Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Bagaimana cara menghindari Induksi yang tidak perlu?

Bagaimana cara menghindari Induksi yang tidak perlu?

0
Bagaimana cara menghindari Induksi yang tidak perlu?

images-2

source pic: http://center.babygaga.com/learning/s/a/inducing-labor-chemically

Menurut penelitian 50% persalinan dengan Induksi berakhir di meja operasi = CAESAR!!!

Dan ini terjadi terutama pada ibu yang baru melahirkan untuk pertama kali. Padahal jika ibu bersalin pertama kali di lakukan SC, maka mereka beranggapan bahwa untuk persalinan berikutnya harus SC lagi padahal tidak.

Nah selain itu, dibandingkan dengan proses persalinan alami, ternyata proses persalinan yang di induksi terasa jauh lebih sakit. Hal ini disebabkan karena ternyata isi obat yang dimasukkan dalam tubuh kita yairu oksitosin sintetis tidak bisa di respon oleh otak dan tidak match dengan oksitosin alami. Sehingga justru malah menekan produksi oksitosin alami bahkan menekan produksi hormone endorphin dalam tubuh nah bisa di bayangkan bukan?

Berikuti ini beberapa langkah yang bisa Anda ikuti untuk menghindari induksi dalam persalinan

1. Langkah 1

Salah satu alasan paling umum untuk induksi adalah persalinan yang sudah “jatuh Tempo” atau melewati hari perkiraan lahir (HPL).

Nah pertanyaannya adalah bagaimana Anda tahu kapan persisnya terjadi konsepsi (pertemuan sel telur dengan sel sperma) dan kapan Anda benar-benar “terlambat”?

Perlu Anda ketahui bahwa tidak ada yang tahu tepatnya kapan konsepsi seseorang itu terjadi. Mengapa ada rumus perkiraan lahir ini karena untuk memudahkan bagi kami praktisi kesehatan melihat tumbuh kembang janin Anda dan untuk berjaga-jaga bagi Anda sebagai orang tua. Dan biasanya ini selisih dua mingguan. Sekarang coba Anda renungkan, rumus HPL dihitung dari hari pertama menstruasi, apakah saat itu sudah terjadi konsepsi? Tentu saja tidak. Karena konsepsi terjadi apabila terjadi ovulasi dan saat itu ada sperma dan 2 sel ini bertemua. Apakah anda ingat dan tahu kapan tepatnya ovulasi? Rumus ovulasi terjadi 14 hari setelah periode menstruasi terakhir diketahui (ini berlaku untuk siklus 28 hari) nah berarti ada selisih 2 minggu disini. Jadi sangat tidak masuk akal apabila Anda sudah panic ketika memasuki 40 minggu namun belum ada tanda persalinan. Karena bisa saja mundur hingga 42 minggu. Dan semakin tidak masuk akal lagi apabila begitu 40 minggu sudah di induksi atau bahkan di Sc. Karena bisa saja saat itu umur bayi Anda sebenarnya masih 38 minggu.

Kurang dari 5% dari bayi yang lahir tepat di hari HPLnya. karena Grafik lingkaran yang digunakan di dokter/bidan yang paling sering untuk menentukan tanggal HPL itu didasarkan pada siklus rata-rata 28-hari, dengan ovulasi 14 hari setelah periode menstruasi terakhir diketahui. Jika siklus Anda lebih panjang atau tidak teratur, metode ini kemungkinan besar tidak akurat. Bahkan jika Anda berpikir bahwa Anda tahu persis kapan dan tanggal berapa Anda hamil, perlu diingat bahwa sperma dapat hidup sampai 3 hari setelah hubungan seksual, sehingga memungkinkan untuk pembuahan terjadi beberapa hari setelah berhubungan seks. Oleh karena itu, hanya karena masalah melewati “tanggal jatuh tempo” bukan alasan yang cukup untuk menginduksi sebuah persalinan.

2. Langkah 2

Tanyakan dokter Anda ketika ia menganggap Anda “TERLAMBAT”. Pastikan dokter Anda tidak akan menekan dan memaksa Anda untuk menginduksi persalinan sampai satu hari setelah 42 minggu (kecuali jika ada alasan medis tertentu yang mengharuskan dilakukan induksi). Mintalah dia untuk menuliskan tanggal kapan Anda masuk 42-minggu dan Anda menandainya sebagai “tanggal jatuh tempo” dalam tabel, sehingga perawat dan staf lain tidak akan keliru mengkategorikan Anda sebagai pasien yang “terlambat” setelah 40 minggu.

3. Langkah 3

Jika Anda melewati tanggal HPL Anda dan mulai merasa ada perasaan tertekan dan keinginan untuk mendorong atau mengejan, memintalah Uji Non-Stres (NST) pertama. Tes yang tidak menyakitkan ini hanya memasang monitor sekitar perut Anda untuk mengukur detak jantung bayi dan aktivitas selama sekitar satu jam. Bayi yang aktif melakukan dengan baik. Bayi yang kurang aktif meningkatkan kemungkinan bahwa plasenta sudah terjadi penuaan, dan mungkin tidak lagi memberikan nutrisi yang cukup dan / atau oksigen ke bayi. Untuk memastikan hasil yang akurat, cobalah makan tinggi protein, tinggi karbohidrat makanan sebelum tes, bahkan beberapa penelitian menyatakan justru ibu disuruh minum minuman yang mengandung kafein. Ini membantu untuk memastikan bayi Anda terjaga dan menendang selama tes pemeriksaan. Jika tes menunjukkan aktivitas normal, bayi baik-baik saja.

4. Langkah 4

Sebuah tes lain untuk meminta sebelum induksi pertimbangkan Biophysical Profile (BPP). Hal ini biasanya dilakukan dalam hubungannya dengan Uji Non-stres. USG digunakan untuk mengamati tubuh bayi meliputi gerakan otot, gerakan bernapas, dan detak jantung. Tingkat cairan ketuban juga diukur (oleh USG – jangan khawatir) untuk memastikan plasenta berfungsi normal. Dehidrasi dapat menurunkan tingkat cairan ketuban Anda, jadi pastikan Anda minum banyak cairan sebelum dilakukan test. Hasil tes normal biasanya berarti bahwa aman untuk melanjutkan kehamilan.

5. Langkah 5

Jika Anda setuju untuk diinduksi, apakah Anda yakin tubuh Anda siap untuk bekerja sama? Jika Anda mengalami sedikit pembukaan atau tidak ada pembukaan sama sekali, sedikit penipisan atau bahkan tidak ada penipisan, ketuban Anda utuh, dan bayi Anda tetap tinggi di dalam rahim (belum masuk panggul), itu sangat mungkin sebagai tanda bahwa tubuh Anda tidak akan bekerja sama dengan setiap upaya medis untuk memicu timbulnya persalinan. Sebagian besar rumah sakit mengharuskan bayi lahir dalam 24 jam setelah diinduksi. Jika tubuh Anda tidak bekerja sama dan persalinan “gagal mengalami kemajuan”, Maka kemungkinan besar persalinan Anda akan berakhir dengan SC.

6. Langkah 6