Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Ketika serviks kembali menutup!

Ketika serviks kembali menutup!

0

Suatu hari, seorang ibu bersalin datang ketempat bidan senior yang telah berpengalaman 20 tahun menjadi bidan. Berikut ini data sang ibu tersebut :

GI Po Ao (Hamil Pertama Kali, Belum pernah punya anak, Belum pernah mengalami Abortus)

Umur kehamilan 40 minggu, kontraksi teratur setiap 2 kali 10 menit dengan durasi 50 detik di tiap kontraksi, saat dilakukan pemeriksaan dalam serviks sudah membuka sekitar 4 cm. di klinik bidan, sang ibu tersebut sangat cemas. Karena ini adalah pengalaman pertama-nya melahirkan. setelah di observasi untuk beberapa waktu ternyata tidak ada kemajuan dalam persalinannya pembukaan masih tetap 4 cm saja setelah 6 jam berlalu. Nah karena tekanan darah sang ibu terus mengalami kenaikan dan di observasi terakhir tensi mencapai 180/110 mmHg maka sang bidanpun merujuknya ke sebuah Rumah Sakit terdekat. Sesampainya di RS tersebut, sang ibu dilakukan pemeriksaan dalam oleh sang dokter dan ternyata pembukaan serviksnya baru 2 cm!

Sangat mengherankan padahal 6 jam yang lalu serviks sang ibu tersebut sudah membuka 4 cm, tetapi mengapa ketika diperiksa oleh dokter di RS serviksnya ternyata baru membuka 2 cm? mungkinkah serviks yang sudah membuka bisa menutup kembali? Dan akhirnya bidanlah yang disalahkan atas hal ini

Semula saya tidak percaya jika serviks yang sudah membuka bisa menutup kembali!

Ketika ada kasus seperti diatas, dugaan saya adalah adanya kesalahan pemeriksaan oleh bidan sebelumnya karena seperti kita ketahui dalam pemeriksaan dalam ukuran centimeter adalah “bidang khayal” yang mungkin saja berbeda antara seorang dengan orang lain. Atau karena si bidan belum trampil melakukan pemeriksaan dalam, maka diagnosanya keliru? Tapi pada kasus di atas, bidan tersebut sudah berpengalaman selama 20 tahun? Dan adalah hal yang mustahil jika dia keliru saat melakukan pemeriksaan dalam.

Tapi kenapa bisa serviks yang sudah membuka lalu menutup ya?

Karena penasaran dengan hal ini saya akhirnya searching, googling dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang “menari” dikepala saya melalui buku-buku kebidanan yang pernah saya beli saat saya di Singapore beberapa tahun yang lalu. Dan ketika saya membuka buku “Spiritual Midwifery” karya Ina may Gaskin, akhirnya saya menemukan jawabannya!

“Pola Persalinan yang Abnormal. Disfungsi dalam persalinan. Kegagalan Kemajuan Persalinan (Partus tak maju).” Jika Anda seorang bidan, dokter atau tenaga kesehatan saya yakin Anda pasti sering mendengar istilah ini:

Abnormal

Disfungsional

Kegagalan

 

Istilah tersebut tentu saja merupakan istilah yang sangat keras! Dan tentu saja, seolah-olah kata-kata tersebut meletakkan kesalahan pada ibu dan ketidakmampuan tubuhnya untuk melahirkan. saat ini saya tidak berbicara tentang seorang ibu dengan umur kehamilan 41 minggu, yang diinduksi tetapi gagal padahal skor bishop-nya 3 sehingga mengharuskannya untuk bedah sesar, tapi saat ini saya coba membahas tentang seorang ibu yang menjalani proses persalinan yang indah hingga dia mencapai masa transisi. Setelah diperiksa ternyata sudah mengalami pembukaan 8 cm. namun ternyata karena beberapa alasan, tiba-tiba pembukaan serviks berhenti dan terhenti bahkan mundur menjadi pembukan 6.

Apakah serviks bisa menutup kembali setelah membuka?

Ya, yang Anda baca benar, serviks bisa MENUTUP kembali atau disebut UNdilates.

tentu saja dalam dunia medis, istilah serviks undilates ini ditolak dan tidak diakui karena fenomena yang sangat normal dan alami ini tidak di dokumentasikan. Sebaliknya jika ada kejadian seperti ini biasanya dihubungkan dengan kesalahan perawat, kesalahan bidan dalam memeriksa atau kesalahan tubuh ibu bersalin tersebut.

“Laporan pertama dari MANA pada tahun 1998 adalah pada 9.000 persalinan menutupnya kembali serviks yang sudah membuka (serviks reverseral/ undilated) dilaporkan oleh 107 bidan dan terjadi pada 234 wanita (2,6%). Bidan menemukan bahwa faktor yang paling umum yang terkait dengan hal ini adalah: proses rujukan (pasien yang dirujuk dari Rumah ke rumah sakit); pembengkakan bibir serviks anterior, ketuban pecah dini; kecemasan; kurangnya kontinuitas dalam pemberi asuhan, dan kontraksi yang berhenti serta tiak efektif. Kita semua menyadari bahwa semua hal di atas dapat mempengaruhi kemajuan ibu dalam proses persalinan, namun kita tampaknya tidak menerima bahwa itu dapat dikaitkan dengan menutupya kembali leher rahim.” – Www.birthworks.co.az

mari pikirkan tentang hal ini sejenak: leher rahim/serviks itu adalah bagian dari tubuh wanita yang sangat sensitif, licin, 70% terdiri dari otot yan mengandung kolagen, tetapi sekitar 25% ototnya – secara langsung menanggapi atau bersespon terhadap katekolamin (adrenalin).

