu sebelum hamil, Bunda Sari mengalami kecelakaan mobil yang serius yang menyebabkan tulang panggulnya sedikit mengalami cidera atau retak sedangkan sendi atau engsel yang menghubungkan panggul dengan tulang pahanya bergeser bahkan terlepas. Pemulihan yang dia lakukan cukup lama. Setelah kondisinya pulis, satu tahun kemudian bunda Sari hamil. Dan dia ingin sekali melahirkan normal alami tanpa intervensi medis.

Berbagai upaya dia lakukan, mulai dari mencari dokter kandungan yang “pro normal” kemudian menceritakan apa yang dia alami. Namun sang dokter sangat fokus dengan kondisi tulang panggul dan paha pada bunda Sari. Lalu di usia 32 minggu, ternyata posisi janinnya sungsang. Dan itu membuat sang dokter tidak mengijinkan bunda Sari untuk melahirkan secara normal alami.

Mengerti bahwa dia kecewa dan marah dengan kondisi dirinya sendiri, maka bunda Sari mencoba melakukan action. Dia menjelajahi internet, dia bertanya kepada suami dan teman-temannya. Dia mencoba untuk melakukan Yoga, tai chi, Hypnobirthing dan visualisasi supaya posisi bayinya kembali ke posisi kepala. Saat itu bunda Sari sangat tidak ingin melahirkan secara sesar. Dan akhirnya bunda Sari semakin rajin untuk mencoba membangun koneksi atau hubungan dengan tubuhnya dan bayinya. Di usia kehamilannya yang menginjak 35 minggu saat itu, ternyata sang bayi tetap saja berada dalam posisi sungsang, namun saat itu setelah melakukan relaksasi dan komunikasi dengan janin bunda Sari tiba-tiba menyadari bahwa melahirkan itu tidak hanya tentang dia pribadi, namun juga tentang dirinya dan anaknya. Apa yang terbaik bagi bayinya itu yang seharusnya dia fikirkan. Setelah selesai melakukan relaksasi dan komuniksai dengan janin akhirnya bunda sari justru menginginkan Operasi Sesar. Namun yang dia inginkan adalah operasi sesar yang lebut yang benar-benar dia persiapkan secara mental dan spiritual. Karena memang secara fisik bunda Sari tidak memungkinkan untuk dapat melahirkan secara normal alami. Kemarahan dan kekecewaan terhadap diri sendiri akhirnya hilang dan berganti dengan rasa percaya diri yang luar biasa. Dan alhasil di usia 40 minggu budan Sari melakukan operasi sesar yang terencana. Dan dia mendapatkan pengalaman operasi yang menyenangkan karena kebetulan dokter yang menanganinya adalah dokter yang sudah mengenal dan mengerti tentang penerapan gentle birth pada operasi sesar bahkan dokter tersebut mau dan mengijinkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini di ruang operasi. Hari ketiga setelah operasi jahitan luka operasi bunda Sari sudah sembuh dan Asinya pun lancar memancar.

Kisah bunda Sari diatas membuat kita sadar bahwa terkadang ada suatu kondisi dimana memang tidak memungkinkan untuk Anda melahirkan dengan normal alami. Mencoba untuk berdamai dengan kondisi Anda adalah hal yang terbaik. Sikap pengakuan dan penerimaan itu penting. Untuk menghindari kekecewaan dan trauma yang berkepanjangan.

7. Pasrah dengan apa yang terjadi (Letting Be)

Dalam proses persalinan terkadang kita tidak dapat mengontrol segala sesuatunya. Sebuah kisah yang mungkin dapat menjelaskan arti kata Letting Be di atas adalah kasus bunda Risky.

Bunda Risky (Jogja) adalah klien saya yang sangat positif. Setiap selasa pagi jam 09;00 hampir dia tidak pernah absen mengikuti kelas prenatal yoga yang saya adakan di Studio Yoga Balance di hotel Puri Artha Jogja. Selain rajin beryoga, bunda Risky juga mengikuti kelas Gentle Birth Balance dimana saya mengajarkan tentang Hypnobirthing dan tentang gentle birth. Segala upaya yang dilakukan selama kehamilan adalah upaya untuk bisa bersalin dengan normal alami. Bahkan ketika bunda Risky sudah mengalami pembukaan satu sentimeter-pun bunda Risky masih mengikuti prenatal yoga. Ceritanya pembukaan yang dialami bunda Risky sangatlah lambat, pembukaan satu hingga lengkap terjadi selama tiga hari. Dan selama tiga hari tersebut kondisi janin sangat baik, detak jantung normal, gerakan normal, ketuban utuh dan bunda Risky merasa nyaman karena rasa sakit yang dia alami sangatlah minim. Ketika pembukaan lengkap, dan bunda Risky mulai mengejan ternyata penurunan kepala bayi tidaklah signifikan. Hampir dua jam mengejan dengan berbagai posisi (duduk, jongkok bahkan berdiri) dilakukan namun ternyata kepala janin hanya bisa turun hingga tengah panggul saja (Hodge 1+) saja dan tidak bisa lebih jauh lagi. Kemudian saat itu akhirnya saya merujuk bunda Risky ke rumah sakit dengan diagnosa “kala dua tidak maju” sesampai di rumah sakit memang benar bahwa kepala janin tidak bisa turun lebih jauh lagi, dan akhirnya operasi sesarpun dilakukan. Dan setelah selesai operasi sesar ternyata baru diketahui bahwa penyebab kenapa kepala bayi tidak mau turun adalah tali pusat sang bayi yang terlalu pendek hanya sekitar 20 sentimeter (normalnya 60-70 cm).

