Bidan Kita

Home Childbirth Hypnobirthing Hypnoanesthesia dalam proses persalinan

Hypnoanesthesia dalam proses persalinan

0

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Walaupun demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain

Nyeri dan sakit adalah suatu kondisi yang paling tidak disukai bahkan ditakuti terutama pada ibu hamil dan ibu yang hendak bersalin. Banyak cara dan metode yang diciptakan guna mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakit pada saat hamil atau bersalin yang mana metode-metode tersebut akan dibahas dalam topik tersendiri pada bab berikutnya Rasa nyeri sebetulnya merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari tubuh manusia, yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya. Pada kehamilan, serangan rasa nyeri memberitahukan kepada ibu bahwa dirinya telah memasuki fase persalinan Rasa nyeri pada persalinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: anoksia (kekurangan oksigen) pada otot rahim, karena otot rahim ini berkontraksi, peregangan serviks (mulut rahim), tarikan pada tuba (saluran telur), ovarium dan ligamen – ligamen penyangga uterus, penekanan pada saluran dan kandung kemih, rektum serta regangan otot-otot dasar panggul. Persalinan berhubungan dengan dua jenis nyeri yang berbeda. Pertama berasal dari otot rahim pada saat otot itu berkontraksi. Karena merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri viseral. Sama seperti nyeri viceral lainnya, nyeri yang timbul tidak dapat ditentukan dengan tepat lokasinya (pin-pointed). Nyeri viceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered pain). Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada punggung bagian bawah dan sakrum (tulang ekor). Jenis yang kedua timbul pada saat mendekati kelahiran. Tidak seperti nyeri viceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus. Nyeri jenis ini disebut nyeri somatik dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian terbawah janin. Rasa nyeri akibat dilatasi serviks dan kontraksi rahim dihantarkan oleh serat sensoris berukuran kecil dari pleksus paracervikal dan pleksus hipogastrikus inferior yang kemudian bersatu dengan pleksus saraf simpatikus setinggi L2- L3 (tulang-tulang belakang sekitar pinggang). Untuk mengurangi dan menghilangkan semua nyeri diatas pasien minta bantuan. Dan puncak nyeri itu biasanya ketika pembukaan 4-5 cm disebut dengan fase aktif dalam proses persalinan Penjelasan mekanisme rasa nyeri tersebut adalah: Selama kala I Nyeri dihasilkan oleh dilatasi serviks dan Segmen Bawah Rahim (SBR), serta distensi uterus. Intensitas nyeri kala I akibat dari kontraksi uterus involunter nyeri dirasakan dari pinggang dan menjalar ke perut perut. Kualitas nyeri bervariasi. Sensasi impuls dari uterus sinapsnya pada Torakal 10, 11,12 dan lumbal 1. FASE TRANSISI Selama fase transisi →sensasi nyeri dirasakan amat sangat.→ ekspresi rasa tidak berdaya →menunjukan penurunan kemampuan, penurunan mendengar dan konsentrasi Fisiologi nyeri persalinan Selama kala II Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis Nyeri tersebut juga disebabkan oleh peregangan jalan lahir akibat penurunan bagian terbawah janin Distensi struktur pelvis dan tekanan pada pleksus lumbosakralis. Nyeri dirasakan pada : o Regio L 2 , bagian bawah punggung,dan juga pada paha dan tungkai pada areal vagina dan perineum. o Sensasinya seperti tarikan, tekanan, rasa terbakar dan puntiran, serta kram. o Ibu biasanya mempunyai keinginan untuk mengejan. o Sensasi impuls dibawa dari perieum ke sacrum 2, 3, 4 oleh saraf pudendal. Hal –hal yang harus diperhatikan pada kala II PADA NYERI KALA II Jangan menahan ikut saja mengikuti