Teori penghantaran rasa nyeri yang dapat menjelaskan mekanisme kerja TENS adalah teori ‘Gate Control’ (Melzack & Wall, 1965). Teori ini menjelaskan bahwa serabut syaraf dengan diameter kecil yang membawa stimulus nyeri akan melaui pintu yang sama dengan serabut yang memiliki diameter lebih besar yang membawa impul raba (makanoreseptor), apabila kedua serabut saraf tersebut secara bersama-sama melewati pintu yang sama, maka serabut yang lebih besar akan menghambat hantaran impuls dari serabut yang lebih kecil.
Efektifitas TENS terhadap nyeri persalinan.
Penggunaan alat ini untuk mengurangi rasa nyeri akibat persalinan masih jarang diteliti. Beberapa survey menyebutkan bahwa banyak ibu hamil tertarik menggunakan alat ini pada persalinan mereka. Popularitas penggunaan TENS untuk meredakan nyeri saat persalinan meningkat akibat adanya laporan dan penelitian yang menyatakan kepuasan pasien dengan penggunaan TENS tanpa harus ada kelompok kontrol.
Augustinsson et al menjadi pionir penggunaan TENS di kebidanan dengan menempatkan TENS pada vertebre yang bersesuaian dengan saraf eferen nosiseptif yang berhubungan dengan nyeri saat kala I dan kala II persalinan (cth, T10-L1 dan S2-S4, berurutan, gambar 1). Mereka melaporkan bahwa 88% dari 147 orang wanita mengalami penurunan intensitas nyeri (nyerinya mereda) dengan metode ini, walaupun penelitian ini tidak menggunakan kontrol grup plasebo.
Penelitian Kaplan B dkk juga menyatakan keefektifan TENS dalam mengatasi nyeri persalinan. Sampel yang digunakan pada penelitiannya adalah 104 wanita dengan 46 nullipara dan 58 multipara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72% nullipara dan 69% multipara menyatakan TENS efektif terhadap nyeri persalinan dengan 65% multipara menyatakan TENS sama efektifnya dengan metode penghilang nyeri yang pernah digunakan pada persalinan sebelumnya.
Pengujian efektifitas TENS sebagai analgesia nyeri persalinan pada 100 wanita di Mumbai oleh Pandole dkk. Dalam penelitian ini digunakan TENS dengan amplitudo antara 0-200volts dan frekuensi berkisar antara 10-150 herzt. Elektroda logam ditempatkan pada T10-L1 pada kala I dan S2-S3 selama kala II. Ransangan dengan intesitas tinggi diberikan saat kontraksi dan ransangan dengan intesitas rendah saat tidak kontraksi. Cara ini memberikan hasil 74% pasien menyatakan TENS dapat menghilangkan nyeri dengan baik, 24% menyatakan efek yang biasa dan hanya 2% yang tidak merasakan efek TENS sebagai penghilang nyeri persalinan dan sebagian besar menyatakan keinginan untuk menggunakan TENS pada persalinan berikutnya.
Kaplan.B dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa para pasien yang telah menggunakan TENS untuk mengurangi rasa nyeri selama masa persalinan telah mengungkapkan kepuasan yang mereka dapatkan. Dan tidak menimbulkan kelainan pada fetal heart rate atau efek samping lain pada bayi. Hal serupa didapatkan pada penelitian Pandole dkk. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa TENS lebih efektif pada persalinan kala I dari pada kala II dan tidak ada pengaruh durasi pemakaian TENS dengan APGAR score janin. Beberapa pengarang juga telah menandai keuntungan TENS dalam mengurangi lamanya persalinan.
Kaplan.B menguji keampuhan dari alat TENS baru yang telah didesain dan dibuat di Israel menurut pada spesifikasi tertentu. Dalam penelitian ini, digunakan tehnik yang sama dengan studi-studi sebelumnya yang menggunakan TENS untuk mengurangi nyeri pada persalinan. Kenyataannya bahwa wanita-wanita yang mau berpartisipasi, termasuk multipara yang telah menggunakan analgesi lain pada persalinan sebelumnya, mengikuti studi berdasarkan keinginan mereka sendiri. Sebagian besar ibu melahirkan yang pernah menggunakan TENS, dengan mengabaikan riwayat obstetri mereka atau penggunaan analgesi selama persalinan sebelumnya, menemukan bahwa TENS efektif untuk mengontrol nyeri pada persalinan mereka.
