
Fungsi neokorteksnya berkurang dan sistem limbiknya (insting) meningkat. Nah, saat inilah fase aktif mulai terjadi.
pada periode ini, bayi mulai berputar dan bergerak turun melalui panggul ibu. Rhombus Michaelis bergerak naik untuk meningkatkan kapasitas di rongga dan lubang panggul.
Gambar: Rhombus Michaelis
karena pelvis yang mulai ‘membuka’ itu menjadi tidak stabil – maka ibu mulai bergerak secara naluriah untuk mengakomodasi gerakan panggul dan bayinya. saat inilah, ketuban bisa pecah saat serviks terbuka cukup besar.
Seiring kemajuan persalinan dan saat kontraksi mencapai puncak ‘yang kuat’, ada gelombang E-EN untuk melawan beberapa efek BE. Ini terjadi untuk mempersiapkan ibu supaya dia cukup waspada untuk melindungi bayinya segera setelah lahir. Respon tubuh bisa berupa refleks ejeksi janin yang mengakibatkan kontraksi yang sangat kuat dan kelahiran yang cepat. Namun, bagi kebanyakan wanita, gelombang E-EN ini dialami sebagai ‘transisi’ – perasaan takut, merasa tidak kuat, tapi juga excited. (biasanya ini terjadi di pembukaan 8-9cm).
Begitu serviks terbuka penuh mungkin ada ketenangan dalam pola kontraksi karena rahim mulai ‘mengatur kembali’ dirinya sendiri saat bayi bergerak ke bawah. Saat bayi turun tekanan lebih lanjut ada pada saraf di panggul sehingga terjadi reflek untuk mendorong atau mengejan secara spontan. Kontraksi menjadi semakin ekspulsif saat jaringan lunak membentang sehingga meningkatkan pelepasan hormon OX. Rasa sakit yang dihasilkan dari jaringan perineum yang membentang membuat ibu melakukan perilaku naluriah untuk melindungi perineum. Tingkat PRL, OX dan E-EN meningkat lebih jauh saat prose kelahiran terjadi.
Begitu kepala bayi lahir ada kemungkinan jeda yang memungkinkan bayi untuk memutar atau mengubah posisi untuk mendapatkan bahunya lahir melewati panggul.
Penilaian (apa yang mungkin Anda lihat)
- Pola kontraksinya menjadi semakin kuat. Perhatikan bahwa kontraksi mungkin belum tentu menjadi lebih dekat, tapi akan menjadi semakin kuat. Harus ada pergeseran pola / kekuatan setiap 2 jam (ini pola atau aturan pada umumnya).
- si Ibu akan berada di ‘dunianya sendiri’ – dia mungkin menutup matanya dan tertidur di antara kontraksi . coba Lihatlah si ibu mungkin menutupi matanya dengan kain atau membenamkan kepalanya ke sesuatu (misalnya bantal) pada fase ini.
- ibu mulai kurang bisa menanggapi pertanyaan atau hal lain yang mengharuskannya untuk menggunakan neokorteks. Komunikasinya (jika ada) akan singkat dan “to the point” misalnya. ‘Air!’ Dan bukan ‘Tolong ambilkan aku air’. Jika Anda mengajukan pertanyaan (sebaiknya tidak) mungkin diperlukan beberapa saat baginya untuk menjawab dan dia tidak akan berbicara selama atau saat dia merasakan kontraksi.
- Gerakan dan suaranya akan bersifat naluriah dan ritmis. Dia cenderung bersuara selama kontraksi – sering kali mengeluarkan suara yang sama dan / atau melakukan gerakan yang sama setiap saat.
- Selama fase inilah si ibu bersalin yang sebelumnya adalah seorang pemalu tiba tiba berubah menjadi tidak peduli akan rasa malunya. dimana dia tidak enggan untuk melepas semua pakaiannya dan merangkak dalam kondisi telanjang.
- Pada titik ini “simfoni hormonal” berjalan lancar , sangat sulit untuk menghentikan atau memperlambat kontraksi. Tekanan yang signifikan pada titik ini dapat menghasilkan refleks ejeksi janin namun tidak mungkin menghentikan kontraksi.
- Saat bayi bergerak ke bawah dan panggulnya menjadi kurang stabil (terbuka), postur tubuhnya akan berubah. si ibu bersalin biasanya langsung ingin memegang benda (dan orang) saat berdiri / berjalan. ibu bersalin ini tidak akan bisa duduk langsung di pantatnya.
Jika si Ibu berada dalam posisi miring ke depan / tegak, Anda mungkin bisa melihat / merasakan ‘pembukaan punggungnya’ saat Rhombus Michaelis bergerak.
Garis ungu bisa terlihat di antara pantat wanita saat kepala bayi turun. - Selama transisi E-EN bisa menyebabkan mulut kering dan dia mungkin tiba-tiba menjadi sangat haus. ketika produksi E-EN sangat tinggi, maka kadang juga bisa menyebabkan muntah saat merespons fight or flight.
- ketika pembukaan lengkap, Anda mungkin akan melihat mucus plug yang banyak dan berwarna merah darah dan air ketuban pecah.
- saat fase ini mungkin ada fase ‘istirahat dan bersyukur’ setelah fase transisi dimana kontraksi melambat dan ibu bersalinn berbaring saat bayi turun ke panggulnya.
- sang ibu bisa saja mengeluh dan berkata bahwa dia merasa seperti hendak Poop dan merasa tulang ekornya terasa pegal sekali serasa mau patah, Dan Anda mungkin melihat kotoran keluar saat bayi menekan rektum nya dan sang ibu mengejan.
- Kontraksi menjadi ekspulsif dan pola akan berubah. Suara dan tingkah lakunya juga akan berubah.
- Jika Anda dapat melihat daerah perineumnya , Anda akan melihat tanda-tanda kepala bayi turun melalui vagina – dimana anus dan vulva menganga, vulva menjadi pipih, kantong air ketuban yang menonjol (jika masih utuh), Rambut bayi / kepala, dll.
- Saat kepala bayi crowning, sang ibu bisa saja akan menahan dorongannya/hejanannya, terengah-engah, menjerit, menutup kakinya, dan / atau memegangi kepala bayinya – melindungi perineumnya.
saat bayi sudah lahir, ibu dan bayi memiliki tingkat BE, OX dan E-NE yang sangat tinggi. Seiring dengan meningkatnya hormon PRL, kombinasi ini memberikan resep yang sempurna untuk terbentuknya ikatan dan koneksi ibu-bayi – BE (kesenangan, penghargaan, ketergantungan) + OX (cinta dan ikatan) + PRL (perilaku ibu) + E-NE (kewaspadaan).