kontraksi. Langsung mengedan kearah bawah. Selalu mengambil napas dalam untuk mengisi awal dan akhir kontraksi. Jangan mengejan terlalu panjang tanpa mengambil napas. Rileks pada saat tidak ada kontraksi Intensitas nyeri Intensitas nyeri dibedakan menjadi: nyeri berat sedang ringan Dampak rasa nyeri dalam persalinan Seperti yang telah diungkapkan pada alenia sebelumnya, sebenarnya rasa nyeri diperlukan untuk mengenali adanya kontraksi uterus selama proses persalinan, namun kadang kala rasa nyeri tersebut bisa mengakibatkan akibat yang patologis rasa nyeri yang dirasakan terus menerus dan ditambah lagi dengan rasa cepas dan ketakutan yang dialami pasien dapat mengakibatkan keletihan sehingga mengakibatkan penurunan kontraksi uterus. Hal ini dapat mengakibatkan lamanya persalinan. Persalinan yg lama akan membahayakan ibu dan membahayakan bayi yg di kandungnya. Dalam ilmu Hypnotherapy ada hypnoanesthesia yang mana adalah penggunaan ilmu hypnosis untuk mengilangkan rasa sakit atau rasa nyeri yang dirasakan klien. Dan dalam sesi pelatihan hypnostetri yang selama ini penulis jalani, para peserta pelatihan paling antusias saat mempelajari tentang hypnoanesthesia ini, bagaimana tidak orang yang semula lihat jarum saja merasa ketakutan dan takut merasakan sakit, namun pada saat dilakukan hypnoanesthesia orang tersebut ditusuk dengan jarum berulangkali dan sama sekali tidak merasakan takut ataupun sakit. Mengapa bisa demikian? Seperti yang sudah kita bahan dalam bab sebelumnya yang mana apapun yang kita pikirkan, tubuh akan menciptakannya sesuai dengan apa yang kita pikirkan tersebut jadi dapat kita simpulkan bahwa pikiran manusia dapat mempengaruhi respon tubuh kita. Oleh sebab itu, apa yang dialami tubuh tergantung dari apa yang ada dalam pikiran bawah sadarnya. Karena itu, apapun yang dipilih untuk dipercaya oleh pikiran sebagai hal yang nyata, itulah yang akan mendapat respon dari tubuhnya. Contohnya, seorang pemain basket yang keseleo lututnya pada 10 menit terakhir pertandingan. Karena pikirannya sepenuhnya terfokus pada permainan dan bagaimana memenangkannya, mungkin ia hanya merasakan tekanan di lutut tapi tidak kesakitan. Pikirannya telah menyempitkan fokus perhatian dan hanya menerima saran untuk tetap berada di lapangan dan bermain sebaik mungkin. Tekanan di lutut hanya dirasakan di bawah sadarnya, sebagai kesadaran minor yang tidak membutuhkan simpati atau pesan untuk merasakan sakit. Lututnya tidak menganggap bagian yang keseleo itu sebagai sumber rasa sakit karena hanya otak yang bisa berpikir atau bereaksi merasakan sakit. Kalau tidak ada pesan dari otak untuk merasakan sakit, ia pun tidak akan merasakan sakit. Setelah pertandingan selesai, barulah pesan dari lutut bisa sampai ke otak sehingga ia mulai merasa tidak nyaman. Saat kita memusatkan perhatian pada satu obyek atau sensasi, maka perasaan lain akan dikesampingkan. Kenyataannya, kita bisa saja membaca buku yang bagus di ruangan yang ribut penuh orang tanpa merasa terganggu. Atau mungkin Anda pernah menonton film yang benar-benar bagus di bioskop saat menderita nyeri kepala. Selama menonton film rasa nyeri tersebut mungkin tidak terasa sama sekali, tapi begitu film-nya habis, kita kembali merasakannya. Sama prinsipnya dengan teori hypnosis yang mengolah pikiran bawah sadar, hypnoanesthesiapun juga demikian yaitu dengan cara memfokuskan pikiran klien terhadap sugesti atau objek tertentu dengan mengesampingkan rasa sakit atau nyeri yang dialami. Seperti kita tahu bahwa Nyeri atau rasa sakit adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang bersifat sangat subyektif, protektif, sensai dan sekaligus melibatkan emosi. Dalam hypnoanalgesia