Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Saat Kontraksi, DIEM atau GERAK ya?

Saat Kontraksi, DIEM atau GERAK ya?

0
Saat Kontraksi, DIEM atau GERAK ya?
  • Ibu harus diberi kebebasan bergerak dan memilih posisi nyaman selama persalinan

  • Imobilitas (tidak bergerak) berhubungan dengan persalinan yang lebih lama, rasa sakit lebih tinggi, dan peningkatan intervensi medis

Posisi terlentang diam yang sering dipaksakan di banyak ruang bersalin justru menutup outlet panggul, memperlambat turunnya bayi, dan meningkatkan risiko trauma perineum (Gupta et al., Cochrane, 2017)

Contoh klien di lapangan:

Ibu A: Kontraksinya sudah kuat tapi pembukaan lambat. Setelah disarankan berdiri dan goyang pakai birthing ball, dalam 30 menit pembukaan bertambah 2 cm.
Ibu B: Saat rebahan terus, merasa nyerinya makin menjadi. Tapi saat mulai melakukan gerakan miring kiri dan rocking hips, rasa nyeri terasa lebih bisa “diterima”.
Ibu C: Saat mulai takut dan cemas, diajak berdiri, pelukan suami sambil goyang pelan. Ternyata tubuhnya jadi lebih rileks dan urge to push mulai muncul.

 

Gerakan bukan pengalih rasa sakit,
bukan “pelengkap” di antara kontraksi,
tapi bagian penting dari proses lahir itu sendiri.

Dengan setiap goyangan panggul,
setiap langkah pelan,
setiap napas yang diiringi gerak,
ibu sedang menari bersama tubuhnya…
dan memberi jalan bagi bayinya lahir dengan cinta

Apa Saja Gerakan dan Posisi yang Bisa Dilakukan Saat Kontraksi?

Tubuh ibu saat persalinan itu seperti “alat musik hidup” — semakin diajak bergerak dengan lembut dan ritmis, semakin selaras iramanya dengan kontraksi. Bukan hanya bikin lebih nyaman, tapi juga membantu proses persalinan jadi lebih lancar.

Berikut ini contoh gerakan dan posisi yang aman dan efektif untuk setiap fase pembukaan:

FASE KALA I – Laten dan Aktif Awal

Ini adalah fase saat kontraksi mulai terasa rutin, tapi pembukaan masih di awal (0–4 cm untuk laten, dan 4–6 cm untuk aktif awal). Biasanya kontraksi masih bisa ditoleransi, dan ibu punya tenaga lebih untuk bergerak.

‍♀️ Contoh Gerakan & Posisi:

  • Berjalan pelan-pelan keliling ruangan → membantu gravitasi menekan kepala bayi ke arah panggul.

  • Goyang pinggul di atas birthing ball → seperti menari sambil duduk, bantu merilekskan otot dasar panggul.

  • Rocking forward (bersandar ke meja atau sandaran sambil goyangkan tubuh ke depan-belakang) → melepaskan tekanan dari punggung.

  • Bersandar ke dinding sambil ayunkan panggul kanan-kiri → bantu membuka panggul tanpa kelelahan.

  • Squat ringan atau duduk bersila dengan bantal → bagus untuk membuka pintu panggul atas (inlet) dan melatih otot paha.

Tujuannya:

  • Membantu kepala bayi turun secara alami

  • Menjaga kelenturan sendi panggul dan ligamen

  • Mengalihkan fokus dari nyeri kontraksi ke gerakan yang menenangkan

Tips: Banyak ibu merasa lebih nyaman saat bergerak diiringi musik lembut atau sambil dipeluk/ditemani suami.

FASE AKTIF INTENS – Menuju Pembukaan Lengkap

Pada fase ini, pembukaan sudah 6–10 cm. Kontraksi mulai terasa lebih kuat, intens, dan datang lebih sering. Tapi justru di fase ini, gerakan yang terfokus dan penuh niat bisa sangat membantu bayi menemukan jalan lahirnya.

‍♀️ Contoh Gerakan & Posisi:

  • Merangkak (hands and knees position): sangat baik untuk bayi sungsang atau posterior. Mengurangi tekanan punggung dan bantu bayi berputar.

  • Lunging (satu kaki ke depan di atas kursi kecil atau tangga) → membuka salah satu sisi panggul agar bayi bisa memutar.

  • Tidur miring kanan/kiri sambil diayun pelan → istirahat aktif, sambil tetap membuka ruang untuk bayi.

  • Pelvic tilts (gerakan memutar panggul seperti angka 8) → bisa dilakukan sambil berdiri, duduk, atau di birthing ball.

Tujuannya:

  • Mengoptimalkan posisi dan rotasi kepala bayi

  • Membantu turunnya bayi lebih lancar

  • Mengurangi tekanan di punggung dan tulang ekor

Menurut Cochrane Review (Lawrence et al., 2013): Ibu yang aktif dan mobile selama persalinan cenderung mengalami persalinan lebih singkat, nyeri lebih ringan, dan risiko intervensi medis lebih rendah.

Saat Kontraksi Datang? Boleh Gerak atau Harus Diam?

Kontraksi itu seperti ombak — ada puncak dan ada jeda.
Saat sedang datang, ibu boleh memperlambat gerakan, tapi tidak perlu diam total. Justru gerakan lembut yang sinkron dengan napas bisa bantu tubuh tetap rileks dan kontraksi jadi lebih efektif.

Contoh:

  • Sedang berdiri: pegangan di bahu suami sambil peluk dan goyangkan panggul perlahan.

  • Sedang duduk: lakukan gerakan melingkar kecil dengan panggul sambil napas panjang-panjang.

  • Di atas birthing ball: bersandar ke meja atau bantal besar, lalu goyang ke kanan-kiri dengan lembut.

Kuncinya adalah napas.
Saat tubuh bergerak lembut + napas tetap ritmis, maka sistem saraf akan memberi sinyal “tenang”, kontraksi jadi tidak melawan tubuh, dan otot-otot jalan lahir membuka lebih mudah.

Tapi… Bagaimana Kalau Ibu Terlalu Lelah?

Ini pertanyaan yang sangat manusiawi dan penting.

Karena tidak semua ibu punya kekuatan penuh untuk terus bergerak selama berjam-jam.
Kadang sudah kontraksi 12–18 jam, belum makan cukup, belum tidur, atau mengalami tekanan mental yang membuat tubuhnya “minta rehat sejenak”.

Dan itu sangat boleh.
Dalam prinsip gentle birth, istirahat bukan berarti menyerah atau tidak aktif.
Sebaliknya, istirahat bisa menjadi strategi yang cerdas dan penuh kesadaran.

Istirahat yang Mendukung Proses Lahir

Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya istirahat tanpa menghambat kerja tubuh dan bayi.

Prinsip dasarnya:

  • Tetap jaga gravitasi

  • Buka panggul

  • Berikan ruang pada bayi untuk bergerak

  • Jaga koneksi antara tubuh dan napas

Berikut posisi istirahat yang tetap “aktif” secara fisiologis:

1. Tidur Miring Kiri dengan Bantal di Antara Paha

Posisi ini: