2. Kemungkinan terjadinya aspirasi pada bayi
3. Hypothermia kemungkinan bisa terjadi bila air yang digunakan adalah air dingin
4. Perkiraan volume perdarahan dan penanganan perdarahan pada kala 3 sulit dilakukan pada saat ibu masih di dalam air
5. Secara teori, ibu mempunyai resiko untuk terjadi emboli air
Lalu bagaimana kriteria yang direkomendasikan untuk kolam airnya?
1. Waterbirth sebaiknya digunakan pada ibu yang tidak mempunyai resiko komplikasi atau resiko tinggi selama kehamilannya.
2. Sebaiknya ibu mulai masuk ke air pada saat fase aktif dalam proses persalinannya.
Berikut kontraindikasi bagi waterbirth:
1. Persalinan premature
2. Ibu yang menderita penyakit infeksi seperti HIV, Hepatitis B maupun hepatitis C.
Rekomendasi untuk penggunaan metode waterbirth:
1. Bidan seharusnya mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari waterbirth kepada pasien.
2. Tanda-tanda vital dan Detak Jantung Janin harus dalam keadaan normal.
3. Detak Jantung Janin harus selalu dimonitor saat ibu berada dalam air.
4. Pertahankan dan monitor suhu air sekitar 36 sampai 37,5ºC untuk mencegah hypo atau hyperthermia.
5. Suhu ibu juga harus dimonitor. Dan ibu harus keluar dari air bila suhu tubuhnya melebihi 37ºC.
6. Ruangan dalam waterbirth di set sedemikian rupa sehingga dekat dengan tempat persalinan alternative.
7. Sebisa mungkin air dijaga kebersihannya dari lendir maupun kotoran, sehingga tidak mudah terjadi kontaminasi.
8. Bayi sebaiknya dilahirkan sampai komplit tanpa adanya kontak udara sampai. Karena perbedaan tekanan udara dan suhu dapat merangsang bayi untuk bernafas dan mempertinggi resiko terjadinya aspirasi air.
9. Perawatan intensif bagi bayi untuk menghindari hypothermia.
10. Sebaiknya air di keluarkan pada saat, pengeluaran plasenta atau tatalaksana kala III untuk mengetahui perdarahan ibu secara akurat.
11. Kolam yang digunakan di RS sebaiknya disposible atau dibersihkan dulu dengan chlorine untuk membunuh bakteri-bakteri pathogen.
Dan pertanyaan-pertanyaan yang pasti ditanyakan selain pertanyaan-pertanyaan diatas adalah apakah bayi tidak tenggelam dan atau aspirasi, dan bagaimana bayinya bernafas???
Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mencegah bayi bernafas saat dalam air. Bayi saat masih berada dalam kandungan mendapatkan suplai oksigen melalui plasenta dan tali pusat.tapu praktis bernafas melalui udara sudah dipersiapkan sejak foetus berumur 10 minggu melalui pergerakan otot intercostal dan diafragma. 24-28 jam sebelum persalinan spontan, terdapat peningkatan level prostatglandin dari plasenta yang menyebabkan penurunan atau perhentian pergerakan pernafasan (Fetal Breathing Movements/ FBM). Dengan adanya penghentian gerakan otot intercostal dan diafragma, maka aliran darah banyak mengalir pada orga vital dan otak. Dan ketika bayi lahir, level prostatglandin masih tinggi dan otot-otot untuk pernafasanpun belum bekerja. Dan bayi akan bernafas ketika ada stimulus atau rangsangan yaitu perbedaan tekanan udara. Jadi saat bayi masih didalam air, bayi belum bernafas. Bayi akan bernafas setelah kepalanya diangkat dan keluar dari air untuk itu maka kemungkinan bayi untuk aspirasi sangatlah kecil.
Lalu sejauh mana kewenangan bidan dalam waterbirth?
Sebagai bidan yang terpenting adalah bagaimana membuat ibu merasa nyaman, berikut ini tugas yang dapat dilakukan bidan dalam waterbirth:
1. Memastikan kondisi ibu & bayi baik.