Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth UPAYAKAN PERINEUM UTUH (Jalur Langit & Jalur Bumi)

UPAYAKAN PERINEUM UTUH (Jalur Langit & Jalur Bumi)

0
UPAYAKAN PERINEUM UTUH (Jalur Langit & Jalur Bumi)

Setiap perempuan yang bersiap menyambut kelahiran anaknya, mungkin pernah mendengar istilah “perineum robek” atau “dijahit setelah lahiran.” Tapi jarang yang benar-benar diajak duduk, hening sejenak, dan diberi ruang untuk memahami: apa itu perineum, bagaimana menjaganya, dan mengapa ia begitu sakral.

Di ruang bersalin, kita sering menyaksikan tubuh yang membuka, bayi yang lahir, dan luka yang terjadi. Tapi di balik semua itu, ada proses sunyi yang lebih dalam: peralihan seorang perempuan dari yang mengandung menjadi yang melahirkan. Dan di titik perineum-lah semua itu berpuncak.

Perineum bukan sekadar jaringan otot.
Ia adalah pintu gerbang—jalur langit dan bumi bertemu.

Sayangnya, perineum selama ini lebih sering dibicarakan sebagai masalah teknis—apakah robek atau tidak, dijahit atau tidak, sembuhnya lama atau cepat. Padahal, perineum adalah ruang tubuh yang penuh makna. Ia bisa dijaga. Ia bisa disiapkan. Ia bisa dilindungi—bukan hanya dengan tangan, tapi juga dengan kesadaran dan cinta.

Dalam pendekatan holistic-gentle birth, menjaga perineum tidak cukup hanya dengan teknik fisik seperti kompres hangat, minyak pijat, atau posisi bersalin. Ia juga perlu dijaga melalui penyadaran diri, kepercayaan pada tubuh, afirmasi, dan doa. Karena luka bukan hanya berasal dari tarikan dan tekanan, tapi juga dari ketakutan dan ketidaktahuan.

Maka dalam bagian ini, mari kita selami lebih dalam:
Bagaimana cara menjaga perineum secara menyeluruh—dari jalur langit berupa iman (doa puasa) dan afirmasi, hingga jalur bumi berupa edukasi, gerakan, dan pendampingan sadar.

Karena tubuh ini bukan benda mati. Ia hidup, ia mendengar, dan ia mengingat. Dan setiap ibu berhak melahirkan dengan tubuh yang dihormati, bukan ditakuti.
Setiap perineum berhak dibuka dengan lembut, bukan dilukai terburu-buru.

“Tubuh ini bukan sekadar wadah. Ia adalah saksi kelahiran manusia baru.”
“Dan perineum… adalah gerbang sakral tempat kehidupan lahir ke dunia.”

Dalam pendekatan holistik, perineum bukan hanya jaringan otot dan kulit. Tapi juga ruang spiritual, emosional, dan simbolik, tempat seorang perempuan melewati ambang antara mengandung dan melahirkan. Maka dari itu, menjaga perineum bukan hanya dengan kompres atau senam—tapi juga dengan iman, afirmasi, edukasi, dan penyadaran diri.

Nah kita bahas satu satu ya, terkait apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu supaya perineum tetap utuh dan kuat saat melahirkan.

  • Jalur Langit!

Kenapa saya bilang jalur langit? Ya karena kadang kala kita sudah mengupayakan segala sesuatunya mulai dari pengetahuan, yoga, nutrisi, perineum massage, dan macem macem tapi pas hari H ternyata tiba tiba karena satu dan lain hal entah karena providernya tidak pas atau karena proses persalinan sendiri ada masalah, akhirnya tetep saja kita musti mengalami robekan jalan lahir baik tidak sengaja maupun sengaja.

demikian juga sebaliknya, kadang kita sudah siapkan segalanya dan keberuntungan dan kebetulan kebetulan terjadi akhirnya kita berhasil ngalamin gentle birth dengan perineum utuh dan nyaman.

So jalur langit artinya adalah jalur dimana kita tetap berserah melalui  doa puasa dan affirmasi meminta perkenanan dan penyertaan Tuhan supaya di berkati selalu.