prinsipnya adalah mengurangi kepekaan klien terhadap rasa nyeri atau mengurangi sensitifitas dan ambang nyeri klien. Disini klien masih merasakan rasa nyeri namun intensitasnya dan sensasinya jauh berkurang karena klien dituntun untuk kurang peka terhadap rasa nyeri tersebut. Hypnoanalgesia biasa diterapkan pada ibu yang hendak bersalin yaitu pada kala I dan kala II persalinan diman ibu dituntun untuk tetap merasakan kontraksi dalam rahimnya karena pada dasarnya kontraksi tersebut sangat diperlukan untuk kemajuan proses persalinan, namun dalam saat yang bersamaan klien juga ditutun untuk mengurangi ambang nyeri atau mengurangi kepekaan terhadap nyeri kontraksi yang dirasakan. Bahkan klien dituntun untuk dapat menikmati kontraksi yang terjadi sebagai sesuatu yang membuat klien merasa nyaman. Sedangkan pada hypnoanesthesia klien dituntun oleh therapist untuk benar-benar merasakan mati rasa atau baal. Sehingga klien tidak merasakan sakit sama sekali. Hypnoanesthesia biasa dilakukan pada saat proses pembedahan, sedangkan pada persalinan biasanya dilakukan pada saat proses penjahitan luka ruptur ataupun luka episiotomy. Pada saat klien hendak dilakukan penjahitan klien dituntun untuk benar-benar mengabaikan rasa sakit atau rasa nyeri bahkan klien mati rasa dan baal sehingga dalam proses penjahitan luka episiotomy benar-benar tidak menggunakan lidokain dan klien benar-benar tidak merasakan sakit saat dijahit perineumnya. Training Hypnoanalgesia dan hypnoanesthesia Training atau pelatihan untuk hypnoanalgesia ataupun hypnoanesthesia bagi bidan, perawat ataupun dokter mungkin memerlukan waktu khusus. Namun untuk klien yang terpenting adalah klien mau kooperatif dan mempunyai motivasi yang kuat untuk tidak merasakan sakit pada proses persalinannya. Sebelumnya setiap klien harus diberikan informasi tentang analgesia dan anesthesia yang selama ini tersedia dan yang mungkin mereka perlukan. Informasi tersebut dijelaskan sejelas-jelasnya kepada klien. Naum dalam sesi ini therapist juga harus mampu meyakinkan klien bahwa mereka bisa melalui persalinan tanta rasa sakit. Pada saat sesi ini klien harus dalam kondisi tidak terpengaruh oleh obat-obatan. Idealnya kondisi hypnotic dimulai selama kehamilan. Menurut Kroger, klien hendaknya dilakukan sesi hynosis dua atau tiga kali selama satu bulan sampai hypnosis maksimal. Selama periode pengkondisian klien dalam pengaruh hypnosis, klien dianjarkan auto atau selsf hypnosis dan “glove anesthesia”. Untuk meguji apakah klien dapat menghilangkan rasa nyeri biasanya bisa dengan menggunakan jarum atau klem yang dijepitkan pada kulit klien yang sensitif, apabila klien tidak merasakan sakit atau nyeri akibat tusukan jarum atau jepitan klem, berarti klien sudah mampu melakukan hypnoanesthesia, namun dalam sesi ini yang paling penting adalah mengajarkan klien untuk dapat masuk dalam kondisi hypnosis tanpa panduan yaitu dengan auto hypnosis. Setelah klien berhasil melakukan sesi ini, untuk memaksimalkan hasil, maka pada akhir sesi berikan sugesti post hypnotik secara berulang-ulang supaya hasilnya maksimal yaitu dimana klien diperintahkan untuk mengatakan bahwa ketika proses persalinan mulai atau ketika klien merasakan kontraksi maka klien lansung masuk adlam kondisi trance/ kondisi hypnotic dengan respon atau pemberian “cue” atau kata kunci biasanya dengan menepuk dengan lembut atau menyentuh bahu kanan klien Dengan mengetahu respons pada sugesti post hypnotik dan mengetahui keberhasilan autohypnosis dan glove aneshtesia yang dilakukan klien selama antenatal, maka dapat dipastikan bahwa ibu hamil tersebut sudah siap melewati semua tahapan persalinan dengan nyaman dan tanpa rasa nyeri