Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Gentle Birth is About Faith (Birth Story)

Gentle Birth is About Faith (Birth Story)

0
Gentle Birth is About Faith (Birth Story)

Sekali-kali untuk mengobati rasa kangen lari, saya berjalan cepat antara 2-3 km keliling kompleks. “kalau mau jalan, jangan yang model nggliyat nggliyut glendhotan suami itu. harus jalan cepat minimal 3km!,” begitu kata beliau. dan benar…saya rasakan manfaatnya. badan berasa enerjik dan seger selalu!

Di awal februari, bu yesie mengadakan workshop seharian tentang gentle birth. saya ajak mama ikut karena beliau saya harapkan menjadi pendamping ketika saya melahirkan kelak, bergantian dengan suami saya seandainya tidak bisa selalu standby.

Di sini kami belajar banyak sekali! banyak wow moment yang membuat kami menganga sepanjang hari itu. mama sebagai peserta tertua di ruangan, mendapat waktu menceritakan pengalaman ketika melahirkan saya dulu. cerita yang gak terlalu asik itu sudah sering saya dengar berkali-kali: kontraksi lama, nunggu tiga hari gak keluar-keluar, perineum digunting, dijahit, dll.

Teori yang bu yesie katakan bahwa seorang ibu akan selalu ingat sedetail apapun saat melahirkan anaknya memang benar. mama bisa menceritakan detik per detik proses kelahiran saya. “maka, jika pengalaman itu buruk dan tidak menyenangkan, akan menjadi trauma seumur hidup” ya, trauma itu nyata adanya. dan ternyata gak cuma ke si ibu lho, si bayi juga merasakan trauma itu.

“dan jika pengalaman melahirkan itu nyaman, senang, senyum, dan tenang…maka akan menjadi kenangan indah seumur hidup”. bayangkan kalau kita selalu diberi informasi bahwa melahirkan itu menyakitkan, maka itulah yang akan kita percayai. seperti yang saya percayai sejak kecil karena cerita-cerita dan adegan-adegan melahirkan di film yang begitu dramatis sampai nyakar-nyakar dan teriak-teriak.

Nah, mulai hari itu otak saya distimulasi dengan kata-kata afirmasi positif, kami diperlihatkan beberapa video proses melahirkan yang tenang tanpa teriak-teriak, kami belajar cara mengalihkan rasa sakit dengan cubitan dan merendam tangan di es batu, kami belajar womb breathing, kami belajar relaksasi dan hypnobirthing, kami belajar massage untuk mengurangi rasa sakit, kami belajar membuat birth plan, hingga belajar belly mapping alias menentukan letak posisi bayi di rahim.

Semakin hari, semakin banyak ilmu baru yang saya dapatkan dari bu yesie. entah dari bertemu langsung saat sesi yoga, dari tulisan-tulisan di website www.bidankita.com, dari artikel, dari postingan di instagram, dari dvd relaksasi yang diberikan gratis di goody bag workshop, maupun dari buku ‘gentle birth balance’ karangannya.

Jujur, setelah mengikuti berbagai ilmu dan pelajaran dari bu yesie, proses kehamilan saya menjadi jauh lebih nyaman. tidak ada lagi kekhawatiran, saya lebih santai, tenang, happy, dan terhubung dengan bayi saya di rahim. saya belajar berkomunikasi dengan bayi saya, kembali ke mindfulness dan balance.

Bahkan dengan bonus saya lebih sabar dan fokus, penuh dengan mindfulness sehingga dalam kegiatan parenting saya sehari-hari kepada naila pun tidak pernah emosi sama sekali.

Di akhir maret, bu yesie mengadakan sesi workshop lagi dan kali ini mengambil tema ‘posisi menentukan prestasi’. di sana kami belajar lagi ilmu-ilmu baru yang lebih banyak berkutat masalah fisiologi tubuh. bahwa ternyata posisi bayi sungsang pun bisa dibalik denngan gerakan yang benar, bahwa ternyata jalan naik turun tangga adalah salah satu cara memperlancar proses kelahiran, bahwa nanti saat kontraksi seharusnya jangan tiduran aja tapi gerak. gerak! gerak! gerak! dan bahwa ketakutan dan kepanikan justru akan menghentikan proses yang sedang terjadi.