1. Doa dan Afirmasi untuk Perineum Utuh

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh intervensi medis, tak banyak ruang bagi ibu untuk hening sejenak dan mendengarkan tubuhnya sendiri. Perineum bukan hanya jaringan otot.
Ia adalah pintu gerbang antara dunia dalam dan dunia luar.
Menjaganya bukan hanya dengan teknik, tapi juga dengan penyerahan dan penyadaran diri.

Apa Itu Afirmasi?

Afirmasi adalah ungkapan positif yang diucapkan berulang untuk membangun kesadaran, keyakinan, dan kesiapan mental-emosional. Ia bukan sekadar “kata-kata penyemangat,” melainkan alat yang membantu ibu membentuk hubungan yang sehat dengan tubuh dan proses kelahiran.

Menurut studi Olza et al., 2014, afirmasi yang dibacakan dengan relaksasi mendalam mampu:

  • Meningkatkan oksitosin dan endorfin (hormon pelancar kontraksi & penenang nyeri),
  • Menurunkan kortisol (hormon stres),
  • Meningkatkan koneksi antara pikiran, tubuh, dan rahim.

Doa sebagai Jembatan Spiritual

Doa bukan sekadar permintaan kepada Tuhan, tetapi jembatan penghubung antara iman dan tubuh.
Dalam konteks gentle birth, doa menjadi momen hening di mana ibu kembali menyadari:

“Tubuhku bukan milikku semata. Ia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Ia tahu cara melahirkan.”

Doa menumbuhkan perasaan:

  • bahwa ibu tidak sendiri,
  • bahwa ada kekuatan ilahi yang menyertai,
  • bahwa kelahiran bukan sekadar proses biologis, tapi peristiwa spiritual.

Dalam Leclaire Method, tubuh ibu—termasuk rahim dan perineum—dipandang sebagai bagian dari sacred feminine design, ciptaan Allah yang cerdas dan terhubung dengan dimensi spiritual sejak bayi dalam kandungan.

Afirmasi untuk Perineum: Contoh dan Makna

Berikut contoh afirmasi yang dapat digunakan untuk menjaga perineum secara batiniah dan emosional:

Afirmasi Makna dan Dampak
“Aku membuka tubuhku dengan cinta dan percaya.” Menyampaikan kesiapan tubuh secara sadar
“Perineumku lentur, kuat, dan siap menjadi gerbang kehidupan.” Menumbuhkan kepercayaan pada kelenturan alami
“Tubuhku tahu caranya melahirkan. Tuhan merancangnya dengan bijaksana.” Menyambungkan iman dengan fisiologi
“Aku hadir penuh untuk kelahiran ini. Aku tidak takut, aku terhubung.” Mengalihkan fokus dari rasa takut ke koneksi

Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional dan afirmasi positif berperan penting dalam menurunkan stres dan meningkatkan elastisitas jaringan.

Studi oleh Olza et al. (2014) menjelaskan bahwa afirmasi yang berulang dan relaksasi mendalam dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin dan endorfin, yang membantu jaringan perineum lebih lentur dan responsif selama persalinan.

Cara Praktis Melatih Doa dan Afirmasi

  1. Rutinitas Harian (3–5 menit)
  • Lakukan saat sebelum tidur atau setelah bangun pagi.
  • Duduk tenang, pejamkan mata, letakkan tangan di bawah perut dan satu tangan lagi di dada.
  • Ucapkan 1–2 afirmasi sambil menarik napas perlahan dan menghembuskan dengan lembut.
  1. Visualisasi Perineum
  • Bayangkan perineum sebagai kelopak bunga yang terbuka saat napas masuk.
  • Bayangkan tubuh ibu sebagai sungai yang mengalirkan kehidupan dengan damai.
  1. Dibacakan oleh Suami/Doula
  • Afirmasi akan lebih kuat bila didukung oleh pasangan atau pendamping, menciptakan resonansi kepercayaan bersama.
    Witt & Lothian, 2018 menyebutkan bahwa dukungan pasangan dalam afirmasi menurunkan kecemasan persalinan hingga 40%.
  1. Dipasangkan dengan Gerakan Yoga Ringan
  • Gerakan seperti Butterfly Pose, Child’s Pose, atau Squat Pose dapat disinkronkan dengan afirmasi, memperkuat keterhubungan tubuh dan kata.