Nah kejadian kasus seperti bunda Risky walaupun tidak banyak terjadi namun bisa saja terjadi pada Anda, pasrah dengan apa yang terjadi saat proses persalinan adalah mental yang penting sekali di bangun sejak awal. Sehingga yang terpenting adalah Anda mau mengupayakan sejak awal segala persiapan yang dibutuhkan dalam persalinan, kemudian saat proses persalinan tiba cobalah untuk pasrah dan menjalani proses dengan hati yang ikhlas.

Karena yang paling penting adalah bagaimana Anda mempersiapkan dan berjalan bersama proses tersebut.

8. Kebaikan (Kindness)

Kebaikan adalah mutlak diperlukan bagi Anda sebagai calon orangtua. Karena energi ini sangatlah berdampak positif dalam pola pengasuhan baik di dalam rahim maupun jika janin Anda sudah lahir. Ketika Anda memancarkan kebaikan dan mengarahkan energi kebaikan kepada semua orang termasuk suami, janin dalam kandungan dan keluarga maka Andapun akan merasa nyaman dan tenang.

Berikut ini latihan meditasi yang bisa Anda lakukan untuk membangun energi kebaikan tersebut:

Meditasi untuk Kebaikan

Mengarah kepada sendiri

Semoga saya senang

Semoga aku menjadi berseri-seri sehat

Semoga saya terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan

Saya merasa dicintai dan didukung

Kemudian mengarah ke pasangan Anda (Anda mungkin mengatakan nama mereka di depan kalimat jika Anda inginkan)

Semoga Anda senang

Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat

Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan

Semoga Anda merasakan cintaku

Kemudian mengarahkan kepada bayi, (Anda mungkin mengucapkan nama bayi Anda jika sudah ada dan jika Anda inginkan)

Semoga Anda senang

Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat

Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan

Semoga Anda merasakan cintaku

Kemudian mengarah kepada keluarga (termasuk anggota lain)

Semoga Anda senang

Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat

Semoga Anda terus tumbuh dan berubah menuju kebaikan

Semoga Anda merasakan cintaku

Lakukan ini sesering mungkin

Contoh kasus dalam persiapan bathin dalam menghadapi persalinan ini adalah seperti kasus yang pernah saya temui berikut ini:

Suatu sore, bunda Mitha datang ke Klinik Bidan Kita, dan mengambil kelas healing birth trauma serta persiapan untuk rencana VBAC-nya (Vaginal Birth After Caesarean/ melahirkan normal setelah sebelumnya opreasi sesar). Bunda Mitha adalah seornag bidan, dan ibunyapun seorang bidan senior di daerah Surakarta. Di pertemuan pertama kelas healing birth trauma, beliau bercerita tentang semua trauma yang dia alami saat melahirkan di rumah sakit, mulai dari proses induksi, perlakuan para bidan dan suster yang menurutnya kurang manusiawi, operasi sesar yang tidak dia duga sama sekali, pemisahan antara dia dan bayinya selama beberapa hari. Dan masih banyak sekali trauma yang dia alami, hingga bunda Mitha tidak mau lagi mengajar mata kuliah Asuhan persalinan Normal di Stikes (sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) karena dia merasa gagal untuk melahirkan normal. Ketika ikut kelas, hal pertama yang saya ajarkan adalah tentang persiapan bathin dalam proses persalinan. Nah suatu hari bunda Mitha datang untuk melahirkan di Bidan Kita, kontraksi demi kontraksi dilalui dengan sabar dan tenang. Saat itu ketubannya sudah pecah duluan (Ketuban Pecah Dini), berbagai treatment saya lakukan untuk merangsang munculnya kontraksi dan berharap pembukaan segera bertambah. Namun yang terjadi penambahan pembukaan berjalan sangat lambat. Dan kepala janin tidak mau turun ke dasar panggul. Ketika kontraksi datang kepala janin mau turun namun sesaat kemudian setelah kontraksi hilang kepala janin naik kembali, begitu seterusnya. Hingga akhirnya di pembukaan 8cm, detak jantung janin menunjukkan reaksi distres dimana detak jantungnya sekitar 170 x per menit (angka normal= 120 – 160 x/menit).