
(e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
Semua poin dari a s.d e adalah benar dan sangat bagus, namun sayangnya tidak jarang pendamping persalinan justru panik dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan bagaimana perubahan emosional serta kebutuhan sang ibu pada setiap fase dalam persalinannya.sebenarnya di poin inilah kita tahu bahwa sebagai tenaga kesehatan kita harus mempersiapkan pendamping persalinan ini supaya mereka dapat melakukan fungsi dan perannya dengan baik saat persalinan nanti. Sekali lagi pemberdayaan masyarakat ini penting. Intuk itulah mengapa disetiap kelas ataupun workshop persiapan persalinan, pendamping baik itu suami, ibu atau keluarga wajib mengikuti juga, tidak lain dan tidak bukan supaya mereka siap melakukan tugasnya dengan baik, menjadi team yang solid.
5. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
Sebenarnya idealnya bukan mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman, namun membantu dan memfasilitasi serta memotivasi ibu untuk memilih mana posisi yang terasa nyaman bagi dia selama fase kala I persalinan.
membantu dan memfasilitasi serta memotivasi artinya bahwa tuga nakes disini adalah bagaimana kita bisa membantu dan memotivasi sang ibu untuk mencoba, memilih dan mengatur posisinya senyaman mungkin, karena tidak jarang seorang ibu karena dia merasa sudah “Pe We” atau Posisi Wuenak, maka dia hanya mau tiduran saja selama proses kala I persalinan sambil mengaduh kesakitan. Padahal ada banyak posisi yang bisa dia lakukan untuk membantu proses persalinan supaya kala I berlangsung cepat dan lebih lancar. Karena ketidaktahuan klien, sehingga mereka andalannya hanya berbaring atau miring kekiri. Padahal bisa saja mereka di ajak duduk di atas bola, melakukan pelvic rocking atau nungging atau posisi posisi yang sebenarnya mampu meringankan “ketidaknyamanan” yang mereka alami. Nah disinilah peran serta aktif bidan/nakes dan juga klien.
Dari sisi bidan/nakes, disinilah saatnya seorang bidan mampu memotivasi ibu untuk tetap “mobile” atau berganti posisi saat proses persalinan
Dari sisi ibu, disinilah peran dan fungsi serta kegunakan pemberdayaan diri yang Anda lakukan selama masa kehamilan dulu. Dinama Anda bisa mengerti dan mengetahui fungsi dan kegunaan tiap posisi sehingga dengan kesadaran diri yang besar Anda bisa bekerjasama dengan tubuh untuk mencari posisi yang nyaman dan bermanfaat bagi kemajuan proses persalinan. Bukan hanya nyaman bagi sang ibu tetapi juga bagi sang bayi.
6. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi Memberikan kecukupan energi dan mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
Nah ini yang masih sering terlupakan di fasilitas kesehatan, ketika seorang ibu masuk ke dalam ruang persalinan, seringkali dia kesulitan untuk mendapatkan minuman.
Jarang fasilitas kesehatan yang mau memfasilitasi minuman, entah itu cairan elektrolit, teh manis, madu atau minuman dan makanan ringan yang bisa membantu memulihkan energi sang ibu, bisanya yang sering saya lihat adalah mereka hanya memfasilitasi airputih, itupun sedikit, terkadang hanya air mineral kemasan gelas dengan sedotan yang kecil.
Sebenarnya mungkin menyediakan minuman dan makanan bukanlah tugas utama nakes, namun sebenarnya bisa saja nakes dan fasilitas kesehatan memberikan ijin atau menganjurkan klien dan keluarganya untuk membawa beberapa minuman dan makanan yang sekiranya bisa dibutuhkan dan digunakan untuk meningkatkan dan memulihkan energi sang ibu saat proses persalinan. Inilah mengapa saya menyebutkan berulangkali bahawa antara nakes, klien dan pendamping persalinan adalah TEAM.
7. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
Selain memberi keleluasaan, tugas dan fungsi nakes adalah memotivasi sang ibu sering berkemih paling tidak 1-2 jam sekali. Dengan menggunakan kalimat dan sugesti yang positif sehingga klien merasa nyaman.
8. Pencegahan infeksi ; Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir. Pencegahan infeksi adalah mutlak, sehingga sangat penting diperhatikan baik oleh nakes maupun ibu dan keluarga.
Kala II Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.
Seperti yang sudah saya ungkapkan di atas bahwa pendampingan persalinan adalah sangat penting dan sangat dibutuhkan seorang ibu bersalin. Dan asuhan sayang ibu ini harusnyantidak hanya berlaku pada persalinan normal saja tetapi juga berlaku pada persalinan dengan tidandakan termasuk persalinan pada operassi SC. Nah pada kenyataannya hanya sedikit RS yang mengijinkan pendamping persalinan masuk dan mendampingi ibu yang notabenenya itu adalah istrinya di ruang operasi. Ada berbagai alasan yang dikemukanan, dan rata rata alasannya adalah takut suami tidak siap sehingga justru pingsan di ruang operasi dan menambah pekerjaan petugas. Padahal sebenarnya alasan tersebut sangatlah tidak masuk akal, karena bisa saja sang suami atau pendamping diberikan motivasi atau pengertian atau bahkan mungkin seleksi awal, sehingga hal hal tersebut minimal kejadiannya, atau kalaupun tetap tidak bisa, paling tidak ada bidan atau perawat yang sudah mempunyai hubungan yang cukup baik dengan ibu yang bertugas untuk mendampingi dan memberikan support kepada sang ibu sehingga ibu tidak merasakan “berjuang” sendiri di ruang operasi.
2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (a) Membantu ibu untuk berganti posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c) Memberikan makanan dan minuman. (d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik. (e) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.
Poin yang ini saya rasa sangat penting sekali.
3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran dengan cara : (a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran.
Nah ini yang mutlak harus dilakukan oleh nakes, walaupun kenyataan dilapangan seringkali tanpa sadar nakes justru memberikan sugesti sugesti yang negatif disini, untuk itulah sebenarnya mengapa para nakes itu harus belajar hypnobirthing adalah supaya di fase ini para nakes mampu memberikan sugesti positif kepada ibu, karena ini yang sangat ibu butuhkan dan karena pada fase inilah kondisi emosi ibu sangatlah intens dan mudah sekali di sugesti.
4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
Poin ini yang sering menjadi salahkaprah di lapangan, dan poin ini yang membuat ruang persalinan serasa lapangan sepakbola karena suara nakes yang seperti supporter sepak bola saat memimpin ibu meneran. Padahal sebenarnya tanpa perlu nakes teriak teriak memimpin ibu meneran, tubuh ibu sebenarnya tahu kapan dia harus mengejan/meneran.
Nah cilakanya, adalah seringkali pada fase ini sang bidan/dokter memberikan aba-aba berupa sugesti yang salah sehingga secara otomatis terekam di bawah sadarnya sang ibu. Contohnya
Bidan/dokter: “Ayo ibu, ngejannya yang kuat!”
Klien akhirnya mengejan kuat
Bidan/dokyter: “Ayo mengejannya jangan dileher!”
Klien justru mengejan di leher karena pada dasarnya pikiran bawah sadar tidak bisa menerima kata “jangan” sehingga ketika nakes mengatakan hal itu justru secara otomatis sang ibu malah mengejan di leher.
Bidan/dokter : ” Ayo bu mengejannya kayak orang mau poop”
Klien justru kebingungan karena selama ini sepanjang hidupnya, jika poop posisinya adalah jongkok atau duduk. Tidak pernah dia poop dengan posisi tidur terlentang (kecuali saat masih bayi), padahal saat itu posisi ibu di kondisikan terlentang dengan kedua paha ngangkang. Dan ibupun semakin bingung karena selama hidupnya kalau poop adalah sendiri tidak di lihatin orang banyak. Padahal di ruang berasalin tersebut minimal ada 4 pasang mata yang memandangnya. Hehehe….nah bingunglah dia akhirnya.
Semakin bingung semakin lama dan semakin bidan/dokternya tidak sabar sehingga mimicu intervensi demi intervensi dilakukan.
– Nah mari koreksi kembali, di bagian mana yang harusnya di perbaiki baik dari sisi nakes maupun klien –
6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.