Dikatakan juga bahwa nyeri persalinan sangat hebat pada kala II, sehingga TENS tidak cukup efektif. Oleh karena itu penggunaan TENS yang diberikan pada awal kala I, mereka akan memerlukan tambahan analgetik pada akhir kala I sesuai tingkat dilatasi serviks, meski dosis yang diperlukan lebih kecil.
Walaupun Kaplan.B telah menggambarkan penemuan TENS yang signifikan terhadap kala I persalinan, kecenderungan yang sama dapat dilakukan juga pada kala II yang sama baiknya tapi hasil yang didapat masih mengandung bias karena kemungkinan kala II berlangsung lebih lama akibat menerima analgesi blok epidural. Penjelasan yang mungkin untuk penemuan pada kala II ini adalah karena adanya ketidaknyamanan dan kegelisahan ibu yang disebabkan oleh penggunaan TENS segera setelah masuk kamar bersalin. Untuk itu diperlukan edukasi yang baik sebelum menggunakan TENS dalam persalinan.
Walaupun penelitian-penelitian diatas menunjukan keberhasilan TENS dalam mengurangi nyeri persalinan namun beberapa penelitian terakhir memberikan hasil yang berbeda. Dalam review sistematis kredit diberikan pada penelitian yang menggunakan skor metodologis yang tinggi seperti penelitian Ploeg et al, Harrison et al, dan Thomas et al. Van der Ploeg et al melaporkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara TENS aktif dan TENS palsu pada 94 orang wanita yang digunakan sebagai intervensi analgesik tambahan. RCT oleh Thomas et al terhadap 280 parturien, menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara TENS aktif dan TENS palsu pada intervensi analgesik atau skor nyerinya. Yang menarik pada penelitian oleh Harrison et al dan Thomas et al, pada kondisi tersamar ganda para wanita lebih menyukai TENS aktif jika dibandingkan dengan TENS palsu.
Tetapi, hal ini berlawanan dengan pengalaman klinis yang dialami oleh bidan, dokter dan tingkat kepuasan pasien dalam hal penggunaan TENS. Sangat mungkin bahwa, masalah metodologis yang berhubungan dengan intervensi yang didasarkan pada-teknik pengamatan RCTs, mungkin dapat menimbulkan bias terhadap outcome dari review sistematik. Pemulihan rasa nyeri yang self-reported (dilaporkan sendiri) mungkin tidak terlalu bisa diandalkan, jika si pasien mengalami kondisi emosional dan traumatik yang tidak stabil, seperti yang terjadi pada berbagai tahap persalinan. Respon yang diharapkan saat si anak lahir, saat dimana si wanita merasa relaks dan mungkin dalam kondisi yang lebih baik, untuk menilai dan menggambarkan efek dari intervensi, mungkin akan jauh lebih cocok digunakan
EFEK SAMPING TENS DALAM PERSALINAN
Efek samping TENS sangat sedikit dan kebanyakan bersifat hipotetis dan hanya sedikit yang melaporankan kasus efek samping TENS yang bisa ditemukan dalam literatur. Walaupun begitu, terapis sebaiknya berhati-hati dalam memberikan TENS pada sekelompok pasien. Pada kepustakaan disebutkan efek samping penggunaan TENS selama persalinan antara lain :
· Wanita dengan kehamilan trimester I efek TENS terhadap perkembangan fetus masih belum diketahui secara pasti (walaupun belum ada laporan yang mengatakan terjadinya gangguan pertumbuhan).
· Untuk mengurangi resiko menginduksi persalinan, TENS sebaiknya tidak diletakan diatas uterus yang sedang membesar tersebut.
· Beberapa pasien melaporkan mengalami post-stimulasi analgesia walaupun durasi efek bervariasi, yang bisa berlangsung antara 2 jam hingga 18 jam. Ini mungkin menggambarkan fluktuasi alami terhadap gejala dan harapan pasien akan durasi terapi dibanding efek spesifik yang diinduksi TENS. Diyakini bahwa analgesi post TENS lebih lama pada AL-TENS dibanding konvensional TENS, dan hal ini didukung oleh penelitian eksperimental. Walaupun begitu, masih banyak yang harus dilakukan untuk menentukan time course efek analgesik berbagai jenis TENS.