Di situ juga saya belajar bahwa jika kita sudah mempersiapkan sebaik mungkin tapi di akhir nanti ternyata harus sc, kita harus ikhlas. pasrah. tetap tenang. dan tidak boleh menyesal. karena emosi negatif itu akan memperburuk kondisi. ya ke ibu ya ke bayi.

It’s all about knowledge. and knowledge is power.

Kami juga belajar teknik rebozzo untuk mempercepat bayi masuk ke panggul, kami diajari untuk ‘mendeteksi’ apakah posisi bayi sudah optimal untuk lahir normal alami, yaitu posisi left occiput anterior (LOA).

Dan yang paling sukses saya praktekkan langsung adalah gerakan yoga untuk menyembuhkan piriformis syndrome alias tusuk-tusuk pantat kanan yang seringkali muncul. beberapa hari saya lakukan gerakan itu, langsung hilang total! benar ternyata…gentle birth is all about balance and harmony.

Ditambah dengan adanya segambreng ibu-ibu gaul dan asik yang kemudian tergabung di grup wasap #laskargentlebirth…setiap hari saya membaca cerita-cerita indah yang positif, saling mendukung, sampai gojekan saru hahahaha! tapi itulah…saya merasa jadi punya support group yang sangat mengerti dan memahami masing-masing.

Saya pun makin percaya diri untuk berganti ke dokter yang lebih memahami konsep gentle birth. maka di usia kandungan 32 minggu saya beralih ke pak dokter adi. saat kontrol ke beliau dengan pedenya saya bisa berdiskusi dan bertanya: “gimana dok, posisi bayi saya udah LOA?” hyiiiish gaya bener hahaha.

Saya pun berdiskusi juga tentang birth plan seperti keinginan saya untuk hanya didampingi suami dan mama bergantian saat proses persalinan, untuk menghindari energi-energi dan komentar negatif yang kemungkinan keluar dari orang-orang selain mereka.

Dan terutama di bagian ‘jika terpaksa harus menjalani sc karena emergency…maka suami diperbolehkan mendampingi ke ruang operasi’. semua keinginan saya diiyakan oleh dr adi. top banget! bahkan di uk 38 minggu plus plus, beliau mengatakan “kalau bisa jangan sampai induksi bu, ini posisi bayi sudah baik.

Ketuban masih banyak. plasenta masih sehat. sudah mengikuti kelas hypnobirthing dan yoga kan? yakin saja ya bu.” alhamdulillah…mak nyeeeessss rasane mendengar energi positif beliau.

~~~

Ya, begitulah ceritanya. walaupun akhirnya saya harus menjalani operasi caesar karena faktor emergency…saya tidak merasa kecewa, kesal, sedih. saya bisa tetap santai dan tenang. alhamdulillah persiapan selama ini bermanfaat, ada dukungan para nakes yang baik, dan keluarga yang memahami keinginan saya.

Menoleh ke belakang, saya percaya Tuhan mempersiapkan saya sebaik-baiknya untuk tetap tenang selama sc, untuk cepat pulih setelah operasi, kok ya ndilalah tensi saya yang biasanya selalu rendah…bisa normal 120/80 saat operasi. hb saya yang biasanya di bawah 10 bisa mencapai 12 saat operasi, dan fisik saya pas sedang fit-fitnya karena latihan yoga dan jalan cepat yang rutin.

Saya, suami, dan keluarga sudah melakukan persiapan maksimal.
pada akhirnya, di injury time…kami ikhlas pasrah dan percaya pada apapun yang terbaik menurutNya.

Sekali lagi gentle birth is not about vaginal birth vs sectio caesarean
it’s about empowering yourself.
it’s about balance and harmony.
first, it’s all about good preparation. then it’s about faith

Dan sekarang…perjuangan berlanjut. breastfeeding! it’s a lot more challenging than climbing up any mountain tops! hihihi…:-)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here