Efek Jangka Panjang dari Praktik Afirmasi dan Doa

✔ Membantu ibu menghadapi persalinan dengan tenang
✔ Mengurangi persepsi nyeri dan trauma pascamelahirkan
✔ Meningkatkan rasa memiliki terhadap tubuh dan proses lahir
✔ Mempercepat pemulihan emosional, apapun hasil kelahirannya
✔ Memberi ruang spiritual untuk menyambut bayi dengan cinta, bukan cemas

Kesaksian dari Lapangan

“Waktu kontraksi makin kuat, aku mulai ulang-ulang afirmasi, dan tiba-tiba tubuhku rasanya membuka… kayak aku masuk ke ruang tenang.” – Ibu A, peserta hypnobirthing

“Suamiku bacakan afirmasi saat aku mulai takut. Aku nangis, tapi bukan karena takut—karena aku merasa didukung.” – Ibu H, kelas persiapan kelahiran Bidan Kita

  • Jalur Bumi!

Nah, supaya adil setelah kita bahas terkait dengan jalur langit berupa doa, puasa dan affirmasi visualisasi, jalur bumi atau aliyas jalur fisik. nah apa saja jalur fisik itu?:

2. Perineum sebagai Gerbang Sakral Kelahiran

Ketika seorang bayi lahir, tubuh ibu menjadi jalan pulang menuju dunia ini. Dan titik terakhir yang dilewati bayi sebelum napas pertamanya adalah perineum—area kecil yang terletak antara vagina dan anus. Namun sesungguhnya, perineum bukan hanya “tempat keluarnya bayi” secara teknis. Ia adalah gerbang kehidupan, tempat tubuh perempuan membuka ruang bagi jiwa baru untuk hadir di dunia.

“Perineum bukan hanya kulit dan otot. Ia adalah portal antara dunia rahim dan dunia nyata.”

Pandangan Tradisional: Perineum sebagai Portal Kehidupan

Ternyata, dalam banyak budaya kuno dan komunitas adat di dunia, perineum tidak pernah dianggap remeh. Ia dipandang sebagai titik transisi suci.

Beberapa contohnya:

  • Budaya Bali menyebut proses kelahiran sebagai “nunas nyawa” (meminta nyawa), di mana tubuh ibu, termasuk perineum, disucikan sebelum dan sesudah melahirkan.
  • Suku Maori (Selandia Baru) menganggap perineum dan jalan lahir sebagai wāhi tapu (ruang sakral) yang tidak boleh dilukai sembarangan.
  • Suku Navajo (Amerika Utara) melihat proses kelahiran sebagai journey of the soul yang harus dikelilingi oleh doa, nyanyian, dan rasa hormat terhadap tubuh ibu.

Di semua narasi ini, tubuh perempuan tidak pernah hanya “medis”. Ia adalah bagian dari spiritualitas alam semesta.

Pandangan Modern: Leclaire Method dan Spiritualitas Tubuh

Leclaire Method—sebuah pendekatan kelahiran sadar dari Prancis—menekankan bahwa tubuh ibu menyimpan memori emosional dan spiritual. Perineum dianggap sebagai titik “batas” antara dunia internal dan eksternal. Maka, saat perineum dibuka secara penuh dengan kesadaran, refleks alami tubuh juga lebih mudah teraktivasi.

Di antaranya:

  • Fetal Ejection Reflex: refleks alami tubuh yang mendorong bayi keluar dengan lembut tanpa intervensi kasar atau paksaan.
  • Hormon pelindung seperti beta-endorfin dan oksitosin mengalir deras bila ibu merasa aman, dipercaya, dan tubuhnya dihormati—bukan dikendalikan.

Sarah Buckley (2009) dalam bukunya Gentle Birth, Gentle Mothering menjelaskan bahwa saat tubuh ibu merasa aman dan perineum tidak dipaksa, tubuh akan melepaskan gelombang hormon yang serupa dengan orgasme spiritual—membantu kelahiran lebih lembut dan minim trauma.