“Dilatasi serviks terjadi karena serat vertikal pada serviks dan segmen bawah rahim tubuh wanita menjadi santai dan rileks. Stres dapat menyebabkan serat horizontal dan vertikal menjadi berkontraksi, sehingga menciptakan proses persalinan yang tidak efektif.” Osborne-Sheets, C. Pre-and Perinatal Massage Therapy.  Body Therapy Associates, 1998.

Katekolamin diproduksi saat wanita sedang takut, stres, emosi atau marah. Mereka juga diproduksi ketika seseorang merasa terancam atau terpojok. Sama seperti ketika hewan terutama mamalia “melarang” tubuhnya untuk melahirkan hingga mereka sampai atau berada di tempat yang mereka rasa aman dan mereka tidak merasa terancam oleh predator. Atau, dalam istilah sederhana, seperti yang diungkapkan oleh Ina may Gaskin dalam “Sphincter Law” dimana Sphincter Law ini memanifestasikan dirinya dalam cara berikut:

1. otot-otot sphincter pada anus dan vagina tidak merespon pada perintah.

2. Otot sphincter akan membuka dengan lebih mudah dalam suasana yang akrab nyaman di mana seorang wanita merasa aman.

3. Otot-otot sphincter lebih mungkin untuk membuka jika wanita tersebut merasa positif tentang dirinya sendiri, dimana dia merasa terinspirasi dan menikmati proses kelahiran atau persalinan.

4. Otot sphincter mungkin tiba-tiba menutup kembali bahkan walaupun serviks sudah membuka dan melebar, jika seorang wanita tersebut merasa terancam dengan cara dan alasan apapun.

Dalam buku Spiritual Midwifery karya Ina May, dia menceritakan kisah Judith, seorang wanita yang melahirkan di “The Farm”. Judith merasa bahwa proses persalinannya di luar kendali dan bergerak terlalu cepat.

Berikut ini kutipan dari tulisan tersebut:

“Judith. on hearing that she was fully dilated, became very sober, very serious. If someone said something funny, she was the only one who didn”t laugh. She coughed once, a shallow, polite little cough that obviously didn”t get anything done. By this time I was getting curious as to what was going on. So I put on another sterile glove and once again checked Judith”s dilation. She was only four centimeters dilated! I was amazed. I had never known before that a woman could go backwards and undilate herself. When Judith heard what she had done, she admitted that she had been worried that the labor had been coming on so fast that it was getting out of control. I told her that it was supposed to feel like that. She relaxed and in one or two more rushes [contractions] she was fully dilated again and after a few good pushes, Abigail was born.

Yang menceritakan bahwa ketika Judith mendengar bahwa pembukaannya sudah lengkap, maka dia menjadi sangat serius dan tegang, dan ketika Ina may memeriksa kembali ternyata tiba-tiba serviksnya menjadi baru membuka 4cm! padahal sebelumnya sudah lengkap pembukaannya. Saat itu Ina may juga kagum dan heran karena baru kali ini dia menemukan bahwa seorang wanita bisa “menghentikan/men-stop” persalinannya sendiri. Dan Judith mendengar apa yang dia lakukan, dia mengakui bahwa dia merasa khawatir karena proses persalinanya begitu cepat sehingga semakin tidak terkendali. Ina mengatakan kepadanya bahwa tidak seharusnya Judith merasa demikian akhirnya Judith berusaha untuk santai dan setelah dua kali kontraksi pembukaan judith kembali penuh dan setelah beberapa kali mengejan akhirnya Abigail lahir. ”

Menurut Francis H. Ramsbotham, pada , 1861, “Untuk menilai apakah persalinan sebenarnya telah dimulai atau belum adalah dengan melakukan percakapan umum yang akrab ketika melakukan pemeriksaan dalam sehingga ibu merasa nyaman.

Saat in banyak sekali tenaga kesehatan yang kehilangan soft skill ya yaitu bagaimana cara berkomunikasi dengan klien, banyak sekali yang melakukan pemeriksaan dalam dengan sangat kasar sehingga yang seharusnya pemeriksaan dalam itu tidaklah sakit, menjadi terlalu sakit dan membuat sang ibu merasa ketakutan, terintimidasi dan was-was ketika hendak dilakukan pemeriksaan dalam.

Dalam menyampaikan hasil pemeriksaan-pun maih banyak dokter dan bidan yang menyampaikan dengan kasar dan lugas tanpa memperdulikan pasang surut emosi sang Klien. Apa peran kita sebagai bidan (bidan dan dokter)? Yang perlu diingat bahwa ada cara untuk menyampaikan informasi penting, ketika menyentuh tubuh ibu yang sedang bersalin, dan menjelaskan rencana aksi tanpa mengganggu pasang surut proses persalinan: yaitu lakukan semua pemeriksaan dengan penuh perasaan, sabar dan mulailah berempati kepada mereka. Semamu mensupport dan mendukung ibu bersalin untuk mempercayai tubuh dan bayinya untuk tetap santai dan rileks serta berikan rasa aman dan nyaman kepada mereka bukannya sebuah perilakuk atau tindakan yang secara tidak langsung dapat mengintimidasi mereka.

Semoga bermanfaat

Salam hangat

Yesie Aprillia S.SiT. M.Kes

referensi :

MANA (1998). Report on Cervical Reversal, MANA Newsletter, 16, 2, 16-17, March 1998. Michele Odent, Birth Reborn Gaskin, Ina May CPM. Going Backwards: The Concept of Pasmo. The Practising Midwife. Gaskin, Ina May CPM. Birth Matters: A Midwife’s Manifesta. Stalled Labor Cervical Reversal Cervical Regression