
Padahal, yang salah bukan tubuhnya — yang keliru adalah sistem dan asumsi yang memvonis tanpa fakta ilmiah.
2. Meningkatkan Risiko Depresi Pasca Persalinan (Postpartum Depression)
Perasaan gagal, tidak berdaya, dan trauma atas pengalaman lahiran yang tidak sesuai harapan dapat menjadi pemicu depresi postpartum.
Beberapa studi menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap pengalaman lahiran (termasuk diagnosis intervensif yang tidak dijelaskan dengan baik) berkorelasi dengan peningkatan gejala depresi, kecemasan, dan trauma setelah melahirkan.
3. Meninggalkan Trauma yang Membuat Ibu Enggan Hamil Lagi
Ada ibu yang bilang:
“Saya trauma disuruh periksa dalam terus dan tiba-tiba disuruh SC.”
“Saya takut hamil lagi karena merasa tidak bisa melahirkan.”
Diagnosis palsu bisa menyebabkan birth trauma, yaitu pengalaman persalinan yang meninggalkan luka emosional mendalam — bahkan jika secara medis semuanya “baik-baik saja.”
Ini berdampak jangka panjang, bahkan bisa mengubah keputusan reproduksi seorang perempuan.
4. Meningkatkan Angka Operasi Sesar (SC) Tanpa Indikasi Medis Nyata
Diagnosis “panggul sempit” pra-persalinan adalah salah satu penyebab utama SC elektif yang tidak berbasis kebutuhan medis nyata.
Padahal, WHO dan banyak lembaga kesehatan dunia telah memperingatkan bahwa:
“SC sebaiknya dilakukan hanya berdasarkan indikasi medis yang jelas, karena membawa risiko lebih tinggi baik untuk ibu maupun bayi dibandingkan persalinan normal.”
Ketika diagnosis palsu digunakan untuk membenarkan intervensi, maka praktik tersebut bukan hanya tidak etis, tapi juga menyumbang pada krisis intervensi berlebihan dalam dunia kebidanan dan obstetri.
Diagnosis yang tidak tepat bukan sekadar kesalahan teknis. Ia bisa menjadi luka batin yang diam-diam tumbuh menjadi trauma.
Maka setiap kata, setiap vonis, setiap tindakan pada ibu hamil harus dilandasi bukti, empati, dan penghormatan pada tubuh dan pilihan ibu.
Karena kadang yang paling menyakitkan bukan kontraksi, tapi kalimat yang membuat ibu merasa tubuhnya tidak layak melahirkan.
✅ Solusi dan Edukasi untuk Ibu Hamil
coba baca sampai habis dan renungkan serta negosiasikan dengan providermu ya