Istilah tersebut tentu saja merupakan istilah yang sangat keras! Dan tentu saja, seolah-olah kata-kata tersebut meletakkan kesalahan pada ibu dan ketidakmampuan tubuhnya untuk melahirkan. saat ini saya tidak berbicara tentang seorang ibu dengan umur kehamilan 41 minggu, yang diinduksi tetapi gagal padahal skor bishop-nya 3 sehingga mengharuskannya untuk bedah sesar, tapi saat ini saya coba membahas tentang seorang ibu yang menjalani proses persalinan yang indah hingga dia mencapai masa transisi. Setelah diperiksa ternyata sudah mengalami pembukaan 8 cm. namun ternyata karena beberapa alasan, tiba-tiba pembukaan serviks berhenti dan terhenti bahkan mundur menjadi pembukan 6.
Apakah serviks bisa menutup kembali setelah membuka?
Ya, yang Anda baca benar, serviks bisa MENUTUP kembali atau disebut UNdilates.
tentu saja dalam dunia medis, istilah serviks undilates ini ditolak dan tidak diakui karena fenomena yang sangat normal dan alami ini tidak di dokumentasikan. Sebaliknya jika ada kejadian seperti ini biasanya dihubungkan dengan kesalahan perawat, kesalahan bidan dalam memeriksa atau kesalahan tubuh ibu bersalin tersebut.
“Laporan pertama dari MANA pada tahun 1998 adalah pada 9.000 persalinan menutupnya kembali serviks yang sudah membuka (serviks reverseral/ undilated) dilaporkan oleh 107 bidan dan terjadi pada 234 wanita (2,6%). Bidan menemukan bahwa faktor yang paling umum yang terkait dengan hal ini adalah: proses rujukan (pasien yang dirujuk dari Rumah ke rumah sakit); pembengkakan bibir serviks anterior, ketuban pecah dini; kecemasan; kurangnya kontinuitas dalam pemberi asuhan, dan kontraksi yang berhenti serta tiak efektif. Kita semua menyadari bahwa semua hal di atas dapat mempengaruhi kemajuan ibu dalam proses persalinan, namun kita tampaknya tidak menerima bahwa itu dapat dikaitkan dengan menutupya kembali leher rahim.” – Www.birthworks.co.az
mari pikirkan tentang hal ini sejenak: leher rahim/serviks itu adalah bagian dari tubuh wanita yang sangat sensitif, licin, 70% terdiri dari otot yan mengandung kolagen, tetapi sekitar 25% ototnya – secara langsung menanggapi atau bersespon terhadap katekolamin (adrenalin).
“Dilatasi serviks terjadi karena serat vertikal pada serviks dan segmen bawah rahim tubuh wanita menjadi santai dan rileks. Stres dapat menyebabkan serat horizontal dan vertikal menjadi berkontraksi, sehingga menciptakan proses persalinan yang tidak efektif.” Osborne-Sheets, C. Pre-and Perinatal Massage Therapy. Body Therapy Associates, 1998.
Katekolamin diproduksi saat wanita sedang takut, stres, emosi atau marah. Mereka juga diproduksi ketika seseorang merasa terancam atau terpojok. Sama seperti ketika hewan terutama mamalia “melarang” tubuhnya untuk melahirkan hingga mereka sampai atau berada di tempat yang mereka rasa aman dan mereka tidak merasa terancam oleh predator. Atau, dalam istilah sederhana, seperti yang diungkapkan oleh Ina may Gaskin dalam “Sphincter Law” dimana Sphincter Law ini memanifestasikan dirinya dalam cara berikut:
1. otot-otot sphincter pada anus dan vagina tidak merespon pada perintah.
2. Otot sphincter akan membuka dengan lebih mudah dalam suasana yang akrab nyaman di mana seorang wanita merasa aman.
3. Otot-otot sphincter lebih mungkin untuk membuka jika wanita tersebut merasa positif tentang dirinya sendiri, dimana dia merasa terinspirasi dan menikmati proses kelahiran atau persalinan.