Pendekatan Gentle Birth dan Hypnobirthing

Dalam praktik gentle birth dan hypnobirthing, perineum bukan sesuatu yang harus dikontrol atau dihindari robeknya dengan “menahan atau memegang”.
Justru sebaliknya, ia perlu dibiarkan bekerja, didengar, dan diberi ruang. Inilah esensi dari pendekatan hands-off atau “tidak terburu-buru.”

Menurut Reed, R. (2015) dalam artikelnya “Hands Off the Perineum”, intervensi berlebihan seperti menarik kepala bayi, menekan perineum, atau mengatur napas secara paksa justru mengganggu ritme alami tubuh dan meningkatkan risiko trauma robekan.

“Ketika kita terburu-buru membuka gerbang, ia bisa retak. Tapi ketika kita sabar, gerbang itu bisa membuka dengan sendirinya.”

Praktik Menjaga Kesakralan Perineum

Berikut adalah langkah-langkah aplikatif yang bisa dilakukan untuk menghormati dan menjaga perineum sebagai gerbang sakral:

  1. Berdoa dan Afirmasi Harian (ini jalur langit tadi)
  • Mengucapkan kalimat seperti:
    “Perineumku adalah pintu kehidupan. Aku menjaganya dengan cinta dan percaya.”
  1. Gerakan Prenatal Gentle Yoga (PGY)
  • Gerakan seperti Deep Squat, Butterfly Stretch, dan Supported Child’s Pose dapat melatih elastisitas dan kesadaran tubuh di area perineum.
  1. Posisi Melahirkan yang Memberi Ruang
  • Seperti posisi miring (lateral), jongkok dengan sandaran, atau hands-and-knees yang membuka panggul bawah secara alami tanpa tekanan berlebihan pada perineum.
  1. Kompres Hangat dan Hands-off
  • Memberi kompres hangat di area perineum saat kepala bayi mulai terlihat terbukti mengurangi risiko robekan(Dahlen et al., 2016)
  • Biarkan kepala bayi keluar perlahan, jangan ditarik.
  • Jangan paksa ibu untuk mengejan saat perineum sedang “crowning” (fase ring of fire).

Penutup: Tubuh yang Dihormati, Melahirkan dengan Lembut

Ketika kita mengubah cara pandang terhadap perineum—dari area “yang pasti robek” menjadi portal suci kehidupan, maka pendekatan kita terhadap persalinan juga ikut berubah.

Kita mulai memberi waktu, bukan memaksa.
Kita mulai mendengarkan, bukan mengatur.
Kita mulai memuliakan tubuh, bukan mencurigainya.

Karena setiap bayi layak dilahirkan melalui tubuh yang dipercaya,
dan setiap ibu layak membuka dirinya dalam suasana damai.

‍3. Edukasi untuk Ibu & Birth Partner: Hak Tubuh, Pilihan, dan Informed Consent dalam Menjaga Perineum

Banyak perempuan datang dengan keluhan:

“Saya nggak tahu apa-apa, tahu-tahu sudah digunting.”
“Dokternya bilang ‘biar cepat ya, Bu’, dan saya nggak sempat jawab.”
“Saya pikir itu normal, tapi ternyata saya trauma sampai sekarang.”

Ironisnya, banyak robekan perineum bukan terjadi karena tubuh ibu gagal, melainkan karena ia tidak diberi kesempatan untuk tahu dan memilih.
Padahal tubuh ibu memiliki hak penuh atas proses yang terjadi padanya—termasuk saat melahirkan.

Apa Itu Informed Consent?

Informed Consent adalah hak setiap pasien (termasuk ibu bersalin) untuk:

  • Mendapat penjelasan lengkap dan jujur mengenai prosedur,
  • Memahami risiko, manfaat, dan alternatifnya,
  • Memiliki waktu untuk bertanya dan mempertimbangkan,
  • Menyatakan persetujuan secara sadar dan tanpa tekanan.

Informed consent bukan sekadar “izin untuk tindakan medis”.
Ia adalah bentuk penghormatan terhadap tubuh, kesadaran, dan martabat manusia.