· Pada 33% pasien dapat terjadi iritasi kulit dan pada tempat elektroda dapat terjadi kekeringan kulit akibat penggunaan gel.
· Pasien mungkin mengalami iritasi kulit akibat TENS seperti warna kemerahan disekitar tempat menempelnnya elektroda. Hal ini umum ditemukan akibat adanya dermatitis di tempat kulit berkontak dengan elektroda, yang diakibatkan oleh bahan elektroda, gelnya atau plester pelekatnya. Pengembangan elektroda hipoalergi telah secara signifikan mengurangi insiden dermatitis kontak. Pasien disarankan untuk membersihkan kulit (dan elektroda jika diindikasikan oleh produsennya) setelah pemakaian TENS, dan pada pemakaian harian sebaiknya elektroda di tempelkan pada kulit yang bersih.
· Gangguan pada sensasi kulit. Elektroda yang dipasang pada kulit dapat menimbulkan iritasi atau terbakar akibat stimulas yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Conklin KA. Analgesia dan Anestesia Obstetrik. Esensial Obstetri dan Ginekologi. WB Saunders Company, Philadelphia, 2001;149-62
2. Vincent RD, Chestnut DH. Epidural Analgesia During Labor. American Academy of Family Physician. November 15.1998
3. Charlton JE. Pain and Pregnancy and Labor. Core Curiculum for Professional Education in Pain. IASP Press, Seattle, 2005;1-3
4. Youngstrom PC. Obstetric Anesthesia. O’Grady (Ed). Operative Obstetrics. William and Wilkins, Baltimore, 1996;96-120
5. Susilo. Labor Analgesia. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Berkala (PIB) XI IDSAI, Medan 4-7 Juli 2002;216-22
6. Johnson M. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Low Frequency Currents, 2003;259-82
7. Kaplan B, Rabinerson D, Lurie S, et all. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) for Adjuvant Pain-Relief During Labor and Delivery. International Journal of Gynecology and Obstetrics:60:1998;251-5
8. Cunningham FG, McDonald PC, Gant NF, et all. Obstetrics Anesthetics. William Obstetrics. 22th ed, Appleton & Lange a Simon and Schuster Company, New York, 2005;477-9
9. Fishburne JI. Obstetric Anesthesia and Analgesia. Danforth’s Obstetrics and gynekology. 7th ed. JB Lippincot Company, Philadelphia, 1994;129-44
10. Forster RM. Local Anesthesia in Obstetrics. Sciarra JJ. Gynekology and Obstetrics. Revised ed. 92. JB Lippincot Company, Philadelphia, 1992 :vol3;29.
11. Harry O. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan Essentia Medika, Jakarta, 1996;377-411
12. Shnider S, Levison G, Ralston D. Regional Anesthesia for Labor and Delivery. Anesthesia for Obstetric. 3th Eds. William and Wilkins, Baltimore, 1993;135-52
13. Young J. Sources of Pain During Labor and Birth. Childbirth, 1998. http://www.childbirth.org/
14. Sukra W. Pendekatan Baru dalam Anestesi Obtetrik. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Berkala (PIB) XI IDSAI, Medan 4-7 Juli 2002;200-9
15. Morgan E, Mickhail M. Obstetric Anesthesia. Clinical Anesthesiology. First ed., Appleton & Lange, London, 1992;611-29.
16. Chestnuts DH,Gibbs CP : Obstetric anaesthesia, in Obtetrics, Normal & Problem Pregnancies,2nd.ed. New York, Churchill Livingstone Inc, 1991.
17. Sulistio K. Teknik Baru untuk Analgesia Persalinan. Bagian anestesiologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
18. Kaye V. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation. eMedicine. Journal, January 29, 2002:3:1
19. Macnair T. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation. Oktober 10, 2005
20. Pandole A, Kore SJ, Nemade Y, et all. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation for Labor Analgesia.